Pandemi Covid-19 yang kini melanda Indonesia membuat sejumlah elemen yang ada di masyarakat ketar-ketir menghadapinya. Tak ada kesiapan dari tenaga medis, pemerintah ataupun masyarakat itu sendiri untuk menghadapi wabah yang tergolong baru ini.Â
Semua terasa mendadak, korban sedikit demi sedikit mulai terjangkit virus ini, hingga di beberapa daerah indonesia hampir memasuki zona merah. Serba serbi dari corona (covid-19) mencuat dan menimbulkan kepanikan tersendiri di Indonesia.
Seluruh pemberitaan diisi oleh covid-19, seperti sehari tak ada channel yang tidak membahas corona. Semenjak pemberitaan ini mencuat dan korban berjatuhan pemerintah mulai mengambil langkah kebijakan pertama untuk meliburkan sekolah, social distancing, hingga yang terbaru kebijakan PSBB (pembatasan sosial berskala besar) dimana cara ini dianggap mampu mepercepat penanggulangan serta mencegah penyebaran corona yang semakin meluas di Indonesia.Â
Melalui peraturan pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2020 tentang PSBB dalam rangka percepatan peneangan coronavirus disease (covid-19) Â oleh presiden Joko widodo (jokowi) penerapan dimulai pada hari jumat 10april 2020 dikota jakarta. Â Lalu diikuti kota-kota besar yang ada di Indonesia seperti Surabaya.Â
Kebijakan PSBB ini menjadi pro-kontra dalam masyarakat pasalnya peraturan yang dibatasi oleh pemerintah mencakup sebagian besar dari aktivitas sehari-hari.Â
Dari meliburkan kegiatan belajar-mengajar di sekolah, lalu juga di tempat kerja, kegiatan keagamaan dan fasilitas umum yang memicu kerumunan hingga operasional transportasi umum.Â
Hal inilah menimbulkan dampak tersendiri pada bidang yang sangat jelas terkena imbas dari wabah ini adalah bidang ekonomi, efek yang ditimbulkannyapun bagai domino, mulai merambah dan sangat signifikan dalam perputaran uang.Â
Bahkan dibeberapa daerah mengalami kemacetan dalam aktivitas perekonomian, banyak dari pembisnis yang menghadapi kesusahan. Selain itu juga pengangguran akibat PHK menjadi imbas berikutnya akibat ekonomi yang seret.Â
Oleh karena itu perubahan yang terjadi memang sangat mengkhawatirkan terlebih tanggapan dari masyarakat akibat terkena dampak dari pandemi ini. Kondisi ini juga memicu narasi-narasi yang yang berkembang di masyarakat serta munculnya reaksi atas suatu fenomena yang terjadi.
Sehingga fenomena ini menunjukkan realitas perubahan yang terjadi antar masarakat. Perubahan tersebut bisa jadi memiliki pengaruh yang luas atau terbatas. selain itu perubahan bisa bersifat dalam cakupan nilai, norma, pola perilaku organisasi/ lembaga, interaksi sosial dan lain sebagainya.Â
Karena perubahan inilah konflik dapat muncul sebagai reaksi dari sebuah perubahan, dimanapun manusia berada akan selalu menjumpai terjadinya konflik begitulah gambaran tentang fakta dasar kehidupan.Â
Melihat dalam fenomena pandemi saat dikeluarkannya kebijakan PSSB banyak dari masyarakat ada yang mendukung kebijakan dari pemerintah tetapi ada juga yang tidak mematuhi aturan tersebut, hal inilah merupakan konflik dari dinamika sosial dalam tatanan masyarakat.Â
Ditengah ditegakkannya kebijakan PSBB oleh pemerintah banyak dari masyarakat yang tetap melakukan akitivitas seperti biasa, seperti kabar berita yang beredar bahwa adanya sekumpulan anak muda yang tetap merayakan kelulusannya dan nekat konvoi dijalanan.Â
Himbauan yang didengungkan pemerintah untuk tetap dirumah demi menghindari suatu kerumunan demi mencegah dan menekan kasus covid-19 di Indonesia nyatanya masih diabaikan.Â
Dilain sisi penampakan jalanan Jakarta yang mulai macet kembali, serta keadaan bandara dan terminal yang dipenuhi para pemudik padahal yang diketahui adanya himbauan untuk tidak mudik.Â
Lalu yang terbaru adalah penutupan gerai makananan pertama di Indonesia, McDonald's Sarinah mendapat sorotan dari banyak pihak dan berbuntut panjang.Â
Pasalnya acara serimonial penutupan restoran cepat saji ini juga merupakan penerapan dari PSBB. Kedatangan pengunjung yang ke lokasi pun jumlahnya tak terelakkan, dan hal inilah membuat pemerintah provinsi DKI memberikan sanksi denda kepada manajemen restoran.Â
Dilihat dari fenomena yang terjadipun ini merupakan suatu konflik yang terjadi di masyarakat, bagaimana sikap masyarakat terhadap sebuah kebijakan yang diambil pemerintah, lalu bagaimana sebuah aturan yang dibuat dapat dilaksanakan tidaknya.Â
Oleh karenanya kenyataan atas suatu perubahan memang tidak bisa dihindari. Sebuah pendekatan fungsiona struktural pun dianggap kurang mampu dalam meredam dari masalah perubahan sosial dan hal itu tidak dapat juga menghindari sebuah konflik.Â
Sehingga keadaan ini mengakibatkan ketegangan sosial, berarti menunjukkan lemahnya integrasi dari sebuah kelompok tersebut. Suatu perubahan biasanya terbungkus dalam sebuah kekacuan dalam kehidupan soial namun perlu digaris bawahi tidak semua perubahan yang terjadi itu mengalami kekacauan yang besar.Â
Tetapi ada di beberapa lingkup, apabila konflik yang terjadi menimbulkan suatu kerugian masyarakat akan menemukan cara untuk mengatasi sebuah konflik itu sendiri. Konflik juga tidak bisa di cegah begitu saja, ini mmerupakan bagian dari dinamika sosial yang yang ada.Â
Adanya konflik menjadi penetu bagaimana masyarakat itu mengambil dalam sebuah langkah dalam kehidupan bermasyarakat dapat menjadi hal yang positif sebagai pembelajaran atau mendorong pada hal yang negatif. Lalu tinggal bagaimana kita sebagai masyarakat untuk bersikap bijak dalam menghadapi perubahan tak terduga ini.
Fatimah Azzahrok
Jepara, 17 Mei 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H