Karya sastra adalah bentuk ekspresi artistik yang mengandung keindahan dan didasarkan pada ekspresi pribadi individu, baik dalam bentuk perasaan, pikiran, pengalaman hidup, dan imajinasi. Karya ini dapat diserahkan secara lisan atau tertulis dengan tujuan disukai oleh publik karena memiliki nilai estetika dan tujuan estetika.
Salah satu bentuk karya sastra yang diinginkan oleh publik pada umumnya adalah puisi. Puisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah jenis sastra yang menggunakan bahasa yang terikat oleh ritme, mantra, rima, serta pengaturan baris dan stanza. Puisi juga dapat mengekspresikan ekspresi yang berasal dari jiwa seseorang, karena ia menggambarkan pikiran-pikiran dalam penyair yang diungkapkan melalui bahasa dengan memperhatikan keindahan kata-kata. (Resta, 2022:68).
Salah satu penulis yang karya-karyanya masih populer saat ini adalah Chairil Anwar. Pria muda yang lahir pada tanggal 26 Juli 1922 di Medan, diberi nama “Si Binatang Jalang” yang diambil dari puisi yang sangat populernya berjudul “Aku”. Kemunculan Chairil Anwar di dunia sastra pada generasi ke-45 membawa gelombang warna baru ke dalam puisi Indonesia. Tidak seperti puisi sebelumnya yang cenderung membosankan, puisi Chairil hidup, penuh antusiasme dengan ekspresi segar, baru dan berani mereka. Gaya bahasa yang dia ciptakan penuh emosi, ekspresif, langsung, tetapi masih indah.
Karya-karya besar yang telah dibuat oleh Chairil Anwar patut dihargai. Pada kesempatan ini, penulis akan menghargai puisi Chairil Anwar berjudul Sendiri menggunakan pendekatan mimetik. Pendekatan mimetik adalah pendekatan untuk studi sastra yang berfokus pada studi hubungan antara karya sastra dan realitas di luar karya-karya sastra. Abrams (1981) menambahkan pendekatan yang melihat karya sastra sebagai imitasi dan realitas.
SENDIRI
Hidupnya tambah sepi, tambah hampa
Malam apa lagi
Ia memekik ngeri
Dicekik kesunyian kamarnya