Mohon tunggu...
fatma ariyanti
fatma ariyanti Mohon Tunggu... Buruh - Citizen

Point of view orang ke-3

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penyakit "Merasa Spesial"

18 Agustus 2023   11:49 Diperbarui: 18 Agustus 2023   11:51 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Apaan sih orang itu. Gak banget!"

"Cuma aku disini yang bener."

"Dia kira siapa sih? Masih bagusan juga aku."

"Gitu aja sok. Bagusan juga punyaku."

"Emang cuma aku disini yang pinter."

"Semua orang gbl*k banget sih!"

Saya menyebut perasaan merasa spesial adalah sebuah penyakit. Penyakit yang mengawali segala penyakit lain, hingga sampai pada narsisme. Kesombongan hanyalah awal. Permulaan dari sebuah perjalanan menuju kata perbandingan tanpa akhir.

Hal yang paling berbahaya adalah ketika kesombongan diwujudkan menjadi manifestasi (perwujudan perilaku) yang nyata. Contoh kata-kata yang saya sebutkan di atas sebenarnya masih sangat umum kalau cuma dipikir atau dibatin dalam hati saja. Gawatnya kalau diomongin secara nyata, lalu  menimbulkan kesan meremehkan dan menghina orang lain. Kata-kata ini baru awal dari sebuah penyakit 'Merasa spesial'.

Perasaan merasa special artinya kamu berpikir, bertingkah serta menalar hanya berdasarkan dari sudut pandangmu, tanpa memikirkan sudut pandang orang lain. Sehingga timbul logika bahwa semua hal yang terjadi hanya berputar di sekitarmu. Keadaan, waktu, situasi, pokoknya segala hal berotasi pada kamu seolah kamu adalah matahari.

Beberapa buku sejarah dan sosiologi menyebutkan, tokoh yang paling dikaitkan dengan paham narsisme adalah Hitler. Yaps orang yang menjadi kunci dari penyebab perang dunia II. Beliau ini adalah orang cerdas, logis dan tentunya karismatik in personal. Saya sendiri tidak berhak mengomentari karakternya dan tidak berniat membandingkannya dengan tokoh manapun. Hanya saja, jika kamu menilik sejarah, banyak sekali tokoh-tokoh antagonis yang dimulai dari rasa inferior. Kemudian membuncah jadi iri. Lalu berubah lagi menjadi kesombongan, kemudian naik lagi jadi 'merasa spesial'. Emosi yang terus naik ke tangga yang tidak sehat ini semakin membuncah seolah ada dorongan kuat. Tentu saja motivasi muncul dari faktor internal dan eksternal. Karena itu di artikel ini saya ingin mengingatkan diri sendiri, kalau bisa orang lain juga, bahwa kita harus selalu sadar diri. Manusia sangat sangat gak penting banget buat merasa spesial, namun juga tidak baik kalau merasa terlalu inferior.

Menurut saya ada dua karakter yang tidak bisa lepas dari penyakit merasa spesial, yaitu psikopat dan sosiopat. Dua jenis ini tentunya sangat menyeramkan. Psikopat merasa dirinya spesial, karena kebanyakan dari mereka memang cerdas, entah secara emosional ataupun logika, begitu juga dengan sosiopat yang memandang orang lain seolah dia adalah tokoh utama dari segala hal, dan merasa semua orang, materi, dan kehidupan hanya berotasi padanya. Bisa dibilang psikopat dan sosiopat secara lahiriah telah memiliki penyakit merasa spesial. Lalu dimanifestasikan dalam bentuk-bentuk yang orang lain tidak bisa diterima. Mulai dari membunuh, merampas secara kasar maupun halus, bahkan memanipulasi. Hal itu dikarenakan mereka serta merta berpikir bahwa nalar semua orang tidak akan pernah bisa menyamainya. Tidak lebih dari figuran yang ada untuk dirinya.

Wah, saya jadi bicara kemana-mana ya. Maaf, maaf hehe. Intinya sama beropini, kalau sifat 'Merasa spesial' bisa tumbuh perlahan bahkan kadang kita sendiri tidak menyadarinya. Kadang merasa paling pintar, paling kaya, paling oke, paling jos, sedangkan yang lain gak ada apa-apanya. Sehingga kita dengan percaya dirinya memanfaatkan, memanipulasi dan merugikan orang lain dengan cara-cara yang menurut kita benar, atau kadang malah merasa hal itu harus dilakukan.

Karena itulah, kita harus berhati-hati, agar tidak terlena dengan nikmat yang diberikan Tuhan. Selain itu inferioritas yang berlebihan juga akan membawa pada perangai buruk yang berakhir selalu menyalahkan diri sendiri dan orang lain. Karena penyakit merasa spesial lama-lama akan mengambil alih karakter dan mencuci otak kita, dengan halus dan perlahan.

Semoga kita semua dijauhkan dari sifat-sifat buruk dan semoga kita menjadi pribadi yang makin lebih baik setiap hari. Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun