Mohon tunggu...
Firda Fatimah
Firda Fatimah Mohon Tunggu... Tutor - Belajar

IG : @fatim_firda

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Inilah 3 Alasan Mengapa Jatuh Cinta Tak Perlu Berlebihan

30 Desember 2020   15:35 Diperbarui: 27 April 2021   07:53 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hayoo, siapa nih yang sedang jatuh cinta? Ngaku aja. kamu, kan? Ngomong-ngomong, gimana tuh rasanya? Nano-nano, ya? Seneng banget atau malah sedih? Miris karena ternyata cinta bertepuk sebelah tangan, kemudian patah hati, eeaakk, rasain tuh. Eh, hehe.

"Wajar", itulah satu kata yang cukup pas untuk kita labelkan pada orang yang sedang jatuh cinta. 

Ya, memang benar. Jatuh cinta itu wajar, satu hal yang lumrah terjadi pada orang yang perasaan dan hatinya masih normal, masih memiliki rasa cinta terhadap lawan jenis. Kalau tidak ada, justru bisa bahaya. Betul, tak?

Setiap orang pernah merasakan jatuh cinta. Saat bunga jatuh cinta sedang mekar-mekarnya, berjuta rasa senang dan bahagia seakan terasa kekal. 

Padahal, tak sedikit pula kisah jatuh cinta seseorang yang berakhir pada kasih yang tak sampai, rasa yang tertolak, cinta yang tak direstui, kasih yang terkhianati, sayang yang tak diperjuangkan, ditinggal nikah, hingga kisah-kisah pilu lainnya.

Bahkan, tak jarang pula ada kisah jatuh cinta seseorang yang berakhir tragis, memilih menenggak sabun cucian atau gantung diri karena ternyata doi tak menerima cintanya. 

Niat hati ingin cepet mati karena tak kuat merasakan penolakan, eh yang ada malah nggak jadi mati justru badan tersaikiti pula. Aih, malang nian nasib dia.

Nah, karena jatuh cinta itu wajar, maka jatuh cintalah sewajarnya saja. Boleh-boleh saja kamu jatuh cinta, tapi tetaplah berpikir realistis. Hati boleh saja baper, tapi otak tetap gak boleh laper. 

Baca Juga: Gaes, Kenali Karaktermu Sebelum Jatuh Cinta!

Seberusaha mungkin otak kamu harus punya tenaga untuk menetralisir hati dan perasaan kamu. Ya, karena seringnya perasaan itu terlalu manja. Menyek-menyek-- kalau orang bilang.

"Ah, tapi beneran aku jatuh cinta banget sama dia, serasa aku gak bisa jatuh cinta lagi selain sama dia," 

Waduh, bahaya kalau sudah begitu. Bisa-bisa doi risih dan ilfeel melihat modelmu yang begitu.

Untuk meyakinkan kamu mengapa jatuh cinta itu tak perlu berlebihan, ini ada beberapa alasan yang perlu kamu pertimbangan dan mestinya bisa kamu pegang. Apa saja, tuh?

Alasan Pertama, Merasa sangat kehilangan, padahal tak pernah memiliki

Kamu pernah merasakan kehilangan seseorang, padahal tak pernah memilikinya? Oke, tidak masalah, karena memang dia pernah berada di hati kamu.

Orang yang kamu jatuh cintai, ternyata memilih menjadikan orang lain sebagai belahan jiwanya. Kamu tak salah dengan jatuh cintamu, pun dengan perasaan kehilangan yang kamu rasakan. Namun, perasaan kehilangan itu akan terasa lebih ringan jika jatuh cintamu itu masih bisa kamu kontrol.

Perasaan jatuh cinta yang kamu kontrol dengan fakta-fakta realistis, itu akan sangat membantumu ketika ternyata kamu tahu bahwa dia bukan jodohmu. Perasaan kehilangan itu akan segera terobati sejalan dengan kadar perasaan jatuh cintamu padanya yang tak berlebihan.

ilustrasi oleh jateng.tribunnews.com
ilustrasi oleh jateng.tribunnews.com
Alasan Kedua, Rawan kecewa karena harapan yang ditumbuhkan sendiri

Orang yang kamu jatuh cintai, belum tentu jatuh cinta padamu juga, kan? kamu pasti sudah paham perihal ini. Jatuh cinta tak selalu berbalas cinta. Bisa jadi, jatuh cinta malah berbalas kecewa.

Ketika orang yang kamu jatuh cintai ternyata terlihat seperti memberikan perhatian padamu, sering menyapa dan melempar senyum, mengajak kamu makan bersama, meminta bantuan padamu untuk menyelasaikan tugasya, maka kamu perlu berhati-hati disini. Jangan buru-buru merasa "pucuk dicinta ulam pun tiba".

Tidak bermaksud untuk berprasangka buruk kepada doi. Namun, kamu perlu berhati-hati karena mungkin saja dia sedang kesepian dan kamu dijadikan pelampiasan, atau mungkin ia hanya ingin meminta bantuan, dan bisa jadi memang dia bersikap baik ke semua orang termasuk pada dirimu.

Kalau kamu terlalu menaruh rasa jatuh cinta dan mudah geer karena sikap baik doi dengan memunculkan harapan-harapan kamu sendiri, maka bersiaplah untuk kecewa. Toh, sebenaranya dia tak pernah memberi harapan padamu, kamu saja yang terlalu baper.

Alasan Ketiga, Jatuh cinta tak selalu berujung bangun cinta

Berbica tentang jatuh cinta memang tak ada habisnya, pun juga berbicara tentang patah hati. Nyatanya, jatuh cinta memang tak selalu berujung pada bangun cinta alias membangun ikatan janji suci pernikahan.

Mungkin kamu berharap agar jatuh cintamu kali ini adalah jatuh cinta yang terakhir. Kamu merasa dia adalah orang terbaik dan tercocok untukmu. Padahal, kamu lupa bahwa apa yang menurutmu baik, belum tentu baik menurut Tuhanmu.

Kalau jatuh cintamu padanya ternyata tak berujung pada pernikahan, maka artinya dia bukan jodoh kamu. Dia memang baik, tapi bukan yang terbaik untuk kamu.

Baca Juga: Ketika Jatuh Cinta Mengalahkan Kriteria

Maka, jatuh cintalah sewajarnya saja sebelum kamu menyesal karena ternyata dia malah membangun cinta dengan orang lain. Kisah cinta tak hanya bercerita tentang kamu dan dia, banyak sekali manusia di dunia ini yang rahasia cintanya sudah diatur oleh Tuhan, termasuk dirimu.

Oh, iya. Sebagai penutup, aku ada kata-kata yang maknyus banget, nih. Kata-kata ini bisa membuatmu lebih raealistis perihal jatuh cinta. Kata-kata yang luar biasa ini diucapkan oleh ayah Fidya dalam film "Ajari Aku Islam" dengan pemeran utama Roger Danuarta dan Cut Meyriska.

"Kau itu punya iman, sesuatu yang lebih tinggi dari hati. Kau pakai iman kau untuk mengontrol hati kau"

Salam sayang penuh cinta :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun