Mohon tunggu...
fatmasari titien
fatmasari titien Mohon Tunggu... Penulis - abadikan jejak kebaikan, jadikan hidup penuh manfaat

ibu profesional, pembelajar dan pegiat sosial.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dewasa Sebelum Waktunya, Baik atau Bahaya?

21 November 2020   23:12 Diperbarui: 22 November 2020   03:05 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menurut Havighrust, masa perkembangan manusia terbagi dalam beberapa tahap, antara lain:

  1. Masa bayi dan kanak-kanak awal (0-6 tahun)
  2. Masa kanak-kanak madya (6-13 tahun)
  3. Masa remaja (13-18 tahun)
  4. Masa dewasa awal  (19-30 tahun)
  5. Masa dewasa madya (30-60 tahun)
  6. Masa dewasa akhir  (di atas 60 tahun)

Setiap masa memiliki tugas-tugas perkembangan yang berbeda,  meliputi:

  1. Perkembangan motorik (motoric development), yakni proses perkembangan yang progresif dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik anak.
  2. Perkembangan kognitif (cognitive development) yakni  perkembangan fungsi intelektual atau proses perkembangan kemampuan atau kecerdasan otak anak.
  3. Perkembangan sosial dan moral (social and moral development), yakni proses perkambangan mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cara anak dalam berkomunikasi dengan obyek atau orang lain, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok.

Bila suatu tugas tidak dipelajari pada waktu yang tepat akan jauh lebih sulit untuk mempelajarinya pada kemudian hari. Menurut teori ini, ada tiga persyaratan yang harus dipenuhi agar berkembang dengan benar, yaitu: 

1).  kematangan fisik, hal ini dipengaruhi oleh asupan gizi yang dibutuhkan individu agar semua organ tubuhnya berkembang dan berfungsi secara normal sesuai usianya. Anak yang tidak mendapatkan asupan gizi sesuai kebutuhannya, biasanya lambat mencapai kematangan fisik. Anak yang berlebihan dalam mendapatkan asupan gizi, cenderung mengalami kematangan fisik yang lebih cepat. 

Banyaknya makanan instant dan junk food yang dikemas menarik dan menawarkan kemudahan dalam mengolah, menjadi pilihan keluarga masa kini dalam pemenuhan kebutuhan makanan dan minuman bagi keluarga mereka. Makanan instant dan junk food ini rerata mengandung beberapa bahan makanan tambahan seperti pengawet, penyedap rasa, pewarna, dll.

Celakanya, bahan makanan tambahan ini ternyata memberi pengaruh pada perkembangan hormon estrogen dan progesteron sehingga dapat mempercepat kematangan fisik pada anak-anak, ditandai dengan munculnya ciri-ciri seks sekunder yang lebih cepat dari anak-anak seusianya. 

Dulu, masa haid pertama baru dijumpai pada anak-anak usia 9 tahun bahkan cenderung lebih dari itu, di masa sekarang sudah banyak anak-anak di usia 8 tahun yang mulai mengalami haid.

Bila dulu, anak laki-laki baru mengalami mimpi basah di usia 12 tahun, di masa sekarang mereka mulai mengalaminya di usia yang jauh lebih muda. Meski demikian, kematangan fisik yang terjadi tidak berimbang dengan kematangan mental sehingga banyak menimbulkan kegaduhan dan kebingungan. 

2).  harapan budaya, hal ini dipengaruhi oleh tontonan yang dikonsumsi dan budaya yang dianut dalam lingkungan sosial individu. Anak yang tumbuh dalam lingkungan yang tidak sehat  secara tidak langsung dipaksa untuk melihat dan meniru perilaku dewasa yang ada di sana. Ingat kasus anak perempuan kecil yang dititipkan  dalam lingkungan lokalisasi pelacuran dan kemudian ketagihan ngeseks di usia 8 tahun? itu salah satu contohnya.

Norma dan budaya juga dapat masuk melalui   tontonan dan tayangan media yang dikonsumsi. Anak-anak adalah peniru ulung. Apapun yang mereka lihat dan mereka dengar, akan mereka coba untuk lakukan. Semakin sering dilihat dan didengar, semakin sering dicoba dipraktikkan. 

Pernah lihat tayangan iklan shopee di televisi? pernah dong, pasti.... Coba perhatikan anak-anak di depan kotak ajaib ini. Baru kedengaran musiknya saja, mereka refleks bersenandung, bersiul atau bahkan berjoged seperti bintang iklannya.

Bisa jadi kemudian dia juga meniru gaya berbicara dan gaya berpakaiannya juga lengkap dengan make-up sang bintang iklan. Ini baru satu iklan loh. Belum lagi tayangan-tayangan lain seperti sinetron, film, reality show, termasuk konten dewasa yang mudah diakses di mana saja, baik melalui layar komputer maupun telpon genggam.

Juga game-game yang banyak diselipi adegan dewasa/ pornografi. Yang demikian ini juga sangat berpengaruh pada proses perkembangan anak. Bila tidak difilter, anak cenderung mengikuti dan menjadi dewasa sebelum waktunya. 

3).  nilai perorangan, hal ini dipengaruhi oleh pola pengasuhan yang diterapkan orangtua (keluarga) pada anak. Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter (cenderung keras, apa-apa dilarang, ini gak boleh, itu gak boleh) akan membuat anak makin penasaran dan mencari tahu dari sumber lain saat berada di luar pengawasan orangtua.

Dan ini bisa menjadikannya lepas kontrol tanpa pendampingan. Pernah dengar ungkapan 'di rumah alim, di luar mbedhal' (di rumah perilakunya  baik, tapi di luar rumah perilakunya buruk sekali). Ini merupakan salah satu dampaknya. 

Begitu juga dengan orangtua yang menerapkan pola asuh serba boleh terhadap apa yang diinginkan anak ataupun  abai terhadap apa yang dilakukan anak. Anak akan merasa bahwa semua tindakannya benar sehingga tak ada lagi kontrol terhadap apapun yang dilakukan anak.

Tak masalah bila ia melakukan hal yang positif, tapi akan berdampak buruk bila dia melakukan hal yang negatif semisal: menonton konten dewasa (porno) dan kemudian mencoba mempraktikkannya.

Akan lebih baik bila orangtua menerapkan pola asuh demokrasi di mana anak didampingi, diajak diskusi dan diberi pengertian secara bijak tentang hal-hal yang positif yang dapat dia lakukan dan dampaknya bagi diri dan masa depannya. Juga diberi pemahaman tentang hal-hal negatif yang selayaknya dia hindari demi kebaikan diri dan masa depannya.

Beberapa orangtua justru mendorong anaknya untuk menjadi lebih dewasa dengan melimpahkan sebagian tugas orangtua kepada anak (parentifikasi). Sebagian dari mereka menuntut anak yang belum cukup umur untuk mengambil alih peran mereka menjadi orangtua bagi adiknya 

Sebagian lagi mendandani anak mereka seperti orang dewasa dan mengajarkan peran tertentu untuk menarik keuntungan (eksploitasi anak). Anak-anak ini tidak paham dengan peran yang dimainkan, mereka hanya tahu orang-orang senang melihat apa yang dilakukannya  dan mereka mendapat hadiah karena itu. 

Lalu, apa bahayanya bila anak dewasa sebelum waktunya?

Havighrust menjelaskan bahwa setiap tahapan memiliki tugas perkembangan yang berbeda. Kegagalan tugas  perkembangan dalam setiap tahap akan berpengaruh pada tahap selanjutnya. 

Pada masa kanak-kanak awal (0-6 Tahun), individu akan  belajar untuk  merangkak, duduk, berjalan, makan, berbicara, mengontrol regulasi pembuangan feses dan urin, mengenali dan membedakan ciri-ciri fisik berdasarkan jenis kelamin,   membentuk konsep dan mempelajari bahasa untuk mendeskripsikan situasi fisik dan sosial yang riil, serta membangun hubungan emosi dengan orang-orang di sekitarnya.

Pada masa kanak-kanak madya (6-13 tahun), individu akan belajar kemampuan fisik untuk melakukan permainan sederhana, menjalin hubungan dengan orang yang lebih tua, membangun perilaku yang sehat agar diterima secara sosial, mengenali peran-peran sesuai jenis kelamin secara lebih kompleks (maskulin-feminin), membangun konsep yang teratur mengenai kehidupan sehari-hari, mengembangkan kesadaran, moralitas, dan perangkat nilai serta sistem sosial, mencapai independensi personal, serta membangun sikap dan perilaku yang sesuai dengan sistem nilai yang dianut lingkungan sosialnya.

Di masa remaja (13-18 tahun), individu akan  belajar untuk, membangun hubungan yang matang dengan kawan sebaya dari berbagai jenis kelamin, mempelajari dan menggapai salah satu peran gender, menggapai kemandirian emosional terpisah dari orangtuanya dan orang dewasa lainnya, menyiapkan pernikahan dan kehidupan keluarga, memilih perangkat nilai dan sistem etis yang menjadi panduan dalam berperilaku, menggapai perilaku-perilaku yang punya nilai tanggung jawab sosial, serta memilih pekerjaan.

Di masa dewasa awal, individu  harus mulai  memilih pasangan, belajar untuk hidup berdampingan dengan pasangan hidup, membangun keluarga, mengasuh anak, mengurus rumah, memulai pekerjaan, memiliki tanggung jawab sosial secara luas, serta menemukan social group yang menyenangkan.

Seperti yang sudah disebutkan di atas, dalam berbagai studi, masa kanak-kanak biasanya berakhir pada usia 12 atau 13 tahun. Namun sesungguhnya, perilaku ala remaja sudah bisa ditemukan di usia yang jauh lebih muda.  Mereka menginginkan produk bermerek tertentu atau mendatangi tempat hang-out populer. Para gadis kecil yang menghabiskan uang saku untuk membeli kosmetik atau berniat diet demi postur tubuh yang menurutnya kekinian, langsing dan menarik. Serta 'gejala' paling sering adalah, mereka enggan untuk menyanyikan lagu atau membaca buku yang dibuat untuk konsumsi anak-anak serta menghabiskan banyak waktu di dunia maya. Atau anak-anak SD yang saling memanggil ayah-bunda, papa-mama dan kedapatan melakukan adegan pelukan atau ciuman dengan lawan jenisnya. 

Kita bisa bayangkan, bila usia masih anak-anak, namun mengalami dewasa sebelum waktunya, berarti proses perkembangannya meloncat melewati tahap yang seharusnya. Dengan kata lain, mereka dipaksa melakukan tugas-tugas perkembangan yang tidak sesuai dengan usianya. Tugas-tugas perkembangaari  yang seharusnya dia lakukan menjadi terkesampingkan. Masa-masa yang seharusnya digunakan untuk bermain dan mengasah ketrampilan fisik serta menuntut ilmu justru membebaninya dengan tugas-tugas perkembangan masa dewasa awal. 

Dampak negatif yang terjadi bila anak dewasa sebelum waktunya, antara lain:

1). Anak-anak yang mengalami pubertas dini (dewasa sebelum waktunya) memiliki tingkat depresi dan kecemasan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan teman sebaya mereka yang lain. Jika dibandingkan anak laki-laki, efek ini lebih sering ditemukan secara konsisten pada anak perempuan. Hal ini terjadi karena perubahan fisik yang mereka alami sehingga merasa berbeda dari anak lain.

Terlebih bila datang masa haid yang dirasa menyakitkan dan sangat mengganggu aktivitas. Belum lagi dengan perubahan hormon yang membuat tumbuhnya jerawat dan perubahan suara. Hal ini bisa saja membuat mereka menarik diri dari lingkungannya.

Anak perempuan yang matang lebih awal cenderung menderita masalah pencitraan tubuh dan kepercayaan diri yang lebih rendah dibandingkan mereka yang matang tepat pada waktunya atau terlambat. 

2). Anak perempuan dan laki-laki yang mengalami pubertas dini lebih berisiko terhadap penyalahgunaan zat terlarang. Kebiasaan merokok bahkan jauh lebih sering ditemukan pada anak yang matang lebih awal dibandingkan mereka yang tepat waktu atau terlambat. Hal ini disebabkan karena mereka mencari pelampiasan untuk menghilangkan kecemasan. Dan sebagiannya mempercayai bahwa rokok, miras dan obat-obatan dapat menghilangkan kecemasan meski hanya sementara.

3). Pubertas dini juga dapat menempatkan anak pada resiko aktivitas seksual yang lebih awal dibandingkan dengan mereka yang matang tepat waktu atau terlambat. Beberapa studi menunjukkan bahwa anak perempuan juga lebih aktif secara seksual ketika mereka berkembang lebih awal. Selain itu, aktivitas seksual dini sering dikaitkan dengan peningkatan risiko kehamilan pada anak dan remaja. Dan ini sangat berresiko bagi ibu dan bayinya karena usia ibu yang terlalu muda belum siap secara fisik dan mental untuk mengurus  bayinya dan berrumah tangga.

4). Terjadi fase kebosanan pada usia dewasa sehingga mereka berperilaku childish (kekanak-kanakan) karena masa kanak-kanaknya belum tuntas

Lalu.... apa yang sebaiknya dilakukan untuk mencegah anak dewasa sebelum waktunya? Peran orangtua sangat dibutuhkan dalam hal ini, di antaranya dengan cara:

a. menerapkan pola pengasuhan demokratif, menjadi orangtua sekaligus sahabat bagi anak-anak, membiasakan mereka terbuka dalam berbagi cerita.

b. mengontrol dan mendampingi anak-anak dalam penggunaan gadget dan media yang ada.

c. memfasilitasi anak-anak agar dapat melatih ketrampilan fisik  anak dengan kegiatan yang positif

d. menyediakan buku-buku bacaan yang menarik dan sesuai dengan usia dan kebutuhan anak

e. memilihkan lingkungan yang positif dan kondusif bagi anak

#Demak,21112020

Referensi:

Psikologi Perkembangan, Hurlock

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun