Mohon tunggu...
fatimah
fatimah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Kepribadian saya cenderung pendiam dan introvert, namun saya senang berdiskusi dengan individu yang memiliki minat serupa. Topik konten yang saya minati adalah sejarah, teknologi, dan politik. Saya memiliki keterkaitan untuk mempelajari hal-hal baru dan selalu ingin tahu.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami Dinamika Kekuasaan dan Identitas dalam Hubungan Internasional: Marxisme dan Konstruktivisme

23 Oktober 2024   19:29 Diperbarui: 23 Oktober 2024   19:32 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berikut adalah beberapa perbandingan antara keduanya:

  • Fokus: Teori Marxisme menekankan aspek ekonomi serta struktur sistem internasional, sedangkan konstruktivisme lebih memusatkan perhatian pada ide-ide, norma-norma, dan identitas.
  • Sumber Konflik: Dalam pandangan teori Marxisme, konflik muncul sebagai akibat dari eksploitasi ekonomi dan perjuangan antar kelas; sementara itu, dalam konstruktivisme, konflik dianggap timbul dari perbedaan dalam ide-ide, norma-norma, dan identitas.
  • Peran Negara: Menurut teori Marxisme, negara berfungsi sebagai alat untuk kelas kapitalis; sebaliknya, konstruktivisme melihat negara sebagai aktor yang dipengaruhi oleh ide-ide serta norma-norma sosial.
  • Perubahan: Untuk teori Marxisme, perubahan dikhususkan sebagai dampak dari perjuangan antar kelas; namun bagi konstruktivisme, perubahan terjadi karena adanya evolusi dalam hal ideologi, norma-norma sosial atau identitas.

Marxisme dan Konstruktivisme memberikan wawasan penting dalam memahami rumitnya hubungan internasional. Marxisme menyediakan kerangka analitis yang kokoh untuk mengeksplorasi pengaruh ekonomi dan kelas sosial terhadap dinamika antarnegara, sedangkan Konstruktivisme menekankan peran konstruksi sosial serta identitas dalam membentuk cara pandang dan perilaku negara-negara. 

Walaupun kedua teori ini menyuguhkan perspektif berharga, masing-masing juga memiliki kelemahan. Marxisme kadang-kadang terlalu menganggap deterministik dengan mengaitkan semua konflik internasional pada faktor ekonomi, sementara Konstruktivisme mungkin kesulitan menjelaskan elemen material yang memicu terjadinya konflik.

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih menyeluruh mengenai hubungan internasional, perlu adanya integrasi antara kedua pendekatan tersebut. Penelitian di masa mendatang bisa difokuskan pada interaksi antara struktur ekonomi dan sosial serta dampaknya terhadap perilaku negara. Selain itu, studi juga dapat mengeksplorasi bagaimana norma-norma serta identitas global dikembangkan dan diubah oleh kekuatan politik serta ekonomi. Dengan menggabungkan sudut pandang dari Marxisme dan Konstruktivisme, kita akan mampu mencapai pemahaman yang lebih mendalam tentang dinamika hubungan internasional dalam konteks globalisasi saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun