Dasar pemikiran liberal terletak pada keyakinan akan kemampuan manusia untuk menggunakan akal sehat guna menyelesaikan konflik melalui dialog dan negosiasi.Â
Teori ini menggarisbawahi betapa pentingnya aturan-aturan serta norma-norma bersama dalam membangun tatanan dunia yang damai dan stabil. Selain itu, liberalisme juga memberikan perhatian kepada aktor non-negara seperti organisasi internasional dan lembaga swadaya masyarakat yang turut berkontribusi dalam pembentukan kebijakan luar negeri negara serta mendorong inisiatif kerjasama di tingkat global.
Neo-Liberalisme: Peran Institusi dalam Mendorong Kerjasama
Neo-liberalisme, yang juga dikenal sebagai liberalisme institusional, mengembangkan teori liberalisme dengan tekanan pentingnya institusi internasional dalam mendukung kerjasama antar negara.Â
Para pendukung neo-liberalisme berargumen bahwa lembaga-lembaga internasional seperti PBB, WTO, dan IMF dapat membantu mengurangi kesehatan serta meningkatkan kepercayaan antara negara-negara, sehingga memfasilitasi kolaborasi.Â
Menurut pandangan neo-liberalisme tersebut, lembaga internasional berfungsi sebagai platform untuk negosiasi, alat untuk menegakkan aturan dan norma-norma yang ada, serta sumber informasi dan keahlian.Â
Dengan memperkecil rasa tidak pasti dan meningkatkan tingkat saling percaya, lembaga-lembaga ini dapat membantu negara-negara menghadapi dilema keamanan sambil mencapai tujuan bersama.
Kesamaan dan Perbedaan
Meskipun empat teori ini memiliki titik fokus yang berbeda-beda, terdapat beberapa kesamaan di antara mereka. Semua pemikiran aliran ini mengakui pentingnya negara sebagai aktor utama dalam sistem internasional. Mereka juga sepakat bahwa sistem internasional bersifat anarkis; di mana tidak terdapat otoritas pusat tertinggi.Â
Perbedaan signifikan terjadi pada asumsi-asumsi dasar mengenai sifat manusia, pengaruh kekuasaan, serta kemungkinan terjadinya kerjasama global. Realisme dan neo-realisme menyatakan bahwa bangsa-bangsa didorong oleh kepentingan pribadi sehingga menjadikan kerjasama internasional sulit diwujudkan.Â
Sebaliknya, liberalisme dan neo-liberalisme lebih menyoroti potensi kolaborasi serta kontribusi institusi-institusi internasional dalam mendorong tindakan kooperatif antar negara.