Oleh Fatimah Latif
Suatu hari seorang teman mengirimkan sebuah video inspirasi, yang kisahnya berasal dari negeri gajah berdurasi sepuluh menit lebih. Kisah video tersebut tentang seorang anak autis dan guru yang mampu menginspirasi.Â
Ceritanya si anak autis yang ditinggal cerai orang tuanya dan dirawat sanakkeluarganya didaftarkan kembali sekolah di sebuah sekolah biasa. Keluarga si anak menjelaskan kepada sang guru bahwa anak tesebut anak autis yang kondisinya agak parah setelah ditinggal cerai orang tuanya.
Sang guru pun mengajaknya ke kelas dan meminta si anak memperkenalkan diri, tetapi tidak ada reaksi sama sekali. Kemudian sang guru meminta si anak menempati bangku yang kosong. Si anak duduk dan mengeluarkan semua alat tulisnya. Sang guru memperhatikan semua tindak tanduk si anak, dan mencoba mempelajari kebiasaan-kebiasaannya.
Sang guru mencari tahu bagaimana anak autis bisa dipahami agar dapat belajar bersama temannya. Suatu hari di saat sang guru mengajar, si anak autis tersebut hanya memandangi kincir angin di jendela.Â
Sang guru kemudian mengambil satu kincir tersebut dan si anak autis mengarahkan pandangannya ke kincir. Sang guru mulai memahami bahwa anak autis akan memperhatikan benda-benda yang bergerak.
Sang guru kemudian mencari tahu bagaimana menarik perhatian si anak autis. Dalam penjelajahannya guru mengetahui  anak autis tertarik pada angka-angka dan warna. Kemudian sang guru mengubah cara mengajarnya yang bisa diterima semua anak sehingga si anak autis menunjukkan kemajuan dalam belajarnya.
Suatu hari si anak autis diganggu oleh temannya, kemudian anak itu dipukulinya tanpa ampun, anak autis akan sulit di tenangkan saat marah dan dengan bekal pengetahuan yang dimiliki sang guru dia mampu menenangkan si anak autis tersebut. Sang guru mulai menghitung satu sampai lima dan dalam hitungan yang kelima si anak autis tenang dari amukannya.
Keesokan harinya orang tua dari anak yang dipukulinya, mendatangi sekolah dan keberatan atas tindakan si anak autis. Orang tua tersebut meminta anak autis itu dikeluarkan karena dianggap mengacau dan terbelakang.Â
Sang guru tidak terima dengan kata-kata si ibu itu, dia lalu meminta si anak autis menyebutkan hari sesuai tanggal yang diminta sang guru. Si anak autis berhasil menyebutkan semua hari sesuai tanggal kalender yang diminta sang guru. Sang guru mampu membuktikan bahwa siswanya itu tidak terbelakang.
Si anak autis yang merasa senang belajar dengan gurunya tiba-tiba bersujud meminta maaf agar tidak dikeluarkan. Sang guru yang melihat itu menghampiri siswanya dan merangkulnya. Sejak saat itu si anak autis mampu menunjukkan perkembangan belajarnya.
Dari kisah tersebut kita bisa belajar bahwa sebenarnya tidak ada anak yang bodoh. Mereka  hanya butuh penanganan khusus dan perhatian dari guru. Seorang guru harus tanggap dalam mengajar. Mereka harus bisa mencari tahu dan memahami kekurangan anak didiknya kemudian menetapkan tindakan dalam mengajar.
Guru harus mampu mengajari ABK (anak berkebutuhan khusus), karena mereka juga butuh belajar. Hal seperti ini tak bisa kita hindari dalam lingkunga kita. Oleh karena itu, seorang  guru betul-betul harus siap dengan kondisi seperti ini.Â
Meskipun untuk ABK memerlukan penanganan  khusus dan terkadang guru tidak memiliki pengetahuan dalam penanganan ABK. Berikut hal yang dapat dilakkukan untuk dapat menangani mereka Â
1.Kenali kalainan pada anak didik
pada dasarnya ABK memiliki penanganan yang berbeda. Oleh karena itu pendidik harus mampu mengenali kelainan anak sebelum mengambil tindakan penanganan dalam pembelajaran. dalam hal ini dapat mencari informasi dari orang tua anak.
2.Gali informasi
Dalam hal ini guru dituntut untuk bersikap professional dalam penanganan anak ABK. Guru harus berusaha mencari tahu kelainan anak dan mengetahui penanganannya dari buku-buku referensi, untuk itu sekolah perlu menyediakan buku-buku di perpustakaan bagi guru untuk menjadi sumber informasi dalam menangani ABK. Selain itu, penyediaan  sumber jaringan internet juga dibutuhkan sebagai salah satu alternative sumber informasi.
3.Tentukan strategi belajar.
Guru dalam menentukan strategi pembelajaran perlu mempertimbangkan lingkungan anak, agar anak tidak merasa dibedakan dengan anak normal. Mereka harus ditangani secara khusus , tetapi tidak menimbulkan kesenjangan antara anak normal.Â
Oleh karena itu perlu menemukan starategi yang tepat seperti melakukan permainan yang melibatkan mereka dalam belajar sehingga mereka tidak merasa terpinggirkan.
4.Berikan perhatian lebih
Bersikap adil dan tidak membedakan anak didik dalam lingkungan kelas  secara khusus itu memang penting. Agar mereka bisa berbaur dengan anak normal berikan perhatian khusus pada ABK.
Mungkin sebagian anak menganggap ini tidak adil, tetapi perlu memberikan pemahaman terhadap anak bahwa mereka itu memiliki keistimewaan dan membutuhkan perhatian lebih dari yang lain. Dengan memberikan pemahaman seperti ini akan bisa memudahkan dalam menangani ABK.
Pelayanan pendidikan untuk anak ABK kadang dianggap menghambat dalam pembelajaran, namun sebagai guru kita harus melakukan kewajiban kita dalam mengajari anak bangsa. Anak --anak itu sama, hanya saja mereka memiliki keistimewaan lebih.Â
Oleh karena itu, mereka butuh perhatian dari orang-orang sekitarnya. Jangan hindari mereka dan perlakukan mereka seperti  penyakit danharus dijauhi.Â
Namun rangkul mereka agar bisa menata masa depannya. Mereka juga memiliki impian seperti anak-anak lainnya. Mari jadikan hambatan mereka sebagai tantangan dari  wujud profesioanlisme.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H