Di sisi lain, dibanding papan informasi yang ada di Candi Kadisoka dan Candi Gebang, papan informasi yang ada di Candi Pal Gading bisa dibilang lebih kompleks, tidak hanya sejarah yang dituliskan tetapi hingga pembuatan denah kawasan, walaupun memang tidak terdapat versi Bahasa Inggrisnya.Â
Selama mengamati sekitar candi, Saya duduk di bongkahan batu yang ada di pinggiran candi sambil menikmati segarnya Susu Murni Nasional yang Saya beli di perjalanan. Terdapat perbedaan signifikan antara Candi Pal Gading dengan candi-candi pada umumnya yang berbentuk kerucut lancip, akan tetapi candi ini berbentuk tabung dengan pucuk tumpul seperti setengah bola dan bisa dibilang bangunan utama candi ini tidak terlalu besar.
Tak lama setelah menghabiskan gelas susu kedua dan mengamati pemandangan candi, Saya pun beranjak pulang dan mengakhiri kilas balik liburan masa kecil Saya. Memang tidak memakan waktu sehari penuh, akan tetapi sudah terasa cukup untuk mengenang memori-memori yang menyenangkan. Tidak sebatas menceritakan pengalaman saja,Â
Saya pun berharap tidak hanya candi-candi besar saja yang mendapat perhatian wisatawan, tetapi juga candi kecil, seperti Candi Kadisoka, Candi Gebang, Candi Pal Gading, serta candi-candi lain yang juga berada di tengah pemukiman masyarakat.Â
Masing-masing tempat memiliki keunikannya tersendiri, dan siapa tau tanpa sadar keunikan tersebut ada di dekat kita. Semoga setelah ini kita semakin aware dengan apa yang ada di dekat kita, sesuatu yang nyata dan bukan tak kasat mata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H