Sejak saat itu, sikap dan perlakuan Lateef pun berubah 360 derajat. Ia tidak lagi mengusik Rahmat, malah mulai bersikap santun dan memperhatikan gadis itu secara diam-diam. Di sini kita mulai dibuat terpingkal-pingkal dengan tingkah Lateef yang mencoba mencari perhatian Rahmat. Ia bahkan sempat mengenakan setelan rapi saat bekerja, membuat Memar geleng-geleng kepala dengan keanehannya.
Petugas inspeksi kembali datang, membuat pekerja-pekerja Afghanistan langsung kabur masuk ke tempat persembunyian. Naas bagi Rahmat, ia kedapatan oleh petugas saat baru pulang berbelanja. Sontak, ia pun kabur dengan dikejar para petugas tersebut. Melihat peristiwa itu, Lateef segera berusaha melindungi Rahmat.Â
Ia mengejar mereka yang berusaha menangkap Rahmat, sampai-sampai baku hantam pun tak terelakkan. Rahmat berhasil lolos dan kabur, sedangkan Lateef terpaksa diamankan. Giliran Memar yang pusing kepala. Ia harus menebus pembebasan Lateef, membayar denda dan terpaksa memecat seluruh pekerja immigran Afghanistan.
Selanjutnya, Lateef harus melalui hari-hari di tempat kerja tanpa kehadiran Rahmat lagi. Merasa hampa, ia akhirnya berinisiatif menelusuri keberadaan Rahmat. Setelah bersusah payah ke sana kemari, ia pun bertemu Soltan. Dari pria itu, ia mendapatkan informasi tempat Rahmat bekerja. Ia pun bergegas ke sana.Â
Bersembunyi di balik tembok, Lateef mendapati Rahmat- kini dengan balutan busana perempuan, Â harus mengangkut batu-batu besar di sungai bersama para wanita lainnya. Hati Lateef pilu seketika. Ia ingin berbuat sesuatu untuk meringankan beban gadis pujaan hatinya. Alhasil, seluruh tabungannya pun ia kuras untuk diberikan pada keluarga Najaf melalui perantara Soltan.Â
Namun alangkah terkejutnya Lateef ketika mengetahui Najaf tak mau menerima uang itu dan malah memberikannya pada Soltan yang lebih membutuhkan. Ia pun tak menyerah, mencoba mengorbankan apapun yang dia punya demi mereka. Hingga suatu hari, Lateef taksengaja menguping pembicaraan keluarga Najaf.Â
Mereka hendak pulang ke Afghanistan! Dari situ pula ia mendengar nama asli Rahmat disebutkan. Baran, begitu nama gadis itu ternyata. Lateef kembali dilanda perasaan kalut. Apakah ia harus menyerah dengan perasaan cintanya? Atau tetap memperjuangkannya? Saya tidak akan membocorkan lebih jauh. Kalian bisa mencari tahu sendiri dengan menonton filmnya.
Film Baran sendiri berhasil mengangkat kisah yang cukup menarik, berangkat dari fenomena sosial dan budaya di Iran pada masanya. Konflik berkepanjangan di Afghanistan nyatanya memang banyak memancing pengungsi untuk lari ke negeri-negeri tetangga.Â
Iran salah satunya. Film ini menggambarkan nasib para pengungsi yang morat-marit tanpa kejelasan status lewat tokoh Baran dan para pekerja immigran lainnya. Tokoh Baran juga menggambarkan tipikal gadis dari kalangan keluarga konservatif; tertutup dan bersahaja.
Sebuah kisah yang sederhana namun menarik. Hubungan Lateef dan Baran lebih banyak tersirat daripada tersurat. Sepanjang film ini, Baran bahkan tidak sekalipun mengeluarkan sepatah kata.Â
Adegan yang cukup mengesankan adalah (sedikit spoiler), saat Baran dan Lateef saling berhadapan. Untuk pertamakalinya, Baran menatap Lateef penuh arti sambil tersenyum. Dari adegan ini, kita bisa menangkap arti bahwa Baran mungkin terkesan dengan sikap Lateef, atau bisa jadi ia juga memiliki perasaan yang sama. Selebihnya, kita akan dibiarkan menduga-duga sendiri.