Mohon tunggu...
fatmasari titien
fatmasari titien Mohon Tunggu... Penulis - abadikan jejak kebaikan, jadikan hidup penuh manfaat

ibu profesional, pembelajar dan pegiat sosial.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kalimat Tauhid

3 Juli 2021   17:24 Diperbarui: 3 Juli 2021   17:53 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang sahabat (Abu Dzar radhiallahu 'anhu) bertanya,"Wahai Rasulullah, apakah kalimat tauhid merupakan kebaikan?"

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Kalimat itu ( ) merupakan kebaikan yang paling utama. Kalimat itu dapat menghapuskan berbagai dosa dan kesalahan."

"Dzikir yang paling utama adalah (tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah)." (HR. Tirmidzi)

"Barangsiapa yang akhir perkataannya adalah (tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah) maka dia masuk surga." (HR Abu Dawud)

Kalimat tauhid ini ( ) adalah 'penyelamat' dari neraka, bagi orang yang mengucapkannya dengan jujur dari lubuk hatinya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

"Sesungguhnya Allah mengharamkan atas neraka orang-orang yang mengucapkan demi mengharap Wajah Allah semata." (HR Bukhori Muslim)

Syaikh 'Abdurrahman bin Muhammad bin Qosim Al Hambali berkata, "Hadits ini menunjukkan hakikat makna kalimat
Barangsiapa yang mengucapkan kalimat tersebut dengan mengharap wajah Allah, maka ia harus mengamalkan konsekuensinya yaitu dengan mentauhidkan Allah dan menjauhi kesyirikan. Balasannya bisa diperoleh jika terpenuhinya syarat dan terlepasnya halangan." (Hasyiyah Kitab Tauhid)

Mereka yang mengucapkan kalimat ini dengan jujur dari dasar hatinya adalah orang-orang yang paling beruntung memperoleh syafaat Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam, sebagaimana sabda beliau:

"Orang yang paling berbahagia menerima syafaatku pada hari kiamat ialah mereka yang mengucapkan dengan ikhlas dari hati atau jiwanya."

Inilah amalan yang lebih berat dalam timbangan, apabila diucapkan dengan ikhlas dan jujur dari dalam hati. Disebutkan dalam sebuah hadits,

"Akan dipanggil salah seorang umatku di hadapan seluruh khalayak manusia, lalu dibentangkan untuknya 99 catatan amalan keburukan, yang tiap-tiap catatan itu (terbentang) sejauh mata memandang.

Kemudian, Allah berfirman, 'Apakah kamu mengingkari sebagian dari catatan ini?'

Dia berkata, 'Tidak, wahai Rabbku.'

Allah berfirman, 'Apakah para penulis-Ku telah menzalimimu?'

Dia berkata lagi, 'Tidak, wahai Rabbku.'

Allah berfirman, 'Apakah engkau mempunyai uzur (untuk mengelak) atau kebaikan?'

Laki-laki itu ketakutan dan berkata, 'Tidak.'

Akan tetapi, Allah berfirman, 'Sebaliknya, sesungguhnya kamu mempunyai kebaikan di sisi Kami, dan sesungguhnya tidak ada kezaliman terhadapmu pada hari ini.'

Lalu dikeluarkanlah untuknya sehelai kartu (bithaqah) yang tertulis padanya

(Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan utusan-Nya).'

Dia berkata, 'Wahai Rabbku, apa gunanya kartu (bithaqah) ini dibandingkan semua catatan amalan keburukanku ?'

Allah berfirman, 'Sesungguhnya kamu tidak akan dizalimi.' Lalu diletakkanlah semua catatan amalan keburukan itu di satu anak timbangan, dan kartu tersebut di anak timbangan yang lain, maka terangkatlah (menjadi ringan) semua catatan amalan keburukan itu dan lebih berat kartu (bithaqah) tersebut." (HR Ibnu Majah)

Hadits ini kemudian dikenal dengan hadits bithaqah. Hadits ini menunjukkan bahwa dosa-dosa tidak mampu berhadapan dengan tauhid ( ), akan tetapi tentunya bagi orang yang tauhidnya kuat. Karena setiap muslim memiliki kartu ( ), hanya saja kualitasnya mungkin berbeda.

Ini menunjukkan bahwa yang menyelamatkan bukan hanya sekedar mengucapkan , tapi harus memenuhi persyaratannya, diantaranya adalah ikhlas karena Allah. Karena tentunya diketahui bahwasanya hanya sekedar mengucapkan tanpa memahami maknanya dan tanpa mengharapkan wajah Allah maka tidak akan memberi manfaat sama sekali.

Hadits ini mengingatkan manusia untuk terus berjuang membersihkan hati, lisan dan semua anggota tubuhnya dari segala kesyirikan. Juga memurnikan hatinya dari segala bentuk ketergantungan kepada makhluk, kepada manusia, dan menjadikan segala harapan dan ketergantungan hanya kepada Allah. Dan ini adalah perjuangan seumur hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun