Mohon tunggu...
fatmasari titien
fatmasari titien Mohon Tunggu... Penulis - abadikan jejak kebaikan, jadikan hidup penuh manfaat

ibu profesional, pembelajar dan pegiat sosial.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

My Family My Team

17 Mei 2021   08:49 Diperbarui: 17 Mei 2021   08:54 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramadhan telah pergi, ada yang terasa hilang di sini. Betapa kesempatan menangguk pahala berlipat ganda sudah berlalu. Dan kita tak tahu, akankah tahun depan dapat kembali bertemu.

Sedih dan gembira memang serupa dua sisi keping dinar yang seringkali kita upayakan. Dua sisi yang akan selalu ada dan tak pernah saling meninggalkan. Demikian juga di setiap akhir ramadhan, di awal syawal. Ada duka ditinggalkan ramadhan, namun ada pula kegembiraan menyambut syawal.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam bersabda,

:

"Orang yang berpuasa akan meraih dua kegembiraan, kegembiraan ketika berbuka puasa/berhari raya, dan kegembiraan ketika bertemu Tuhannya," (HR Muslim).

Dalam Marqatul Mafatih dijelaskan, dua kegembiraan itu meliputi di dunia dan di akhirat.

Pertama, kegembiraan saat berbuka karena telah terbebas dari tanggungan perintah Allah atau sebab mendapatkan pertolongan dapat menyempurnakan puasa atau sebab dapat makan dan minum sesudah menahan lapar dan dahaga atau sebab meraih pahala yang diharapkan.

Ibnu Rajab rahimahullah berkata, "Hati asalnya sangat tertarik dengan berbagai syahwat seperti makan, minum dan berhubungan intim dengan pasangan. Jika suatu waktu hal itu dilarang, namun kembali dibolehkan di waktu lainnya, maka ketika hal itu dibolehkan hati akan berbahagia. Lebih-lebih jika hati begitu berharap untuk merasakannya. Karena dengan syahwat tadi jiwa begitu tertarik." (Lathoiful Ma'arif)

Kedua, kegembiraan saat bertemu Tuhannya. Orang yang berpuasa akan mendapatkan pahala yang tersimpan di sisi Allah dari amalan puasanya. Ia akan mendapatkan pahala yang lebih baik di sisi Allah. Sebagaimana Allah Ta'ala berfirman,

"Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. " (QS. Al Muzammil: 20).

Dan kegembiraan itu akan semakin terasa ketika kita bisa merasakannya bersama ahlul bait (pasangan, anak-anak, orangtua).

Bila mana ramadhan menjadi momen untuk memperbaiki hubungan dan komitmen dalam keluarga, maka syawal dan seterusnya adalah momen untuk melanjutkan penguatan ketahanan keluarga. Sebagaimana perintah Allah ta'ala dalam QS Attahrim :6)

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."

Maka terapkan prinsip dalam keluarga. Prinsip pertama, pasangan dulu, baru teman. Prinsip kedua, orangtua dulu, baru teman. Bagaimanapun, yang utama dalam perintah Allah adalah menjaga diri dan keluarga.

Kemudian, ada harap yang begitu besar agar kita hubungan keluarga ini tak hanya terikat di dunia saja. Namun juga terbawa sampai akhirat nanti. Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang dimuliakan Allah sebagaimana dalam QS At-Thur:21,

"Dan orang-orang yang beriman, dan anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya."

Maka, pada hakikatnya sebuah pernikahan adalah sebuah langkah dalam menyiapkan sebuah tim yang solid dan dapat bekerjasama untuk mencapai sebuah tujuan.

Dan tujuan terbesar seorang mukmin adalah dapat melihat wajah Allah (Allahu ghoyatunna). Dan hal itu hanya akan tercapai bila Allah memberikan rahmat dan ijin-Nya untuk memasuki surga.

So, my family are my team, my family are my highway to heaven. Keluargaku adalah timku, keluargaku adalah jalanku menuju surga. Karena jalan menuju ke sana tak bisa ditempuh sendirian.

Sebuah tim hanya akan menjadi solid bila ada penguatan. Masing-masing anggotanya haruslah saling merasa memiliki, saling terbuka dan saling menjaga. Ada ta-aruf, tafahum, taawun serta takaful yang senantiasa diperbarui dan dikokohkan. Dengan itulah proses sakinah mawaddah warrohmah dapat berjalan hingga menuju surga.

Maka, bila mana ramadhan menjadi momen untuk memperbaiki hubungan dan komitmen dalam keluarga, maka syawal dan seterusnya adalah momen untuk melanjutkan penguatan ketahanan keluarga.

Sakinahkan keluarga dengan saling terbuka. "Jangan ada dusta dan rahasia di antara kita" itulah kuncinya. Belum sakinah bila suami masih ketakutan hapenya dibuka istri. Belum sakinah bila istri belum berani curhat sama suami.

Bila ayah melakukan satu saja kemaksiyatan, maka Allah akan peringatkan melalui perilaku anak-anaknya. Maka bila anak-anak mulai susah diatur, memperlihatkan perilaku menyimpang, muhasabahlah wahai ayah.

Begitupun kondisi ruhiyah ibu juga berdampak pada anak-anaknya. Ibu yang galau akan memantik kegalauan pada anak-anaknya tiga kali lipat. Ibu yang marah akan memicu kemarahan anak-anaknya delapan kali lipat. Maka bila anak-anak mulai menunjukkan perilaku baper dan mudah marah, muhasabahlah wahai ibu.

Maka sakinahkan keluarga dengan saling terbuka, saling menjaga dan saling mengingatkan. Dengan demikian mawwaddah dan warrohmah akan terus tumbuh, dan jalan menuju surga terasa lebih dekat. In syaa Allah.

"Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami pasangan-pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (QS Furqon:74)

#Demak, 14052021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun