"Aku pernah bersama dengan orang-orang sufi. Aku tidaklah mendapatkan pelajaran darinya selain dua hal. Pertama, dia mengatakan bahwa waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memotongnya (memanfaatkannya), maka dia akan memotongmu."
Kemudian orang sufi tersebut berkata :
Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil)."
Ini adalah kaidah dalam kehidupan. Apabila waktu kita tidak diisi dengan kegiatan positif, pasti terisi oleh kegiatan negatif.
Manusia pun sepakat bahwa waktu itu berharga. Orang barat mengatakan "time is money". Pepatah Arab juga menyebutkan  "Waktu adalah nafas yang tidak mungkin akan kembali." Orang sukses dunia-akhirat pasti akan sangat menyesal jika waktunya terbuang percuma tanpa manfaat dan faidah.
Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu berkata, "Tiada yang pernah kusesali selain keadaan ketika matahari tenggelam, ajalku berkurang, namun amalanku tidak bertambah."
Begitu berharganya waktu hingga Allah swt sendiri berulangkali mengingatkan umatnya dengan beberapa surat yang diawali dengan sumpah Allah terhadap waktu itu sendiri. Misalnya "wal-ashri" (demi masa), "wad-dhuha" (demi waktu dhuha), "wal-lail" (demi waktu malam) dan lain-lainnya. Namun demikian, sebagian besar manusia justru melalaikan waktu, terutama untuk mempersiapkan kehidupan akhirat kelak.Â
Rasulullah  shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang" (HR. Bukhari)
Abu Darda berkata,"tiga hal membuatku tertawa tapi kemudian membuatku menangis.
Pertama, orang yang memburu dunia sementara kematian mengejarnya.
Kedua, orang yang tertawa terbahak-bahak tapi tidak tahu apakah Allah ridha padanya atau tidak.
Ketiga, orang yang lalai tapi dia tak pernah luput dan dilalaikan dari pengawasan Allah."
Seorang ulama zaman dahulu berkata: Aku telah melihat kebanyakan orang menghabiskan waktu dengan cara yang aneh. Jika malam panjang, mereka habiskan untuk pembicaraan yang tidak bermanfaat, atau membaca buku percintaan dan begadang. Jika waktu siang panjang, mereka habiskan untuk tidur. Sedangkan pada waktu pagi dan sore, mereka di pinggir sungai Dajlah, atau di pasar-pasar.
Aku ibaratkan mereka itu dengan orang-orang yang berbincang-bincang di atas kapal, kapal itu terus berjalan membawa mereka dan berita mereka. Aku telah melihat banyak orang yang tidak memahami arti kehidupan.
Di antara mereka, ada orang yang telah diberi kecukupan oleh Allh Azza wa Jalla , ia tidak butuh bekerja karena hartanya yang sudah banyak, namun kebanyakan waktunya padai siang hari ia habiskan dengan nongkrong di pasar melihat orang-orang (yang lewat). Alangkah banyaknya keburukan dan kemungkaran yang melewatinya.
Aduhai, ayyaman ma'duudaat, kumpulan hari-hari, yang terhitung, yang terbatas. Keberadaan kita di dunia ini adalah kumpulan hari-hari yang terbatas. Di mana pun berada, di tempat yang terlihat mulia di mata manusia, ataupun yang dipandang rendah, semuanya adalah hari-hari yang dibatasi. Tapi, begitu kaki melangkah di padang mahsyar, tempat tinggalmu ditetapkan, entah sebagai ahli surga atau ahli neraka. Tak ada lagi hari-hari yang dibatasi, yang ada hanyalah hari-hari tanpa batas.