Mohon tunggu...
fatmasari titien
fatmasari titien Mohon Tunggu... Penulis - abadikan jejak kebaikan, jadikan hidup penuh manfaat

ibu profesional, pembelajar dan pegiat sosial.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menjaga Kekhusyukan

26 April 2021   14:55 Diperbarui: 26 April 2021   14:56 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secara bahasa khusyuk berarti as-sukuun (diam/tenang) dan at-tadzallul (merendahkan diri). Sifat mulia ini bersumber dari dalam hati yang kemudian pengaruhnya terpancar pada anggota badan manusia.

Imam Ibnu Rajab berkata: "Asal (sifat) khusyuk adalah kelembutan, ketenangan, ketundukan, dan kerendahan diri dalam hati manusia (kepada Allah Ta'ala).

Ketika hati telah khusyuk maka semua anggota badan akan ikut khusyuk,   karena anggota badan (selalu) mengikuti hati, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam, 

,

"Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika segumpal daging itu baik maka akan baik seluruh tubuh manusia, dan jika segumpal daging itu buruk maka akan buruk seluruh tubuh manusia, ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati manusia".

Khusyuk dalam ibadah kedudukannya seperti ruh/jiwa dalam tubuh manusia, sehingga ibadah yang dilakukan tanpa khusyuk adalah ibarat tubuh tanpa jasad alias mati.

Allah Ta'ala memuji para Nabi dan Rasul dengan sifat mulia ini. Mereka adalah hamba-hamba-Nya yang memiliki keimanan yang sempurna dan selalu bersegera dalam kebaikan.

"Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka (selalu) berdoa kepada Kami dengan berharap dan takut. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' (dalam beribadah)" (QS al-Anbiyaa': 90).

"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya" (QS al-Mu'minuun: 1-2)".

Syaikh 'Abdur Rahman as-Sa'di rahimahullah  berkata: "Khusyuk dalam shalat adalah hadirnya hati (seorang hamba) di hadapan Allah Ta'ala dengan merasakan kedekatan-Nya, sehingga hatinya merasa tentram dan jiwanya merasa tenang, (sehingga) semua gerakan (angota badannya) menjadi tenang, tidak berpaling (kepada urusan lain), dan bersikap santun di hadapan Allah, dengan menghayati semua ucapan dan perbuatan yang dilakukannya dalam shalat, dari awal sampai akhir. Maka dengan ini akan sirna bisikan-bisikan (setan) dan pikiran-pikiran yang buruk. Inilah ruh dan tujuan shalat".

Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam bersabda,

"Tidaklah seorang muslim mendapati shalat wajib, kemudian dia menyempurnakan wudhu, khusyuk dan rukuknya, kecuali akan menjadi penghapus bagi dosa-dosanya yang telah lalu, selama tidak melakukan dosa besar; dan ini untuk sepanjang masa." (HR Muslim)

Shalat, apabila dihiasi dengan khusyuk dalam perkataan, dan gerakannya dihiasi dengan kerendahan, ketulusan, pengagungan, kecintaan dan ketenangan, sungguh, ia akan bisa menahan pelakunya dari kekejian dan kemungkaran. Hatinya bersinar, keimanannnya meningkat, kecintaannya semakin kuat untuk melaksanakan kebaikan, dan keinginannya untuk berbuat kejelekan akan sirna.

Khusyuk adalah puncak mujahadah dalam beribadah, hanya dimiliki oleh mukmin yang selalu bersungguh-sungguh dalam muraqabatullah. Khusyuk bersumber dari dalam hati yang memiliki iman kuat dan sehat. Maka khusyuk tidak dapat dibuat-buat atau direkayasa oleh orang yang imannya lemah.

Dengan khusyuk, bertambahlah nikmat munajat seseorang kepada Rabb-nya, demikian pula kedekatan Rabb-nya kepadanya. Khusyuk memiliki kedudukan yang sangat besar. Ia sangat cepat hilangnya, dan jarang sekali didapatkan.

Terlebih lagi pada jaman  sekarang ini. Tidak bisa menggapai khusyu'kdalam shalat merupakan musibah dan penyakit yang paling besar.

Dan tidaklah penyimpangan moral menimpa sebagian kaum Muslimin, kecuali karena shalat mereka bagaikan bangkai tanpa ruh, dan sebatas gerakan belaka. Maka shalat mereka pun tidak dapat menahan mereka dari perbuatan keji dan munkar. Na'udzubillahi min dzalika.

" Yang pertama kali diangkat dari umatku adalah khusyuk, sehingga engkau tidak akan melihat seorang pun yang khusyuk.

Lalu bagaimana cara menghadirkan hati yang khusyuk dalam shalat?
Abu Ayyub Al-Anshari ra berkata, seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam lalu berkata,

"Nasihati aku dengan singkat." Beliau bersabda, "Jika kamu hendak melaksanakan shalat, shalatnya seperti shalat terakhir dan janganlah mengatakan sesuatu yang membuatmu minta dimaafkan karenanya dan berputus asalah terhadap apa yang ada di angan manusia." (HR Ahmad).

Ibnul Mulqin berkata bahwa alangkah indahnya kalimat sejumlah orang saleh berikut ini, 'Bila kau sedang mengerjakan shalat, sadarilah bahwa Allah sedang berada di hadapanmu. Karena itu, hadapilah (dengan benar) Allah yang sedang menghadapimu, yang dekat denganmu, dan sedang memandangmu.

Syekh Ibnul Mulaqqin mengatakan, seseorang yang tengah shalat perlu menyadari bahwa tidak ada jaminan apapun terkait usianya, termasuk jaminan panjang umur dari satu ke lain gerakan shalat.

Menurutnya, seseorang yang tengah shalat boleh membayangkan bahwa dirinya sedang berjalan meniti di atas sirath sebagai keterangan berikut ini:

"Bila kau sedang rukuk, jangan bayangkan usiamu panjang sampai i'tidal. Bila kau sedang i'tidal, jangan bayangkan usiamu berlangsung sampai pada kondisi sujud. Bayangkan surga ada di sisi kananmu dan neraka di sisi kirimu sementara sirath di bawah kedua telapak kakimu. Kalau begini caranya, baru kau benar-benar shalat,"

Rasulullah shalallahu 'alaihi wasaalam mengajarkan doa sebagai berikut,

"Ya, Allah. Aku berlindung kepadaMu dari hati yang tidak khusyuk. "(HR Tirmidzi)

"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, kemalasan, kekikiran, ketuaan, kepikunan, dan siksa kubur. Ya Allah, datangkanlah pada jiwaku ini ketakwaannya dan bersihkanlah ia. Engkaulah sebaik-baik yang dapat membersihkannya, Engkaulah Pelindungnya dan Rabbnya. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyuk, nafsu yang tidak pernah puas, dan doa yang tidak dikabulkan)." (HR. Muslim)

Hadits ini menunjukkan celaan pada dunia dan celaan bagi jiwa yang tidak pernah puas.
Setiap mukmin hendaknya menjauhi hal-hal tersebut yang membuat doanya sulit terkabul.

Syarat-syarat terkabulnya doa yaitu: (1) ikhlas, (2) tidak tergesa-gesa, (3) berdoa dalam kebaikan (bukan dalam kejelekan), (4) yakin dan menghadirkan hati, (5) mengonsumsi makanan yang thayyib (halal).

Ramadhan masih bersama kita,  di waktu-waktu yang utama.  Maka pergunakan sebaik-baiknya  untuk muhasabah,  memperbaiki diri dan mengoptimalkan amal shalih dengan penuh khusyuk Semoga Allah subhanahu wa ta'ala  meridhoi dan menerima amal kita. Dan memasukkan kita dalam golongan orang-orang yang menang.  Aamiin.

#Demak,26042021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun