Mohon tunggu...
Fatimah Azzahra
Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Penulis - Ibu rumah tangga

Ibu rumah tangga yang senang menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Totalitas Boikot Produk Pro Israel

16 November 2023   00:45 Diperbarui: 16 November 2023   00:45 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kami Bersama Palestina"

Begitulah slogan yang digaungkan mayoritas masyarakat Indonesia saat ini. Di tengah genosida yang terjadi di Palestina, dunia memilih hanya mengutuk dan mengantarkan bantuan kemanusiaan saja. Rakyat yang tak punya kuasa pun geram dengan tingkah para penguasa sehingga keluarlah aksi boikot Produk Pro Israel.

Boikot Produk Pro Israel

Dilansir dari laman Republika (13/11/2023), MUI mengeluarkan Fatwa MUI Nomor 83 Tahun 2023 tentang Hukum Dukungan Terhadap Perjuangan Palestina yang mewajibkan dukungan bagi negeri para nabi itu. Berdasarkan fatwa tersebut, mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina hukumnya wajib, sementara mendukung Israel hukumnya haram. MUI juga menegaskan, Muslim diharamkan membeli produk dari produsen yang secara nyata terafiliasi dan mendukung agresi Israel ke Palestina.

Fatwa MUI ini menguatkan kampanye boikot Produk Pro Israel yang sudah terlebih dulu dilakukan oleh masyarakat seluruh dunia, khususnya Indonesia. Ternyata banyak sekali produk yang pro terhadap Israel, tapi rakyat rela mengganti produk yang biasa dikonsumsinya demi menampakkan posisinya berada bersama Palestina. Tujuan aksi boikot ini adalah untuk menekan Israel menghentikan tindakan biadabnya pada Palestina. 

Walau ada yang mencibir dan tak sepakat, namun aksi boikot ini tetap dilakukan di berbagai negara. Inilah bentuk kesadaran individu akan masalah kemanusiaan, nurani juga akidah bagi muslim untuk membela Palestina dengan semua daya dan upaya yang diri punya. Faktanya, seruan umat umat untuk melakukan boikot ternyata mendorong MUI mengeluarkan fatwa haram membeli produk yang terafiliasi Israel.

Efektifkah Boikot Produk Israel?

Gerakan Boikot, Divestasi dan Sanksi baru muncul dari umat. Belum terlihat efek dari gerakan ini. Saham para perusahaan pro Israel masih mengalami kenaikan, umat pun masih bingung memilah mana saja produk yang terafiliasi Israel, kalaupun sudah tahu, rakyat masih bingung untuk mengganti produk tersebut dengan produk yang cocok. 

Normalisasi hubungan Israel dengan penguasa Arab pun masih berjalan, bahkan kemarin saat di forum internasional Konferensi Tingkat Tinggi pimpinan Negara-Negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan Liga Arab di Riyadh, Arab Saudi, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengancam para pemimpin Arab yang ingin melindung kepentingannya, "Anda harus melakukan satu hal: diam!"

Para penguasa Arab pun betul-betul diam atas genosida yang terjadi di Gaza. Padahal, Israel sudah melakukan kejahatan kemanusiaan luar biasa tapi OKI, Liga Arab hingga PBB tidak bisa menghentikan kebiadaban mereka. Yang mereka lakukan hanya mengecam, memberikan bantuan kemanusiaan, hingga kain kafan pada rakyat Gaza. Lantas apa bedanya para penguasa ini dengan rakyat sipil yang tak punya kuasa?

Sebagaimana yang dikatakan Direktur Penelitian dan Analisis di Arab Center Washington DC. Imad K Harb menjelaskan, dukungan resmi negara-negara Arab hanya sebatas retorika yang menipu dan isyarat simbolis untuk menghindari konfrontasi dengan Israel dan pendukungnya, Amerika Serikat. Contoh saja, hingga saat ini mereka hanya membuat pernyataan mengecam tindakan pembantaian Israel terhadap warga Gaza, tetapi tetap menjalankan diplomasi dan kebutuhan lainnya bersama Israel dan sekutunya.

Hal senada dikatakan Profesor Hubungan Internasional di American University of Paris Marwan Bishara menyatakan, tanggapan pemerintah negara-negara Arab terhadap perang Israel di Gaza, sama seperti tanggapan terhadap empat perang sebelumnya. Mereka bersikap sangat lemah dan tipis. Palestina telah dan masih menjadi isu utama di Arab, mereka hanya bersuara, sebagian besar dalam celoteh dan klise.

Ya, gerakan boikot tapi masih diiringi hubungan 'baik' antar negara dengan Israel takkan efektif. Harus ada tindakan tegas dari negara-negara muslim untuk memboikot Israel secara total. Bukan hanya produknya tapi juga hubungan pemerintahannya dan pemikirannya. Semua diiringi dengan pengiriman pasukan militer untuk membantu warga Gaza memerangi militer Israel, As dan sekutunya.

Penguasa Mati Hati

Tanpa malu para penguasa negeri-negeri muslim mencukupkan diri membela Palestina dengan aksi yang minim. Padahal, saudara seimannya sedang meregang nyawa dari hari ke hari. Inilah para penguasa mati hatinya yang memilih bungkam karena nasionalisme.

Sekat nasionalisme memutus hubungan akidah yang Allah dan Rasul berikan. Hasilnya, Muslim banyak jumlahnya namun bak buih di lautan, tak berdaya sama sekali. Kaum muslim pun ibarat hidangan yang diperebutkan oleh musuh-musuh Islam. Sebagaimana sabda Rasul, "Bersabda Rasulullah shollallahu 'alaih wa sallam "Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya." Maka seseorang bertanya: "Apakah karena sedikitnya jumlah kita?" "Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan." Seseorang bertanya: "Ya Rasulullah, apakah Al-Wahn itu?" Nabi shollallahu 'alaih wa sallam bersabda: "Cinta dunia dan takut akan kematian." (HR Abu Dawud)

Inilah penyakit yang hadir di tengah muslim termasuk para penguasanya. Mereka cinta dunia dan takut mati. Berusaha melindungi sepenuh hati kepentingannya, kelompoknya, dan negaranya walau harus acuh kepada jutaan penduduk Gaza yang menderita.

Memanggil Shalahuddin dan Umar Kembali

Dimana Engkau Shalahuddin? Dimana engkau Umar? Pilu terdengar suara warga Palestina menanyakan para pemimpin yang mulia, Shalahuddin dan Umar bin Khattab. Merekalah yang mencintai Al Quds, menjaganya dengan sepenuh hati dan jiwa. Di tangan Shalahuddin dan di masa kepemimpinan Umar bin Khattab, pasukan terbaik dikirimkan ke tanah Al Quds untuk membebaskannya dari penjajahan pasukan salib.

Bukan hanya diam berpangku tangan atau melontarkan kecaman, tapi aksi nyata pembebasan dengan kekuatan militer ditempuh oleh mereka. Sehingga sejarah mencatat kemenangan bagi kaum muslim yang membebaskan Al Quds. Sejarah pun mencatat kedamaian di dalam Al Quds saat menaungi tiga agama samawi, Islam, Nasrani dan Yahudi. Semuanya aman dan damai dalam penerapan Islam sebagai sistem kehidupan dibawah komando penguasa yang beriman dan bertakwa pada Allah swt.

Inilah solusi hakiki bagi Palestina. Bukan hanya boikot Produk oleh kita, rakyat jelata, tapi juga boikot total semua hal yang berhubungan dengan Israel oleh para penguasa negeri-negeri muslim. Dan mengirimkan pasukan terbaiknya untuk menyelamatkan warga Palestina.

Wallahua'lam bish shawab. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun