Akhirnya sekitar hari ketiga, saya penasaran, dan mungkin gemes karena yang selesai hanya satu warna terus, tapi anak saya sudah cukup bangga dengan itu dan berada di zona nyaman. Saya pun mencoba rubik yang terasa impossible bagi saya.Â
Saya coba sendiri, mengandalkan intuisi dan logika saya, GAGAL. Bahkan satu bagian pun tak bisa seperti anak saya.
Akhirnya, saya coba buka-buka youtube. Video pertama, masih GAGAL. Video kedua, sama, bahasanya masih saja membingungkan. Dan beberapa video yang saya coba, hingga AI saya tanyakan, masih tak mampu membuat saya melangkah lebih dari cross putih. Uniknya, setiap saya mencoba, anak saya gemes dan selalu mengintervensi untuk membuat satu bagian warna selesai sehingga saya tak tuntas mencoba. Saya pun apatis sendiri. Mungkin rubik memang bukan untuk ibu-ibu seperti saya, pikirku.
Setelah menonton berbagai video namun tak lebih hingga tahap cross putih, saya pun (hampir) menyerah. Namun, entah mengapa, suatu waktu ketika sendirian, anak saya sibuk sendiri, saya mendapatkan satu video yang mucul mungkin karena algoritma youtube. Akhirnya, saya coba tonton sambil mencoba. Step demi step saya coba dengan perlahan. Wah, bahasanya mudah dimengerti! Wah, bagian putih dan lantai pertama sudah jadi! Wah lantai 2 sudah jadi! Wah bagian kuning sudah jadi! Dan... voila! Saya berhasil menyelesaikan rubik 3 x 3 itu!!!
Saya selebrasi di depan anak yang menatap dengan tak percaya. Namun, saat itu saya jadikan momen pelajaran kepada anak dengan berkata:
"Jangan pernah berhenti belajar walaupun kita merasa sudah bisa! Karena perasaan kita sudah mampu itu membuat kita tidak berkembang. Ummi tidak sepintar ananda, tapi karena ummi belajar, ummi bisa menyelesaikan lebih dari yang ananda selesaikan. Mungkin susah, ananda lihat sendiri betapa gemesnya ananda melihat ummi belajar tapi tak bisa-bisa. Tapi, pada akhirnya, ananda bisa lihat sendiri hasil belajar itu,"
Mungkin terkesan sok ya. Tapi, saya pribadi belajar banyak tentang bagaimana untuk sukses dari belajar rubik ini. Saya yang sedang menjalani penelitian di S2 dan sedang buntu dengan kegagalan-kegagalan eksperimen. Tapi pada akhirnya, apa yang dikerjakan dengan ilmu dan kegigihan, pasti akan menemukan titik terang untuk "selesai".
Akhirnya, saya menggambarkan tutorial menyelesaikan rubik untuk anak seperti di bawah: