"Tidaklah seorang muslim mendapati shalat wajib, kemudian dia menyempurnakan wudhu, khusyuk dan rukuknya, kecuali akan menjadi penghapus bagi dosa-dosanya yang telah lalu, selama tidak melakukan dosa besar; dan ini untuk sepanjang masa." (HR Muslim)
Shalat, apabila dihiasi dengan khusyuk dalam perkataan, dan gerakannya dihiasi dengan kerendahan, ketulusan, pengagungan, kecintaan dan ketenangan, sungguh, ia akan bisa menahan pelakunya dari kekejian dan kemungkaran. Hatinya bersinar, keimanannnya meningkat, kecintaannya semakin kuat untuk melaksanakan kebaikan, dan keinginannya untuk berbuat kejelekan akan sirna.
Khusyuk adalah puncak mujahadah dalam beribadah, hanya dimiliki oleh mukmin yang selalu bersungguh-sungguh dalam muraqabatullah. Khusyuk bersumber dari dalam hati yang memiliki iman kuat dan sehat. Maka khusyuk tidak dapat dibuat-buat atau direkayasa oleh orang yang imannya lemah.
Dengan khusyuk, bertambahlah nikmat munajat seseorang kepada Rabb-nya, demikian pula kedekatan Rabb-nya kepadanya. Khusyuk memiliki kedudukan yang sangat besar. Ia sangat cepat hilangnya, dan jarang sekali didapatkan.
Terlebih lagi pada jaman  sekarang ini. Tidak bisa menggapai khusyu'kdalam shalat merupakan musibah dan penyakit yang paling besar.
Dan tidaklah penyimpangan moral menimpa sebagian kaum Muslimin, kecuali karena shalat mereka bagaikan bangkai tanpa ruh, dan sebatas gerakan belaka. Maka shalat mereka pun tidak dapat menahan mereka dari perbuatan keji dan munkar. Na'udzubillahi min dzalika.
" Yang pertama kali diangkat dari umatku adalah khusyuk, sehingga engkau tidak akan melihat seorang pun yang khusyuk.
Lalu bagaimana cara menghadirkan hati yang khusyuk dalam shalat?
Abu Ayyub Al-Anshari ra berkata, seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam lalu berkata,
"Nasihati aku dengan singkat." Beliau bersabda, "Jika kamu hendak melaksanakan shalat, shalatnya seperti shalat terakhir dan janganlah mengatakan sesuatu yang membuatmu minta dimaafkan karenanya dan berputus asalah terhadap apa yang ada di angan manusia." (HR Ahmad).
Ibnul Mulqin berkata bahwa alangkah indahnya kalimat sejumlah orang saleh berikut ini, 'Bila kau sedang mengerjakan shalat, sadarilah bahwa Allah sedang berada di hadapanmu. Karena itu, hadapilah (dengan benar) Allah yang sedang menghadapimu, yang dekat denganmu, dan sedang memandangmu.
Syekh Ibnul Mulaqqin mengatakan, seseorang yang tengah shalat perlu menyadari bahwa tidak ada jaminan apapun terkait usianya, termasuk jaminan panjang umur dari satu ke lain gerakan shalat.