Mohon tunggu...
fatmasari titien
fatmasari titien Mohon Tunggu... Penulis - abadikan jejak kebaikan, jadikan hidup penuh manfaat

ibu profesional, pembelajar dan pegiat sosial.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Jangan Mau Merugi, Ayo Lebih Baik

23 April 2021   16:49 Diperbarui: 23 April 2021   17:17 3092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepuluh hari pertama ramadhan telah berlalu, tinggal duapertiga lagi dari keseluruhan bulan ramadhan bertamu dan menemani kita. Sepuluh hari yang telah lewat itu terlihat sedikit. Namun, bila kita menghitung peluang kebaikan di dalamnya, akan terasa begitu banyak yang terlewat.

Biasanya, di pusat-pusat perbelanjaan,  orang berbondong-bondong memburu diskon dan bonus. Dalam strategi penjualan,  terkadang barang-barang  udah dinaikkan harganya terlebih dulu. Kemudian,  mereka memberikan bonus atau diskon atas harga yang baru. Jadi harga diskon sebenarnya tidak berubah dari harga sebelum dinaikkan.  Tapi dampaknya sungguh luar biasa,  terbukti banyak yang berusaha mendapatkannya meski harus berjubel dan berdesakan.

Pada hakikatnya,  bulan ramadhan merupakan bulan diskon dan bonus yang disediakan Allah subhanahu wa ta'ala kepada manusia.  Dikatakan bulan diskon dan bulan bonus karena Allah melipatgandakan seluruh amalan kebajikan yang dilakukan pada bulan tersebut.  Bahkan ada satu hari di dalamnya yang setara dengan seribu bulan,  setara dengan 30.000 hari atau 82 tahun lebih.  Maa syaa Allah,  tentu tak ada diskon dan bonus di dunia yang setara dengannya. 

Siapa yang tidak tertarik dengan diskon dan bonus ramadhan yang telah disiapkan Allah?  Sudahkah  bersegera menjemputnya?  Sudahkah menjamu ramadhan dengan semestinya?

Acapkali manusia menyia-nyiakan kehadiran ramadhan yang penuh kemuliaan. Tanpa dapat menahannya agar tetap tinggal. Tanpa ada tambahan ilmu dan amal shalih.  Dan seolah-olah  membiarkannya berlalu tanpa ada penyesalan.

Imam Hasan Al Bashri mengatakan,

"Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari. Tatkala satu hari itu hilang, maka akan hilang pula sebagian dirimu."

Wahai anak Adam, janganlah engkau menunda-nunda (amalan-amalan), karena engkau memiliki kesempatan pada hari ini, adapun besok pagi belum tentu engkau memilikinya. Jika engkau bertemu besok hari, maka lakukanlah pada esok hari itu sebagaimana engkau lakukan pada hari ini. Jika engkau tidak bertemu esok hari, engkau tidak akan menyesali sikapmu yang menyia-nyiakan hari ini.

Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan, "Waktu manusia adalah umurnya yang sebenarnya. Waktu tersebut adalah waktu yang dimanfaatkan untuk mendapatkan kehidupan yang abadi, penuh kenikmatan dan terbebas dari kesempitan dan adzab yang pedih. Ketahuilah bahwa berlalunya waktu lebih cepat dari berjalannya awan (mendung). Barangsiapa yang waktunya hanya untuk ketaatan dan beribadah pada Allah, maka itulah waktu dan umurnya yang sebenarnya. Selain itu tidak dinilai sebagai kehidupannya, namun hanya teranggap seperti kehidupan binatang ternak."

Lalu Ibnul Qoyyim mengatakan perkataan selanjutnya yang sangat menyentuh qolbu, "Jika waktu hanya dihabiskan untuk hal-hal yang membuat lalai, untuk sekedar menghamburkan syahwat (hawa nafsu), berangan-angan yang batil, hanya dihabiskan dengan banyak tidur dan digunakan dalam kebatilan (baca: kesia-siaan), maka sungguh kematian lebih layak bagi dirinya."

Imam Asy Syafi'i rahimahullah pernah mengatakan,

"Aku pernah bersama dengan orang-orang sufi. Aku tidaklah mendapatkan pelajaran darinya selain dua hal. Pertama, dia mengatakan bahwa waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memotongnya (memanfaatkannya), maka dia akan memotongmu."
Kemudian orang sufi tersebut berkata :

Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil)."

Ini adalah kaidah dalam kehidupan. Apabila waktu kita tidak diisi dengan kegiatan positif, pasti terisi oleh kegiatan negatif.

Manusia pun sepakat bahwa waktu itu berharga. Orang barat mengatakan "time is money". Pepatah Arab juga menyebutkan  "Waktu adalah nafas yang tidak mungkin akan kembali." Orang sukses dunia-akhirat pasti akan sangat menyesal jika waktunya terbuang percuma tanpa manfaat dan faidah.

Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu berkata, "Tiada yang pernah kusesali selain keadaan ketika matahari tenggelam, ajalku berkurang, namun amalanku tidak bertambah."

Begitu berharganya waktu hingga Allah swt sendiri berulangkali mengingatkan umatnya dengan beberapa surat yang diawali dengan sumpah Allah terhadap waktu itu sendiri. Misalnya "wal-ashri" (demi masa), "wad-dhuha" (demi waktu dhuha), "wal-lail" (demi waktu malam) dan lain-lainnya. Namun demikian, sebagian besar manusia justru melalaikan waktu, terutama untuk mempersiapkan kehidupan akhirat kelak. 

Rasulullah  shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang" (HR. Bukhari)

Abu Darda berkata,"tiga hal membuatku tertawa tapi kemudian membuatku menangis.
Pertama, orang yang memburu dunia sementara kematian mengejarnya.
Kedua, orang yang tertawa terbahak-bahak tapi tidak tahu apakah Allah ridha padanya atau tidak.
Ketiga, orang yang lalai tapi dia tak pernah luput dan dilalaikan dari pengawasan Allah."

Seorang ulama zaman dahulu berkata: Aku telah melihat kebanyakan orang menghabiskan waktu dengan cara yang aneh. Jika malam panjang, mereka habiskan untuk pembicaraan yang tidak bermanfaat, atau membaca buku percintaan dan begadang. Jika waktu siang panjang, mereka habiskan untuk tidur. Sedangkan pada waktu pagi dan sore, mereka di pinggir sungai Dajlah, atau di pasar-pasar.
Aku ibaratkan mereka itu dengan orang-orang yang berbincang-bincang di atas kapal, kapal itu terus berjalan membawa mereka dan berita mereka. Aku telah melihat banyak orang yang tidak memahami arti kehidupan.
Di antara mereka, ada orang yang telah diberi kecukupan oleh Allh Azza wa Jalla , ia tidak butuh bekerja karena hartanya yang sudah banyak, namun kebanyakan waktunya padai siang hari ia habiskan dengan nongkrong di pasar melihat orang-orang (yang lewat). Alangkah banyaknya keburukan dan kemungkaran yang melewatinya.

Aduhai, ayyaman ma'duudaat, kumpulan hari-hari, yang terhitung, yang terbatas. Keberadaan kita di dunia ini adalah kumpulan hari-hari yang terbatas. Di mana pun berada, di tempat yang terlihat mulia di mata manusia, ataupun yang dipandang rendah, semuanya adalah hari-hari yang dibatasi. Tapi, begitu kaki melangkah di padang mahsyar, tempat tinggalmu ditetapkan, entah sebagai ahli surga atau ahli neraka. Tak ada lagi hari-hari yang dibatasi, yang ada hanyalah hari-hari tanpa batas.

Belajarlah dari para ulama terdahulu (salaf) yang paling semangat dalam menjaga waktu. Mereka tidak akan membiarkan waktu berlalu walaupu sekejap, tanpa mengambil bekal darinya dengan ilmu yang bermanfaat, amal, shalih mujahadah, atau memberikan manfaat kepada orang lain supaya tidak berlalu (habis) umur mereka dengan sia-sia dan terbuang dengan percuma.

Allah mengistimewakan waktu-waktu tertentu dari waktu yang lain, juga tempat-tempat tertentu dibandingkan yang lainnya. Mengistimewakan hari tertentu dari yang lainnya, bulan tertentu dari yang lainnya, seperti ramadhan diistimewakan oleh Allah dari bulan-bulan yang lainnya. Maka manfaatkanlah bulan atau waktu-waktu itu dengan bersungguh-sungguh dalam beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah dengan sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah. Dan jangan engkau jadikan bulan atau waktu-waktu yang penuh berkah ini berlalu sebagaimana waktu-waktu atau bulan lain.

Berbekalah dengan ketakwaan karena engkau tidak tahu, apabila gelap malam telah berganti  apakah engkau masih  hidup esok hari? Betapa banyak orang yang sehat meningal tanpa didahului sakit.  Dan betapa banyak orang yang sakit ternyata hidup lama. 

Ibnu Qayyim rahimahullah berkata:"Keuntungan terbesar di dunia adalah engkau menyibukkan dirimu setiap saat dengan sesuatu yang paling utama dan bermanfaat untuk kehidupan akherat. Bagaimana dikatakan berakal seseorang yang menjual Surga dan kenikmatan di dalamnya dengan syahwat (kesenangan dunia) yang hanya sesaat." Beliau juga berkata: "Menyia-nyiakan waktu lebih  berbahaya dari pada kematian, karena menyia-nyiakan waktu memutuskanmu dari Allah dan akhirat, sedangkan kematian memtuskanmu dari dunia dan penghuninya."

Maka perbanyaklah sujud dan mendekat kepada Allah swt di bulan mulia ini. Manfaatkan waktu demi waktu yang masih terus berjalan. Semoga Allah berkenan mencurahkan rahmat dan ampunan, dan menjauhkan kita semua dari adzab neraka. Aamiin.

#Demak,23042021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun