Mohon tunggu...
Fatimah Azzahra
Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Penulis - Ibu rumah tangga

Ibu rumah tangga yang senang menulis

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Sinergi Berantas Korupsi, Sungguhan atau Pencitraan?

16 Desember 2023   00:03 Diperbarui: 16 Desember 2023   00:03 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penyebab Korupsi

Ada banyak faktor yang menyebabkan para pejabat negeri ini hobi melakukan korupsi. Beberapa diantaranya adalah pertama, jauhnya agama dari kehidupan. Mungkin nampak tidak nyambung, tapi dengan jauhnya agama dari kehidupan, maka manusia tak akan paham konsep benar salah, halal haram dengan pemahaman yang sebenarnya bukan sekedar tahu tanpa pelaksanaan. 

Jauhnya agama dari kehidupan telah mengikis keimanan manusia. Sehingga manusia bertindak sesuai nalar dan nafsu mereka sendiri. Tidak hadir rasa takut akan dosa atau azab yang menanti di hari pembalasan kelak. 

Kedua, demokrai yang mahal berpeluang membuat orang melakukan korupsi. Sudah diketahui bersama bahwa praktik demokrasi memerlukan dana yang tak sedikit. Kendaraan, rumah, semuanya habis dikorbankan agar bisa maju menjadi pejabat negara. Wajar jika penghuni Rumah Sakit Jiwa bertambah setelah pemilu usai karena tak terima kekalahan karena sudah berkorban harta yang banyak. Hasilnya, hadir politik transaksional antara pejabat dan pengusaha. Pengusaha menjadi sponsor agar kontestannya bisa menjabat. Setelah terpilih, para konstentan yang menjabat akan membalas budi para pengusaha dengan memberikan kebijakan yang pro pada kepentingan mereka. 

Sudah banyak rakyat rasakan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah namun tak berpihak pada kepentingan rakyat, tapi sangat berpihak pada kepentingan para pengusaha. Salah satunya proyek KCIC. 

Ketiga, sanksi yang tidak membuat jera para koruptor. Betul KPK berhasil membongkar banyak kasus korupsi. Banyak pula koruptor yang akhirnya masuk bui. Tapi, rakyat pun tahu bahwa para koruptor itu masih bisa hidup nyaman di dalam bui asal ada dana. Belum lagi grasi potongan hukuman yang diberikan pada para koruptor, bahkan hak untuk kembali melenggang menjadi pejabat setelah keluar dari bui. Terakhir, salah seorang koruptor justru dimakamkan di taman makam pahlawan, bersanding dengan makam para pahlawan negeri. 

Wajar jika kasus korupsi bukannya tambah sedikit malah semakin tinggi. Bukannya jera malah mendapat perlakuan istimewa. 

Keempat, adanya tebang pilih dalam menangkap para koruptor. Ada banyak megaskandal yang belum terusut tuntas, dibiarkan begitu saja hingga menguap seiring berjalannya waktu. Diantaranya ada megaskandal Bank Century, KTP-el, dan BLBI yang hingga kini tidak bisa terusut tuntas. Lembaga Antikorupsi hanya bisa menangkap koruptor kelas teri, tak bisa naik level menangkap kelas kakap. Karena link kekuasaan yang lebih tinggi dan kepentingan yang lebih banyak. 

Inilah wajah buruk hasil penerapan sistem sekularisme kapitalisme. Sistem yang menjauhkan manusia dari agama. Sistem yang berasaskan manfaat duniawi dan materi semata. Sistem ini menghasilkan kehidupan yang korup. 

Islam Berantas Korupsi

Islam turun sebagai sistem kehidupan. Islam memiliki mekanisme untuk memberantas korupsi. Karena dalam Islam praktik korupsi merupakan aktivitas yang haram dilakukan. Maka, harus ada seperangkat metode untuk memberantas korupsi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun