Aku beranjak dari kasur menuju lemari pakaian. Mengambil bekas kotak sepatu yang sudah ku hias kertas kado motif floral. Kemudian membukanya.
Bunga ini masih ada…
Ya, bunga dari Pelatih Didi kala hiking menuju Bukit Piayu. Aku mengeluarkan bunga tersebut dengan hati-hati, maklum hanya bunga kering.
Aku mencoba mengelus permukaan bunga, rapuh.
Apa yang harus aku perbuat dengan hatiku?
***
Setelah menerima “hadiah selamat datang” dari para pelatih berupa penceburan di kolam sekitar bukit, kami dibagi menjadi beberapa grup untuk membuat tenda. Malam ini kami akan menghabiskan waktu di Bukit Piayu.
Not bad.
Pemandangan disini sangat bagus. Tempat ini sangat sempurna untuk menikmati keindahan Batam yang kotanya sudah dipenuhi perumahan serta hiruk-pikuk kendaraan. Bukit Piayu terletak di antara perumahan Piayu dan perumahan Barelang. Jika melihat sekeliling, maka disatu sisi terlihat Jembatan Barelang dan lautan biru dibawahnya serta pepohonan rimbun yang menyejukkan disisi lainnya.
Setelah mencari beberapa kayu yang kira-kira dapat digunakan sebagai penyangga tenda, aku, Rindu, dan Wuri mencoba memasang tenda sendiri. Beberapa menit kemudian kami berusaha memukul kayu agar dapat berdiri sempurna. Namun tetap saja kayu menjadi miring dan mudah tumbang. Pertanda tidak baik nih.
Rindu, si bungsu, akhirnya meminta bantuan Pelatih Arjuna untuk mendirikan tenda kami sedangkan kami bertiga hanya memperhatikan dan sesekali membantu mengikat tali pada kayu yang sekarang sudah menjadi tiang yang kokoh.