Mohon tunggu...
Fatimah Azzahra
Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Penulis - Ibu rumah tangga

Ibu rumah tangga yang senang menulis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Proyek Makan Gratis di Sekolah, Akankah Kualitas Pendidikan Bertambah?

17 Mei 2024   11:08 Diperbarui: 17 Mei 2024   11:36 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu program kontroversial yang digulirkan oleh presiden dan wakil presiden terpilih adalah maka siang gratis bagi pelajar. Program ini pun diuji coba di beberapa tempat, kini giliran Bandung menjadi pilot project makan gratis.

Uji Coba Makan Siang Gratis

Dilansir dari laman kompas (13/5/2024), Pemerintah Kota Bandung, Jawa Barat, bersama lembaga Indonesia Food Security Review (IFSR) akan menguji coba program Makan Siang Gratis. Rencananya, IFSR menyiapkan 2.500 porsi makanan bergizi gratis bagi siswa di 6 sekolah dalam Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung, selama 90 hari mulai Juli sampai September 2024.

Proyek uji coba makan siang gratis ini akan dilalukan di 6 sekolah yang terpilih yakni SDS Rancakasumba, Kelurahan Cisaranten Kulon, SDN 004 Cisaranten Kulon, Kelurahan Cisaranten Kulon, SDN 244 Guruminda, Kelurahan Cisaranten Kulon, SDN 180 Prakasa Nugraha, Kelurahan Cisaranten Bina Harapan, SMP Langlangbuana 2, Kelurahan Sukamiskin, SDN 181 Sukamiskin, Kelurahan Sukamiskin.

Sekretaris Jenderal IFSR, Alfatehan Septianta mengungkapkan, program Makan Bergizi Gratis di Sekolah juga telah dilaksanakan di Kabupaten Sukabumi.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, program makan siang gratis untuk anak adalah bentuk investasi SDM. Sumber daya manusia (SDM) yang unggul sangat penting untuk membawa Indonesia lepas dari middle income trap. Dengan kata lain, tegasnya, kualitas SDM penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. (Kompas, 7/4/2024) 

Kontroversial 

Tentu program yang bagus untuk memberikan asupan bergizi bagi pelajar. Karena belajar juga butuh modal gizi seimbang agar bisa optimal. Apalagi pemberian asupan bergizi ini dikaitkan sebagai intervensi dari pemerintah untuk memberantas stunting di Indonesia. Untuk uji coba makan siang gratis di Bandung, IFSR bekerja sama dengan Buruan Sae sebagai pemasok bahan-bahan pangan yang akan dimasak menjadi menu Bergizi. 

Buruan sae ini merupakan sebuah program urban farming terintegrasi yang di galakan oleh dinas pangan dan pertanian (DISPANGTAN) kota Bandung, yang ditujukan untuk menanggulangi ketimpangan permasalahan pangan yang ada di kota Bandung melalui pemanfaatan pekarangan atau lahan yang ada dengan berkebun untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga sendiri. (buruansae.bandung.go.id)

Program yang melibatkan banyak pihak ini tentu membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dari mana sumber dana yang akan diambil? Dilansir dari laman kontan (6/5/2024), Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Yusuf Rendy Manilet menilai pelaksanaan program makan siang gratis berpotensi membuka lebar peluang defisit anggaran negara pada tahun 2025. 

Dengan 30% jumlah murid terdaftar saja, pemerintah membutuhkan anggaran besar mencapai Rp 100 triliun hingga Rp 130 triliun untuk pelaksanaan program ini. Apalagi jika dikomporasikan dengan beberapa pos anggaran yang sudah ada saat ini seperti Bansos ataupun subsidi. 

Ada beberapa skenario yang dilakukan pemerintah untuk merealisasikan program ini. Pertama, penarikan utang baru. Kedua, peningkatan rasio pajak. Ketiga, relokasi anggaran yang program yang sudah ada. 

Kemungkinan subsidi BBM akan kembali dipangkas, Pemerintah pun mempertimbangkan untuk menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk membiayai program makan siang gratis ini. 

Banyak yang menolak usulan ini, karena tanpa potongan untuk program makan siang gratis saja, dana BOS di sekolahan kurang memadai. Selama bertahun-tahun dana Bos diandalkan oleh sekolah mulai dari membayar biaya buku hingga gaji guru honorer. Gaji guru honorer hingga saat ini sangat tidak manusiawi. Apa jadinya jika dana yang tak seberapa itu harus dipotong lagi. 

Tambal Sulam Ala Kapitalisme 

Inilah potret tambal sulam ala kapitalisme. Problem yang hadir karena masalah sistemik diberikan solusi yang justru membawa masalah baru. Paradigma keliru yang hadir saat ini membangun generasi dengan memperhatikan isi perut bukan isi kepala. Padahal, sejatinya, isi perut tak selalu menunjang aktivitas berpikir. Sementara, isi kepala jelas menentukan standar dan hasil dari aktivitas berpikir tersebut. 

Harus disadari bahwa bangkitnya manusia tergantung pada pemikirannya tentang hidup, alam semesta, dan manusia, serta hubungan ketiganya dengan sesuatu yang ada sebelum kehidupan dunia dan yang ada sesudahnya. Sebab pemikiranlah yang membentuk dan memperkuat persepsi dan pemahaman terhadap sesuatu.

Manusia selalu mengatur tingkah lakunya dalam kehidupan ini sesuai dengan persepsi dan pemahaman terhadap kehidupan tersebut. Atas dasar ini, satu-satunya jalan untuk mengubah persepsi dan pemahaman seseorang adalah dengan mewujudkan suatu pemikiran tentang kehidupan di dunia sehingga dapat terwujud persepsi dan pemahaman yang benar terkait kehidupan tersebut.

Sehingga jelas, kebijakan yang berfokus pada isi perut belum tentu mengarahkan kualitas generasi terbaik. Apalagi program ini dimotivasi agar lepas dari income middle trap. Hasilnya akan jauh panggang dari api. 

Realitas krisis berlapis terjadi pada generasi saat ini. Kendala tidak hanya hadir pada sektor pendidikan, tetapi juga terdapat faktor lainnya seperti hedonisme pemikiran, kesejahteraan ekonomi, dan liberalisasi media. Untuk mencapai generasi berkualitas tidak bisa hanya sekadar mengisi perutnya, melainkan harus menjamin dan menjaga pemikirannya agar terisi sebagai calon konstruktor peradaban yang benar dan diridai Allah swt. 

Dengan demikian, menanggulangi berbagai faktor penyebab krisis ini, tentu saja membutuhkan solusi yang bersifat sistemis, sehingga tidak bisa hanya sebatas pada realisasi program makan siang gratis. Perubahan yang hendak diemban oleh generasi berkualitas juga harus perubahan hakiki. 

Menjaga Kualitas Kesehatan dan Pendidikan dalam Islam

Label generasi strawberry, bermental lemah dan label lain yang menunjukkan hal negatif, menempel pada generasi masa kini. Padahal, sebetulnya banyak potensi yang tersimpan pada generasi ini. 

Generasi ini disebut produktif, tetapi atas standar duniawi. Mereka juga disebut tangguh, tetapi sebenarnya jadi buruh. Namun di sisi lain, mereka adalah korban kezaliman sistem kehidupan penghamba harta dan dunia. Sehingga produktivitas dan ketangguhan pemuda muslim kini hanya menjadi bahan bakar bagi mesin ekonomi kapitalisme. 

Ingatlah kita akan firman Allah swt,  "Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk. Dan Kami meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, 'Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran.'." (QS Al-Kahfi [18]: 13---14). 

Allah berikan potensi yang luar biasa pada para pemuda. Potensi ini akan optimal dan berkah ketika diatur oleh aturan Allah, yakni Islam. Islam menjamin pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan setiap rakyat. Negara diwajibkan memenuhi kebutuhan tersebut. Dananya bersumber dari APBN negara islam, Baitul mal yang memiliki banyak pos pemasukan, salah satunya pengelolaan sumber daya alam. 

Dengan jaminan pangan, pendidikan, kesehatan, dan lainnya lahirlah generasi terbaik sebagaimana generasi emas yang lahir saat islam diterapkan dahulu. Sebutlah Muhammad Al Fatih Sang Penakluk Konstantinopel,  Shalahuddin Al Ayyubi Pembebas Al Quds, Thariq bin Ziyad Sang Penakluk Andalusia, ada juga Ibnu Sina sang bapak kedokteran, Ibnu khaldun, Ibnu batutah dan masih banyak lagi. 

Apalagi penerapan Islam dalam kehidupan, usaha kita untuk taat pada aturan Tuhan Semesta Alam akan membawa pada keberkahan hidup di dunia dan akhirat. Insyaallah. 

Wallahua'lam bish shawab. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun