Mohon tunggu...
fatmasari titien
fatmasari titien Mohon Tunggu... Penulis - abadikan jejak kebaikan, jadikan hidup penuh manfaat

ibu profesional, pembelajar dan pegiat sosial.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Obsesi

27 April 2021   16:53 Diperbarui: 27 April 2021   17:16 3597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini ramadhan memasuki hari ke-15. Sudah pertengahan rupanya. Ada yang masih bersemangat menjamu ramadhan, bahkan meski dengan terengah-engah. Tak rela jika waktu berlalu tanpa mengerjakan amalan ramadhan.

Tapi ada pula yang terlihat lesu dan galau, ingin ramadhan cepat usai. Dia merasa terbatasi dari aktivitas dan terpasung dari kesenangan dunia. Andai dia tahu, apa yang dibawa ramadhan nilainya berkali-kali lipat dari apa yang diangankannya.

Satu demi satu orang shalih kembali pulang. Segala puji bagi Allah yang memberi mereka kenikmatan kembali dalam keadaan berpuasa. Segala puji bagi Allah yang memanggil mereka dalam keadaan melaksanakan tugas negara. Dalam bulan ramadhan yang penuh berkah, penuh rahmat, ampunan dan jaminan terbebas dari api neraka. Maa syaa Allah. Betapa mereka mendapatkan kesemuanya.

Allah memang maha mengabulkan doa dan thumuhat (obsesi). Di banyak kisah para sahabat syahid dengan kondisi sesuai dengan apa yang mereka obsesikan.

Alkisah, pada suatu siang, Khalifah Umar ibnu Khathab radhiallahu 'anhu beristirahat di atas tumpukan tanah dan kerikil. Keringat membasahi tubuhnya yang kelelahan sebab mengurus rakyatnya seharian. Beliau memanjatkan doa yang amat menyentuh hati. Beliau meminta kepada Allah dengan sesuatu yang tak banyak dilakukan oleh pemimpin lain selepasnya.

"Ya Allah, usiaku sudah semakin udzur, tubuhku semakin tua, dan rakyatku sudah semakin banyak. Kembalikan aku kepada-Mu dalam kondisi tidak menyia-nyiakan mereka, dan dalam kondisi tidak termakan fitnah. Tetapkanlah bagiku kematian sebagai syahid di jalan-Mu, dan wafat di tanah Rasul-Mu."

Doa yang pendek ini cukup menggambarkan obsesinya yang menakjubkan. Beliau tidak meminta urusan dunia dalam doanya.

Beliau mengawali doanya dengan sebuah pengakuan. Sebuah pengakuan bahwa dirinya hanyalah manusia biasa yang memiliki sifat lemah nan tak berdaya di hadapan Rabbnya. Dalam lemahnya fisik yang dirasakan, beliau masih sibuk memikirkan rakyatnya.

Beliau juga menyadari kewajibannya akan semakin banyak sehingga memohon perlindungan Allah dari badai fitnah yang mungkin akan menimpanya dalam situasi ini.

Sebagai seorang jundi yang banyak berkecimpung dalam peperangan, ketika menjadi seorang khalifah, tidak menyurutkan cita-citanya untuk mati syahid. Dan beliau meminta agar diwafatkan di Madinah al Munawarah, berdekatan dengan tempat di mana Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam dimakamkan.

Bait-bait doa yang lahir dari hati seorang pemimpin shalih, yang selalu berkeliling untuk memperhatikan orang lain, dan membagi cintanya pada banyak orang. Bait-bait doa itu naik ke langit dan diterima Allah ta'ala . Seluruh pintanya terkabul.

Umar ibnu Khathab radhiallahu 'anhu syahid karena tikaman seorang fasiq di dalam masjid, di Madinah, di tanah Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam. Dan dalam keadaan tidak menyia-nyiakan umatnya. Sesuai dengan obsesinya.

Sesungguhnya kunci keterkabulan ada pada doa itu sendiri. Doa adalah sulbi ibadah. Merupakan puncak keimanan dan menjadi rahasia di balik munajat seorang hamba pada Tuhannya. Bila ia terpancar dari seorang yang mencintai Allah ta'ala , kemudian mencintai apa yang dicintai-Nya, maka doa itu layak mendapat tempat di arsy Allah.

Bait-bait doa sang khalifah benar-benar mengutamakan keakhiratan, bukan keduniawian. Allah berfirman,

"Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat." (QS Asy Syura: 20)

Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam bersabda,

"

"Barangsiapa akhirat menjadi tujuan (utama)nya maka Allah menjadikan kecukupan pada hatinya, mengumpulkan urusannya dan dunia mendatanginya dalam keadaan terhina. Dan barangsiapa dunia menjadi tujuannya maka Allah menjadikan kefaqiran di depan matanya, menjadikan urusanya bercerai-berai serta tidaklah dunia datang kepadanya kecuali sesuatu yang telah ditakdirkan baginya" (HR Tirmidzi).

Alangkah baiknya obsesi dalam doa Umar radhiallahu 'anhu. Lalu, apa obsesi kita? Obsesi yang bermuara akhirat ataukah dunia? Semoga bisa menjadi renungan kita bersama.

#Demak,27042021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun