Apakah kamu tipe yang suka baca buku motivasi?
Jujur saja saya tidak terlalu suka (bukan benci ya). Dulu pas masih remaja saya prefer komik entah lokal maupun anime (manhwa belum populer di Indo) atau kumpulan cerpen.
Menurut saya, isi dari buku motivasi itu cuma seputar 3 hal di bawah ini:
Komitmen (disiplin, berproses, usaha)
Bersyukur (kerelaan, penerimaan, kepercayaan)
Ikhlas (empati, emosi, rasa sakit)
Yang kemudian dijabarkan dengan pendekatan-pendekatan empiris, analitis, dan/atau psikologis. Setiap penulis memiliki ciri khasnya masing-masing dalam mengintegrasikan apa yang telah di telitinya menjadi analogi-analogi hidup yang kreatif (atau mungkin puitis) sehingga lahirlah kata-kata bijak, kata-kata motivasi yang jika ditelaah lebih dalam terdengar sangat bermakna. Bukan kedengarannya tapi memang bermakna. Apalagi yang bicara adalah sosok yang pernah mengalaminya langsung. Akibatnya motivasi-motivasi tersebut menjadi valid dan menjadi kebenaran bahwa apa yang diutarakan si pembuat motivasi adalah jalan yang bisa ditempuh setiap individu. Padahal semuanya adalah opini penulis belaka. Namun opini-opini penulis-yang disulap jadi motivasi-yang menggiring pembaca ini adalah pola pikir yang positif dan mampu mempengaruhi pembaca untuk mengikutinya. Mulai dari cara berkomitmen, cara bersyukur dan cara ikhlas dengan lurus-lurus tanpa ada perasaan menderita dan sengsara. Yang artinya emosi penulis tertransfer dengan baik melalui motivasi yang diberikan kepada orang lain. Meskipun tidak semuanya dapat berlaku untuk semua individu. Tetapi kenyataannya memang hal tersebut adalah hal positif yang berpengaruh baik.
Akhirnya step-step menuju kebahagiaan masyarakat kini menjadi satu garis yang bisa ditarik kesimpulan padahal setiap orang memiliki variabel yang berbeda tiap hidupnya. Ukuran dari bahagia dan rasa sakit menjadi sepadan dan sama beratnya dalam timbangan untuk semua orang. Karena itu gaes jangan terlalu banyak baca buku motivasi. Tanpa itu pun kamu masih bisa termotivasi.
Kecuali kamu punya niat terselubung untuk mendapatkan sesuatu dari buku motivasi tersebut. Misalnya mencari tahu pola pikir penulis alih-alih me-universalkan segala opininya tentang hidup. Jujur saja yang paling ingin saya komentari adalah buku Mark Manson. Tenang, bukan kritik negatif kok. Justru saya ini salah satu fans beliau. Saya membaca dua bukunya yang sampul warna orange dan warna biru, yang sudah baca pasti tahulah yang judulnya itu, hehe.
Buku Mark Manson terdengar luar biasa dengan pola pikir yang juga luar biasa. Manson memadukan kisah-kisah nyata sejarah dan tokoh-tokoh filsuf di masa lalu yang juga nyata adanya. Beliau adalah orang cerdas yang mampu menggiring opini dengan sangat luwes dan mulus melalui penelitian empirisnya yang meyakinkan. Saya juga yakin dia ini tipe yang knowing everything well ketika diajak ngobrol. Dengan ekspresi yang menyejukkan dan pola pikir yang cerdas seperti tanpa batas.
Dan menurut sejauh yang bisa saya simpulkan, buku-bukunya tersebut memiliki kesimpulan, bahwa komitmen, rasa syukur dan penerimaan (ikhlas) adalah kunci hidup bahagia. Meskipun dijabarkan sedemikian rupa, tetapi saya hanya menyimpulkan 3 poin ini. Entah bukunya yang orange dan yang biru, keduanya memiliki pola yang sama. Dunia tampak kacau, manusianya kacau, lingkungan juga kacau, tapi yang sesungguhnya kacau adalah pikiran dan batin kita sendiri. Karena kita adalah manusia yang diberi akal. Permasalahan muncul dari adanya nalar-nalar yang sadar, kebahagiaan muncul dari adanya proses problem solving yang disertai kesadaran penuh dalam menjalani hidup. Jujur saja saya pernah baca yang buku orange saat usia 20, tetapi saya belum sepenuhnya paham. Kemudian saya beli yang biru, saya kira itu malah buku sejarah lho karena terlalu banyak kilas balik. Lalu saya baca lagi saat usia 22 tahun dan akhirnya mengerti. Apalagi saat itu saya benar-benar dalam masa terpuruk.
Menurut saya seni paling tinggi dan murni di dunia ini adalah seni untuk ikhlas. Ikhlas menjalani proses, ikhlas menjalani cobaan, ikhlas menjalani berbagai terjalnya hidup. Jika kita ikhlas bahagia, kita juga harus ikhlas bersedih. Dan begitulah hidup dan segala emosi manusia di dalamnya.
Mungkin kata "F*cked" (Bodo Amat) dalam buku Manson adalah garis finish. Garis finish dari berharap lebih pada manusia, garis finish berekspektasi pada kebahagiaan, garis finish berekspektasi A, B, dan seterusnya. Kita akhiri semua ekspektasi yang membuat kita serakah, lelah dan lupa untuk menghargai hal-hal penting dalam hidup.
Buku Mark Manson sangat luar biasa. Sejauh ini buku motivasi karya beliau adalah buku ke-2 yang saya baca setelah Animal Farm. Soalnya saya jarang banget baca buku motivasi. Saya prefer buku nonfiksi ilmu pengetahuan.
Kalau menurut kalian bagaimana? Apakah kamu punya buku motivasi favorit? Atau tipe yang membaca hampir semua buku motivasi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H