Hari ini saya menulis rangkuman kajian Ustadz Nouman Ali Khan yang membahas tentang quran surat Al Kahfi ayat 45. Semoga tulisan ini bisa sama-sama mengingatkan kita semua untuk selalu percaya pada Allah juga selalu sadar untuk berbuat baik dalam kehidupan ini demi kehidupan di masa mendatang.Â
Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(Al Kahfi ayat 45)
Kehidupan ada tahapannya dan saat ini kita ada di tahapan paling rendah dalam kehidupan. Di masa mendatang akan ada fase yang lebih baik. Harus optimis, penuh harap, khususnya bagi orang yang beriman.
Bagaimana dengan neraka? Di dalam neraka, orang tidak hidup dan tidak mati (laa yamuutu fiiha wa laa yahya).
Kehidupan kita saat ini hanya preview dari kehidupan di Jannah. Dan Allah menggambarkan Jannah dalam Alqur'an dengan detail. Kita tidak mendapatkan deskripsi surga seperti Alqur'an mendeskripsikannya. Bukan hanya kebun, tapi Alqur'an menyebutkan buah-buahan, daging burung, ayam panggang, minuman-minuman, pelayan-pelayan, teman-teman yang duduk bersama, mengobrol tentang ujian kehidupan dunia yang dilalui mereka. Dan lainnya.
Deskripsi ini sangat familiar bagi kita, karena kita pun melakukannya di dunia ini. Dunia ini glimpse bagi akhirat, previewnya.
Allah menciptakan kita di dunia bukan sebagai kutukan tapi agar kita bisa hidup dengan baik dan enjoy sehingga kita merasa bersyukur pada Allah swt. Logikanya, tidak mungkin orang yang ditempatkan di penjara merasa bersyukur, dia harus ditempatkan di tempat yang indah dan nyaman sehingga ia bisa bersyukur.
Allah menciptakan dunia yang begitu indah untuk kita, makhluk Nya. Perhatikan wangi tanaman yang dibawa udara, perhatikan benih yang tumbuh menjadi tanaman.
Â
 Maka nikmat Tuhanmu yang mana yang engkau dustakan?
Kembali lagi bahwa kehidupan dunia ini adalah fase terendah. Sukacita yang kita rasakan di dunia hanyalah sukacita yang terendah. Sukacita menikah, sukacita melihat awan, sukacita melihat keindahan air terjun, dan lainnya. Tempat liburan yang ingin kita datangi, rumah impian, mobil yang ingin kita miliki, semuanya bare minimum sukacita.
Allah menggambarkan kehidupan ini seperti air yang Allah turunkan dari langit pada tanah yang tandus, dengannya tanah itu menumbuhkan benih menjadi tanaman (rumput, pohon, bunga, buah-buahan). Bumi menjadi hijau.
Di hari penghisaban, amal beberapa orang akan diterbangkan bagai debu yang diterbangkan angin. Maka, kita berlindung pada Allah semoga amal kita tidak diterbangkan seperti debu yang ditiup angin.
Allah mengendalikan semuanya.
Â
(Dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu)Â
Â
Muqtadir : Allah mengontrol secara aktif.Â
Dalam kehidupan, Allah menurunkan air dari langit ke bumi. Jadi ada sesuatu yang terjadi di langit dan sesuatu yang terjadi di tanah. Setiap buah yang kita makan, setiap daging yang kita makan, setiap tumbuhan yang kita lihat, adalah hasil dari air yang turun dari langit.Â
Apa lagi yang turun dari langit? Rezeki dari Allah, petunjuk Allah, perintah Allah. Semua yang Allah berikan pada kita, berarti, punya tujuan (purposeful), datang dari langit. Seperti malaikat turun dari langit dengan misinya.Â
Apapun kesulitan, ujian yang kita hadapi saat ini, pertama-tama kita harus paham terlebih dulu bahwa semua terjadi dengan tujuan, alasan. Allah berikan air sebagai perumapaan karena air tidak diam, air selalu bergerak, berubah, bercampur dengan yang lain. Dan jika kita berusaha menyimpan air pada suatu tempat, airnya jadi jelek. Contoh air dalam kubangan akan kotor tidak seperti air di sungai yang mengalir.Â
Allah mendesain hidup kita penuh dengan perubahan. Lihatlah buah, yang tadinya berair lama kelamaan akan mengering dan mati. Apa yang kita alami di kehidupan dunia ini hanya sementara, pengalaman baik maupun pengalaman buruk, kesulitan kita pun semuanya sementara. Sesuatu yang kita anggap permasalahan besar hari ini, akan kita pandang biasa saja di masa depan karena bertemu masalah baru yang lebih besar. Manusia lupa. Semuanya akan berlalu, Jadi, jika semuanya sementara apa yang permanen?Â
Kebaikan yang kita lakukan setiap hari, walau kecil, akan tetap ada sampai hari akhir. Apapun yang kita lalui di kehidupan ini, apakah episode yang indah atau yang sulit, kita harus mencari kebaikan apa yang bisa kita lakukan untuk Allah, untuk yang lain. Sebagaimana air yang bermanfaat bagi yang lain.Â
Wallahu'alam bish shawab.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H