Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam menutup pesannya dengan kalimat,
"Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering."
Ini adalah kiasan yang menunjukkan bahwa penulisan semua takdir telah selesai sejak dahulu kala. Karena sebuah takdir telah selesai ditulis, pena-pena pun diangkat darinya.Dan karena telah berlalu sekian lama, maka tinta yang dipakai menulis menjadi kering, dan semua yang ditulis dengan tinta itu menjadi kering pula.
Semua yang terjadi dan yang akan terjadi di langit dan di bumi serta di antara keduanya, mulai penciptaan makhluk sampai pada akhir keberadaan manusia, apakah dia termasuk ahli surga atau ahli neraka, semua itu sudah tercatat di Lauhul Mahfzh, sebagaimana firman Allah ta'ala,
"Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah." (QS Al-Hadd: 22)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
: ! : :
"Sesungguhnya makhluk yang pertama diciptakan oleh Allah adalah qalam (pena). Allah berfirman kepadanya, 'Tulislah.' Ia menjawab, 'Wahai Rabb-ku, apa yang harus aku tulis?' Allah berfirman, 'Tulislah takdir segala sesuatu sampai terjadi hari Kiamat." (HR Tirmidzi)
Takdir atau lebih lengkapnya qadha' dan qadar memiliki unsur ikatan kesinambungan. Qadar berarti ketika Allah telah menetapkan sesuatu akan terjadi pada waktunya dan Qadha' adalah tibanya masa ketika ketentuan yang telah ditetapkan terjadi. Qadar yakni suatu ketetapan Allah berlaku terhadap segala sesuatu sejak zaman azali. Qadha' adalah pelaksanaan qadar ketika terjadi.
Allah mengatur setiap hal yang terjadi di alam semesta, juga mengatur semua kebutuhan manusia dan menempatkan kondisi masing-masing dalam berbagai macam hal yang berbeda. Karena yang sedemikian itu adalah sebuah ketentuan yang sudah pasti baik adanya.
Setiap mukmin wajib beriman sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam,
Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir, dan kamu beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk. (HR. Muslim)
Biasanya, manusia lebih mudah menerima jika dirinya diberikan takdir yang baik seperti mendapatkan rezeki yang melimpah atau semisalnya. Namun, biasanya manusia sulit menerima takdir yang buruk semisal musibah dan cobaan. Karenanya manusia acapkali frustasi dan berprasangka buruk kepada Allah berkenaan dengan takdir yang Dia berikan kepadanya.
Hakikat beriman kepada takdir Allah adalah ridha dengan semua ketetapan Allah yang baik maupun yang buruk. Karena pada hakikatnya Allah lebih tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya, semua ketetapan Allah itulah yang terbaik, meski terkadang kita tidak menyukainya.
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS Albaqarah :216)
Iman kepada qadha' dan qadar melalui 4 tahapan:
- Seorang mukmin harus meyakini bahwa Allah Maha Mengetahui segala apa yang ada di alam semesta dan Maha Mengetahui apa yang dibutuhkan setiap makhluk-Nya.
- Seorang mukmin harus meyakini bahwa segala macam peristiwa, baik yang sudah terjadi, sedang terjadi bahkan yang akan/belum terjadi, semuanya sudah tertulis di lauhul mahfudz.
- Seorang mukmin harus meyakini bahwa semua peristiwa tersebut di atas tidak lepas dari kehendak Allah ta'ala.
- Seorang mukmin harus meyakini bahwa manusia boleh mempunyai kehendak dan keinginan, manusia boleh berencana, akan tetapi semuanya tidak lepas dari kehendak dan kekuasaan Allah.
Allah Azza wa Jalla berfirman,
"Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu), kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb semesta alam." (QS At-Takwr: 29)
Beriman kepada takdir Allah pada hakikatnya adalah ridha terhadap semua ketetapan-Nya. Bila itu baik, maka harus disyukuri agar Allah berkenan menambah nikmat-Nya. Dan bila itu buruk, maka harus bersabar dan tetap berupaya agar Allah berkenan menolongnya keluar dari musibah dan ujian yang sedang dihadapi.
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda,
:
"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Sungguh, semua urusannya adalah baik, dan yang demikian itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali oleh orang mukmin, yaitu jika ia mendapatkan kegembiraan ia bersyukur dan itu suatu kebaikan baginya. Dan jika ia mendapat musibah, ia bersabar dan itu pun suatu kebaikan baginya" (HR Muslim)
Maka, jagalah Allah dengan ridha terhadap semua ketetapan-Nya, agar Allah pun ridha. Sesungguhnya tidak ada yang lebih membahagiakan selain ridho Allah ta'ala.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H