Mohon tunggu...
Fatmasari
Fatmasari Mohon Tunggu... Penulis - Seorang Pemimpi dari Kampung

Instagram : @fatmafama10 . Wattpad : heningrindu . NovelMe : Hening Rindu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ketika Semesta Mulai Bercanda (Part 2)

7 Juni 2020   13:26 Diperbarui: 7 Juni 2020   13:25 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat wajahnya yang cantik tetapi juga sangat tegas dan garang. Alisnya yang tebal, bibir yang kecil tapi tidak tipis, hidung yang tak seberapa bangir, dan matanya yang lebar dengan iris hitam gelap. Aska terpesona, tetapi tidak berani memandang lama, takut jika tiba-tiba gadis itu mengetahuinya dan menjadi murka. 

Bukankah semua orang tidak pernah suka dipandang terlalu lama oleh orang lain? Bukan semua, pikirnya waras, dia sadar hanya dirinya yang merasa seperti itu. Nyatanya, orang-orang di luaran sana justru membuat sensasi hanya untuk mendapat pengakuan dan terkenal. Berlagak baik dan menjadi dermawan hanya karena ingin dilihat dan menjadi terpandang.

Tunggu! Bukankah gadis itu yang sempat meminjamkan pena padanya siang tadi? Aska yakin itu gadis yang sama. Tetapi kenapa tatapan matanya tidak seceria tadi? Matanya begitu hidup ketika kali pertama mereka bertemu, tetapi sekarang lain.

Bersamaan dengan hadirnya kilat yang disusul garangnya petir yang bergema, jeritan yang tidak kalah mengerikan keluar dari mulut gadis di pojok emperan toko itu. Tubuhnya yang sedari tadi berdiri mematung, kini sudah berubah gaya menjadi jongkok dengan kedua tangannya memeluk erat tempurung lututnya. 

Dan jika tak salah lihat, tubuhnya yang meringkuk itu bergetar. Dia seperti ketakutan? Gadis yang memiliki wajah secuek itu takut pada kilat petir dan gemuruh suara petir sampai sebegitunya? Hal ini sangat tidak masuk dalam akal Aska. Dia ingin menolong---karena memang hanya ada dia dan gadis itu di sana---tetapi dia tidak berani.

"Maaf, Mbak. Mbak tidak papa?" Akhirnya lelaki itu memberanikan diri untuk mendekat dan bertanya.

Wajah yang sedari tadi dibenamkan dalam-dalam pada kedua lutut itu memandangnya. Matanya yang semula dilihat oleh lelaki itu begitu kosong, kini jelas sekali terlihat takut. Bahkan mata itu sudah sempurna memerah karena tangis. Gadis itu sesegukan. Membuat Aska menjadi lebih bingung dan takut pula ditatap dengan diam oleh sang gadis.

"Ma-Mas, bisa minta tolong antarkan saya pulang?" ucap gadis itu berusaha menenangkan hatinya. Air mata terus mengalir dari mata indahnya. Membuat siapapun orang yang melihatnya tidak akan sampai hati menolak permintaannya.

"Tentu saja, tapi ini masih hujan, Mbak. Lebih baik kita nunggu sampai benar-benar reda, ya?" Hujan memang sudah tidak sederas sebelumnya, tetapi masih sanggup membuat kuyup jika nekat diterjang. Gadis itu mengangguk dengan sungguh. Sepertinya dia sudah mampu menguasai dirinya. Tetapi tetap saja, laki-laki itu tidak berani bertanya kenapa, untuk bertanya siapa nama gadis itu saja nyalinya ciut.

***

Seperti biasa, setiap pagi mereka akan berkunjung ke sebuah kedai kopi terlebih dahulu sebelum menuju tempat yang sebenarnya dituju. Dan seperti biasa pula, itu adalah permintaan dari Aurum. Sekarang mereka sudah duduk berhadap-hadapan sembari menunggu kopi yang telah dipesan. Tiba-tiba bayangan tentang pertemuan keduanya dengan Aurum melintas pada ingatan Aska. Pertemuan itulah yang membawanya masuk untuk pertama kalinya ke kedai kopi ini. Dan pertemuan itulah yang membuatnya semakin tertarik pada sosok gadis yang sekarang duduk dengan begitu manis di depannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun