Mohon tunggu...
fatma ariyanti
fatma ariyanti Mohon Tunggu... Buruh - Citizen

Point of view orang ke-3

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengatasi Lucid Dream dan Sleep Paralysis

24 April 2022   22:09 Diperbarui: 24 April 2022   22:13 1303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kira-kira itu yang bisa saya bagikan sebagai tips sebagai orang biasa yang entah bagaimana dan mengapa sering mengalami lucid dream. Dulunya saya takut, namun semakin dewasa, saya sadar kalau harus mencari cara agar tidak terjebak lama-lama dalam mimpi. Karena jujur saja saya pernah melihat di sosial media, bahwa banyak sekali kasus kematian orang saat tidur. Pikiran saya langsung mengarah ke situ, saya jadi paranoid saat mimpi sadar. Dan semakin paranoid, saya malah semakin sering mengalaminya.

Syukurlah sekarang saya sudah jarang mengalaminya, paling sebulan sekali, itupun kalau memang dalam keadaan sangat capek lelah stres lahir batin. Mungkin akan ada beberapa orang yang dengan sarkas bilang 'Halah itu mah karena kamu lupa berdoa' Hemmmm... saya merasa ingin menyentil ginjalnya.

Saya tidak pernah lupa berdoa saat tidur namun tetap mengalaminya. Dan diantara semua teori tentang lucid dream, saya lebih percaya dengan teori ilmiah psikologi. Bahwa semakin tidak sehat mental kita, alam bawah sadar akan terus menimbulkan hal-hal di luar nalar tanpa kita sadari. 

Saya bahkan pernah mengalami hal yang tidak masuk akal lebih dari ini. Namun tidak akan saya ceritakan di sini karena ini cukup sensitif dan mungkin akan hanya jadi olok-olokan saja karena saking tidak masuk akalnya, haha.

Saya memutuskan untuk hidup lebih bahagia mulai sekarang karena masa lalu itu seperti rantai, kalau kita bodoh, mereka akan mengekang tubuh dan pikiran kita, kalau kita cukup pintar, rantainya akan kita gunakan sebagai tali untuk membantu kebutuhan sehari-hari. Dan fungsi rantai itu ada dalam keputusan kita sendiri.
Ini hanya opini semata, penulis bukan orang pintar dan bukan psikolog. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca. Mereka yang membaca adalah orang-orang cerdas yang sadar bahwa manusia tidak seharusnya menjadi bodoh secara sukarela.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun