Mohon tunggu...
fatimatus zahro
fatimatus zahro Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi

Membaca adalah jendela dunia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta dalam Diam

8 Oktober 2019   18:35 Diperbarui: 8 Oktober 2019   18:54 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan aku bukan lagi calon yang menjadi tulang rusuknya, karena dia sudah menemukan tulang rusuknya. Relakanlah hati ini membiarkan tubuh itu bersatu dengan tulang rusuknya. Karena dia bukan tempat yang bisa ditempati tulang rusukku lagi.

Wahai Dzat yang memiliki langit dan bumi dan semua yang ada, bukankah banyak lelaki di bumiMu yang luas ini, maka pilihkanlah salah satu diantara mereka untukku, untukku jadikan panutan dalam melaksanakan perintahMu, untukku jadikan sandaran ketika suka dan duka, dan imam dalam taat kepadaMu. Ikhlaskan hati ini ya Allah dan gantikanlah dia dengan orang yang lebih baik darinya." Air mata sudah tak dapat ku bendung lagi, suaraku rasanya tercekat di tenggorokan apa yang ada di hatiku tak dapat kusuarakan lagi, tapi Dia tahu segala apa yang ada dihatiku. Ku pasrahkan semuanya kepada-Nya.
***
Pagi ini aku awali seperti hari-hari biasanya walau perasaan sakit itu masih ada, aku mencoba mengalihkan dengan melakukan aktifitas yang bisa membuatku lupa.
Kemudian bapak datang mengunjungiku tanpa aku duga, dan membuatku bertanya-tanya 'ada perlu  apa beliau datang?' Aku mencium punggung tangannya. "Ada perlu apa bapak??" tanyaku yang sudah penasaran dengan maksud kedatangan beliau. 

"Begini Ais..., ada yang melamarmu, namanya Ahmad. Apakah kamu mau menerimanya?? Jika kamu menerimanya, maka seminggu dari kamu menerimanya bapak akan langsung melangsungkan akadmu dengannya." Mendengar ucapan bapak aku terkejut bukan main, pasalnya aku tidak tahu bagaimana dia dan kemudian langsung akad ya Allah yang benar saja. Aku terdiam. 

"kamu tidak perlu khwawatir, nak Ahmad merupakan anak yang baik, soleh dan insyaallah dia mampu membimbingmu, bagaimana??" Aku tak berfikir panjang lagi jika menurut bapak dia adalah laki-laki yang baik maka dia baik untukku, aku menjawab dengan mantap, karena aku tahu ustad Farhan tidak akan menjadikanku tulang rusuknya, karena aku mungkin bukanlah jodohnya. "iya bapak, Ais bersedia. Jika dia baik menurut bapak, maka dia baik menurut Ais". 

Wajah bapak terlihat sangat senang. "apakah kamu tidak ingin melihat bagaimana nak Ahmad?" "Tidak bapak, lebih baik aku melihatnya setelah akad saja." Bapak tersenyum." Kalau begitu, bapak pulang dulu."

Setelah bapak pulang aku menceritakan berita itu kepada Aini sahabatku dan juga perasanku dulu kepada ustad Farhan. Dia terkejut bukan main."Kamu sungguh mau menikah Is, tapi kamukan tidak tahu dia gimana. Mungkin dia cacat atau gimana??". Aku tahu dia tidak berusaha menjelek-jelekkan mas Ahmad tapi itulah yang terbaik menurutku. 

"Kamu memang ada benarnya Ai, tapi aku yakin dia baik, karena dia pilihan orang tuaku dan aku yakin dia baik untukku." "Ya semoga saja, aku akan doakan yang terbaik untukmu. Dan kamu harus kuat menjalani semua ini." "Ya Amin..."

Seminggu itu terasa sangat cepat sekali, dan sekarang saatnya aku pulang. Sesampainya dirumah aku langsung didandani dan memakai kebaya warna putih gading. Aku menunggu dengan cemas di kamar, tapi kenapa hati ini sangat kotor karena masih memikirkan ustad Farhan dan menyukainya padahal aku sekarang sudah resmi menjadi istri orang, karena di luar sudah terdengar suara "SAH".

Perasaanku bingung dan tubuhku menengang ketika suara knop pintu terbuka, aku tahu dia sudah berada di kamar yang sama bersamaku. "Assalamualaikum zaujati.." 

"Walaikum salam zauji..." suaranya seperti kukenal. Tapi aku masih tidak menatap kepadanya aku masih menunduk. "Bolehkah aku menatap wajah istriku..." suara itu, tidak mungkin. Kemudian aku beranikan diri untuk melihat ke arahnya. 

Dia tersenyum. Dia sangat tampan, solih, berpengetahuan luas, dan lelaki yang ku puja. Ahmad Farhan Abdillah. "Ustad..." lirihku."Hubby jangan kau panggil aku ustad karena sekarang aku adalah suamimu...". "Tapi kenapa..?"tanyaku bingung. "Kamu ingat pertemuan kita yang pertama, dari situ aku selalu memikirkanmu menyebutmu dalam doaku, menilai dan melihatmu dari kejauhan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun