Anies juga meyakinkan keluarga korban dengan janji akan mengurus dan memperjelas kasus meninggalnya alm. Harun Al Rasyid sehingga keluarga korban pun bersedia untuk hadir di debat perdana Pilpres 2024. Banyak orang - orang yang terkejut dan kagum dengan keberanian Anies, namun banyak juga orang - orang yang menyatakan bahwa Anies terlalu berlebihan dan dinilai tidak etis lantaran menonjolkan penderitaan orang lain untuk sebuah bahan kampanye.Â
Kubu TKN Prabowo-Gibran tidak terima dan tinggal diam dengan pernyataan yang dilontarkan oleh Anies Baswedan dalam debat perdana Pilpres 2024 tersebut. Wakil Ketua TKN Prabowo - Gibran, Ahmad Muzani memberikan suatu klarifikasi untuk membantah pernyataan tersebut.
Ahmad Muzani menyatakan faktanya Harun Al Rasyid yang masih berumur 15 tahun bukanlah pendukung Prabowo Subianto yang saat itu menggelar aksi demo menolak hasil pemilu 2019. Alm. Harun Al Rasyid saat itu hanya datang untuk menyaksikan hasil demo. Mengangkat kasus ini juga memacu orang beranggapan bahwa Anies sedang mengeksploitasiÂ
"Penjelasan yang diberikan oleh orang tua Harun Al Rasyid pada saat kejadian dia berumur 15 tahun. Kalau 15 tahun berarti belum memiliki hak pilih, Tahun 2019 dia itu masih SMP. Kemudian dia juga mengatakan dia datang ke sana untuk menyaksikan, untuk melihat. Jadi dia bukan pemilih, dia bukan pendukung, simpatisan juga bukan, tapi dia usia anak-anak yang ikut menjadi korban," kata Muzani saat ditemui di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, kamis (14/12/2023).
Hal ini dianggap berlebihan dan sebagai salah satu strategi menarik untuk mencari simpatik masyarakat. Cara Anies dalam mencari simpatik tanpa adanya fakta data membuat banyak orang menjadi ricuh seusai debat perdana Pilpres 2024. Banyak juga yang beranggapan bahwa Anies Baswedan mengulik luka pada keluarga korban yang mana itu sudah terjadi beberapa tahun yang lalu. Sedangkan posisi Prabowo saat disudutkan Anies dinilai lebih kalem karena memberi jawaban secara proposional, tidak berlebihan dan lugas dalam bertutur.
Tugas Generasi Z adalah mencari informasi lebih valid dan actual agar tidak termakan dengan berita – berita panas yang berujung palsu. Banyak bukti – bukti yang harus dicari apalagi Gen-Z adalah generasi yang pemikirannya demografis serta kritis apalagi dalam dunia politik. Kebayakan Gen-Z pada tahun 2024 nanti sudah memiliki hak suara dan wajib memberikan suaranya untuk pemimpin pilihan yang menurutnya baik untuk menjadikan Indonesia yang Sejahtera dan tentram. Pengalaman pertama untuk saya bisa menyuarakan segala aspirasi, namun memberikan suara juga harus memiliki bekal. Bukan hanya asal dalam memilih namun, kita harus mengamati perjalanan Pilpres ini sampai tuntas agar tidak terjadi kesalahan dalam memilih pemimpin yang bertanggungjawab.
Pilih pemimpin yang memiliki aksi bukan hanya bicara fiksi dengan rangkaian kata – kata manis. Indonesia membutuhkan pemimpin yang jujur, yang bisa mendengar suara rakyat kecil, membuat perubahan dipelosok terpencil dan membutuhkan pemimpin yang sanggup mengayomi rakyatnya secara langsung bukan hanya menikmati segala kewenangan yang telah ia dapatkan nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H