Kita hanya perlu memahami bahwa apa yang tampak itu hanya sebagian dari cerita hidup yang sesungguhnya lebih kompleks dari hanya sekedar beberapa unggahan di media sosial.
Berdasarkan teori Dramaturgi, Erving Goffman mengatakan kesan yang ingin ditampilkan dari pertunjukan seseorang ini dinamakan pengelolaan kesan (Impression Management). Dikatakan bahwa teori ini yang digunakan seseorang atau aktor untuk memupuk kesan-kesan tertentu dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam hubungannya dengan media sosial sebagai tempat eksistensi dan presentasi diri, seorang pengguna media sosial akan berusaha menampilkan unggahan-unggahan yang dapat menimbulkan kesan yang sesuai dengan apa yang mereka inginkan.Â
Sebagai contoh lagi, seseorang menggugah dirinya sedang jalan-jalan dan makan di restoran hotel bintang tujuh agar menimbulkan kesan pada para pengikutnya bahwa ia adalah orang kaya dan lain sebagainya.
Dengan begitu, media sosial berhasil menciptakan kesan-kesan itu. Dan secara tidak langsung, itu sangat berpengaruh dan berdampak pada kondisi kesehatan mental para penggunanya.
Dalam jurnal yang berjudul "Pengaruh Media Sosial terhadap Perkembangan Pola Pikir, Kepribadian dan Kesehatan Mental Manusia" disebutkan bahwa ada 3 hal yang menjadi alasan mengapa media sosial sangat berkaitan dengan kesehatan mental. Apa saja itu?
Pertama, Ketika seseorang terlalu asyik bermedia sosial, mereka cenderung lupa dengan kesehatan dirinya. Kualitas dan kuantitas tidur yang berpengaruh pada kesehatan otak sering terabaikan, pola makan tidak teratur, duduk terlalu lama, dan kurangnya aktivitas fisik. Hal seperti itu dapat menyebabkan datangnya penyakit fisik maupun mental.
Kedua, Pengguna media sosial yang pasif namun sering memantau media sosial dengan gulir sana-gulir sini berpotensi mengalami gangguan mental. Emosi negatif yang juga disebut Fear of Missing atau FOMO kemungkinan dapat mereka alami dengan merasakan kehampaan, marah, dan emosi-emosi negatif lainnya.Â
Ketiga, Pengguna media sosial yang aktif mengunggah kegiatan dirinya kemungkinan besar berisiko mengalami gangguan mental. Mereka cenderung terobsesi dengan respon para pengguna media sosial lainnya, mulai dari berapa banyak like, komen, impression, dll. Dalam dunia Psikologi, hal tersebut disebut dengan validasi eksternal.
Lantas, Bagaimana Cara Saya Menjaga Kesehatan Mental dari Pengaruh Media Sosial?
Sederhana saja. Saya hanya melakukan dua hal, yaitu mengurangi gulir media sosial dan tidak sering unggah status atau foto di media sosial saya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!