Aurum terengah-engah bagaikan habis lari  ribuan meter tanpa jeda. Keringatnya pun bercucuran membuat basah piyamanya. Matanya sendu, hatinya pilu. Mimpi itu, kenapa harus kembali? Apa takdir akan kembali memporak-porandakan hatinya? Kenapa seakan-akan semesta tidak pernah mengizinkannya merasa tentram? Tak cukupkah deritanya selama ini sebagai penebusan dosa?
"Aurum, kamu tidak papa, Nak? Kenapa ngos-ngosan gitu?" Ibunya berniat membangunkan Aurum sebab telah ditunggu Aska, namun malah menemukan anaknya dengan keadaan kuyup oleh keringat dan napas yang tersenggal-senggal.
bersambung ...
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!