Bagaiman Kontribusi Islam dalam Segi Ilmu Komunikasi
Ilmu Komunikasi pada umumnya baru mulai berkembang di abad ke-20. Pada sisi lain perkembangan tersebut juga dipengaruhi oleh perkembangan Ilmu Komunikasi terutama ketika tehnologi komunikasi dan media komunikasi berkembang melesat seiring dengan kebutuhan fitrah manusia sebagai makhuk sosial. Dengan hadirnya perguruan tinggi baik di dalam maupun di luar negeri yang membuka jurusan dan program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam diharapkan dapat melahirkan produk pemikiran dan tenaga-tenaga yang handal dan bisa bersaing menghadapi abad informasi ini.
Mempertemukan Agama dengan Ilmu Pengetahuan
Era renaissance dari abad ke-3 hingga abad ke-4 adalah periode emas. Menurut kruitin, periode ini dianggap sebagai puncak dari intermediate civilization of islam yang merupakan saksi dari munculnya kelas menengah yang makmur dan berpengaruh dan memiliki keinginan kuat untuk membuat fasillitas yang diperuntukan untuk memperoleh pengetahuan serta situasi sosial yang telah memberikan kontribusi dalam penyebaran kebudayaan kuno. Era renaissance adalah era dimana kebangkitan intelektualitas masyarakat muslim untuk mempelajari ilmu agama dan kebangkitan mempelajari ilmu sains.Â
Saat kita mengkaji keilmuan sosial dan budaya, kita tidak akan pernah lepas dari agama, Â karena keduanya saling mempengaruhi.
Gagasan ilmu sosial profetikÂ
Ilmu ini pertama kali digagas oleh prof. Kunto Wijoyo seorang tokoh penulis nasional, pemikirannya berawal dari teori-teori yang ada, seperti Aristoteles, Plato, dan Newton yang akhirnya muncul-lah perspektif lain dengan mengenalkan konsep wahyu, antara rasionalisme dan empirisme diberikanlah jalan tengah ini. Menurut Kunto Wijoyo, wahyu ini dapat menjadi salah satu sumber bagi ilmu pengetahuan dengan alasan bahwa wahyu mengadung banyak ilmu pengetahuan, contohnya Al-qur’an. Oleh karena itu wahyu merupakan jalan tengah yang hendak ia rintis. Bagi Kunto Wijoyo menggunakan wahyu sebagai ilmu pengetahuan akan melahirkan bentuk keilmuan baru yaitu ilmu sosial profektif.
Balik lagi, kata profektif dalam ilmu sosial profektif secara teologis mengacu pada isra miraj, peran kenabian nabi Muhammad SAW yang tidak tergoda oleh manisnya perjumpaan dengan Allah. Saat isra miraj, kembalinya Rasul kepada masyarakat (bumi) untuk menyampaikan wahyu-wahyu Allah, menyampaikan kebaikan-Nya, dan tidak tergoda oleh nikmat surga-Nya yang menjadi kenikmatan haqiqi. Demikianlah makna atau pesan isra miraj yang dapat diambil oleh prof. Kunto Wijoyo yang mengawali gagasan ilmu sosial profektif itu.
Oleh karena itu kata profektif dipakai untuk kategori etis, bukan kategori ilmu maupun terapan. Dengan demikian profektif merupakan kesadaran sosiologis dari nabi untuk memanusiakan manusia dan membawa manusia untuk beriman kepada Tuhan, dengan kata lain ilmu profektif adalah ilmu yang mencoba meniru tanggung jawab sosial para nabi. Dengan demikianlah yang menjadi pondasi ilmu sosial profektif.
(MZ & FM)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H