Mohon tunggu...
fatimah
fatimah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Kepribadian saya cenderung pendiam dan introvert, namun saya senang berdiskusi dengan individu yang memiliki minat serupa. Topik konten yang saya minati adalah sejarah, teknologi, dan politik. Saya memiliki keterkaitan untuk mempelajari hal-hal baru dan selalu ingin tahu.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami Dinamika Kekuasaan dan Identitas dalam Hubungan Internasional: Marxisme dan Konstruktivisme

23 Oktober 2024   19:29 Diperbarui: 23 Oktober 2024   19:32 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Studi hubungan internasional adalah bidang yang kompleks, dipenuhi dengan berbagai pandangan yang saling bersaing. Dua teori utama yang signifikan dalam memahami dinamika antarnegara adalah Marxisme dan Konstruktivisme. Berasal dari pemikiran Karl Marx, Marxisme menekankan pentingnya aspek ekonomi serta kelas sosial dalam menentukan pola interaksi global. 

Teori ini menginterpretasikan sistem internasional sebagai arena di mana negara-negara kapitalis berkompetisi untuk merebut sumber daya dan pasar. Di sisi lain, Konstruktivisme menawarkan fokus pada bagaimana konstruksi sosial serta identitas ikut membentuk perilaku negara-negara. Menurut perspektif ini, kenyataan di tingkat internasional bukanlah sesuatu yang bersifat objektif, melainkan dibentuk melalui interaksi dan persepsi para aktor.

Tulisan ini akan mengeksplorasi kedua teori tersebut lebih mendalam dengan menganalisis elemen-elemen kunci serta membandingkan and memperbandingkan sudut pandang mereka mengenai hubungan internasional. Dengan analisis ini, kita akan memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana kedua teori dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena global seperti perang, perdagangan, dan diplomasi.

Teori Marxisme dalam Hubungan Internasional

Teori Marxisme dalam hubungan internasional berfokus pada analisis sistem ekonomi global dan pengaruhnya terhadap interaksi antarnegara. Pendekatan ini memahami sistem internasional sebagai hasil dari kapitalisme, yang secara mendasar mengakibatkan eksploitasi dan ketidakadilan. 

Beberapa poin utama dalam teori Marxisme terkait HI adalah:

  • Eksploitasi dan Ketidakadilan: Menurut teori Marxisme, negara-negara maju (kapitalis) mengeksploitasi negara-negara berkembang (koloni) melalui praktik perdagangan yang tidak adil, investasi luar negeri, serta penindasan politik. Perbedaan dalam kekayaan dan kekuasaan antara negara maju dan berkembang muncul akibat sistem kapitalis yang eksploitatif.
  • Pertentangan Kelas Global: Teori Marxisme memandang konflik di arena internasional sebagai gambaran perjuangan kelas global antara buruh dengan pemilik modal. Dalam perspektif Marxis, negara merupakan alat bagi kelas kapitalis untuk melindungi kepentingan mereka sambil mengendalikan sumber daya di seluruh dunia.
  • Imperialisme dan Kolonialisme: Dalam pandangan Marxisme, imperialisme serta kolonialisme dipahami sebagai bentuk eksploitasi ekonomi oleh negara-negara kapitalis guna menguasai sumber daya serta pasar di wilayah-wilayah sedang berkembang.
  • Sistem Dunia: Khususnya dalam konteks teori sistem dunia, pendekatan ini menggambarkan dunia sebagai sebuah struktur hierarkis di mana negara-negara maju berada di pusat sedangkan negara-negaranya berkembang terpinggirkan. Negara-nagara sentral melakukan eksploitasi terhadap kawasan pinggiran untuk mempertahankan dominasi mereka.

Teori Konstruktivisme dalam Hubungan Internasional

Teori konstruktivisme dalam hubungan internasional menitikberatkan pada peran ide, norma, dan identitas dalam membentuk tingkah laku negara-negara. Pendekatan ini berargumen bahwa realitas internasional tidak bersifat objektif, melainkan dibangun melalui interaksi sosial serta proses pembelajaran. 

Berikut adalah beberapa poin penting dari teori konstruktivisme dalam HI:

  • Konstruksi Realitas: Teori konstruktivisme menyoroti bahwa realitas global terbentuk oleh ide-ide, norma-norma, dan identitas yang dimiliki bersama oleh negara-negara. Sebagai contoh, perang bukanlah sesuatu yang melekat dalam sistem internasional secara alami; ia dikonstruk lewat pemikiran mengenai kekerasan, kedaulatan, dan keamanan.
  • Peranan Ide dan Norma: Dalam pandangan konstruktivisme, gagasan dan norma merupakan elemen penting yang mempengaruhi perilaku negara. Pemikiran tentang demokrasi, hak asasi manusia, serta isu lingkungan dapat berkontribusi terhadap kebijakan luar negeri berbagai negara.
  • Identitas dan Interaksi Antar Negara: Teori ini juga menggarisbawahi betapa signifikan identitas dalam membangun hubungan antar bangsa. Identitas nasional maupun regional serta ideologis dapat berdampak pada cara negara saling berinteraksi.
  • Transformasi Sosial dan Politik: Konstruktivisme menyadari bahwa fenomena global dapat berubah seiring dengan transformasi gagasan, norma-norma ,dan identitas kelompok atau masyarakat tertentu. Dinamika sosial serta politik memiliki potensi untuk mengubah tatanan internasional.

Perbandingan antara Teori Marxisme dan Konstruktivisme

Teori Marxisme dan konstruktivisme memberikan sudut pandang yang berbeda mengenai dinamika di kancah internasional. 

Berikut adalah beberapa perbandingan antara keduanya:

  • Fokus: Teori Marxisme menekankan aspek ekonomi serta struktur sistem internasional, sedangkan konstruktivisme lebih memusatkan perhatian pada ide-ide, norma-norma, dan identitas.
  • Sumber Konflik: Dalam pandangan teori Marxisme, konflik muncul sebagai akibat dari eksploitasi ekonomi dan perjuangan antar kelas; sementara itu, dalam konstruktivisme, konflik dianggap timbul dari perbedaan dalam ide-ide, norma-norma, dan identitas.
  • Peran Negara: Menurut teori Marxisme, negara berfungsi sebagai alat untuk kelas kapitalis; sebaliknya, konstruktivisme melihat negara sebagai aktor yang dipengaruhi oleh ide-ide serta norma-norma sosial.
  • Perubahan: Untuk teori Marxisme, perubahan dikhususkan sebagai dampak dari perjuangan antar kelas; namun bagi konstruktivisme, perubahan terjadi karena adanya evolusi dalam hal ideologi, norma-norma sosial atau identitas.

Marxisme dan Konstruktivisme memberikan wawasan penting dalam memahami rumitnya hubungan internasional. Marxisme menyediakan kerangka analitis yang kokoh untuk mengeksplorasi pengaruh ekonomi dan kelas sosial terhadap dinamika antarnegara, sedangkan Konstruktivisme menekankan peran konstruksi sosial serta identitas dalam membentuk cara pandang dan perilaku negara-negara. 

Walaupun kedua teori ini menyuguhkan perspektif berharga, masing-masing juga memiliki kelemahan. Marxisme kadang-kadang terlalu menganggap deterministik dengan mengaitkan semua konflik internasional pada faktor ekonomi, sementara Konstruktivisme mungkin kesulitan menjelaskan elemen material yang memicu terjadinya konflik.

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih menyeluruh mengenai hubungan internasional, perlu adanya integrasi antara kedua pendekatan tersebut. Penelitian di masa mendatang bisa difokuskan pada interaksi antara struktur ekonomi dan sosial serta dampaknya terhadap perilaku negara. Selain itu, studi juga dapat mengeksplorasi bagaimana norma-norma serta identitas global dikembangkan dan diubah oleh kekuatan politik serta ekonomi. Dengan menggabungkan sudut pandang dari Marxisme dan Konstruktivisme, kita akan mampu mencapai pemahaman yang lebih mendalam tentang dinamika hubungan internasional dalam konteks globalisasi saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun