Sebagaimana yang dikatakan Direktur Penelitian dan Analisis di Arab Center Washington DC. Imad K Harb menjelaskan, dukungan resmi negara-negara Arab hanya sebatas retorika yang menipu dan isyarat simbolis untuk menghindari konfrontasi dengan Israel dan pendukungnya, Amerika Serikat. Contoh saja, hingga saat ini mereka hanya membuat pernyataan mengecam tindakan pembantaian Israel terhadap warga Gaza, tetapi tetap menjalankan diplomasi dan kebutuhan lainnya bersama Israel dan sekutunya.
Hal senada dikatakan Profesor Hubungan Internasional di American University of Paris Marwan Bishara menyatakan, tanggapan pemerintah negara-negara Arab terhadap perang Israel di Gaza, sama seperti tanggapan terhadap empat perang sebelumnya. Mereka bersikap sangat lemah dan tipis. Palestina telah dan masih menjadi isu utama di Arab, mereka hanya bersuara, sebagian besar dalam celoteh dan klise.
Ya, gerakan boikot tapi masih diiringi hubungan 'baik' antar negara dengan Israel takkan efektif. Harus ada tindakan tegas dari negara-negara muslim untuk memboikot Israel secara total. Bukan hanya produknya tapi juga hubungan pemerintahannya dan pemikirannya. Semua diiringi dengan pengiriman pasukan militer untuk membantu warga Gaza memerangi militer Israel, As dan sekutunya.
Penguasa Mati Hati
Tanpa malu para penguasa negeri-negeri muslim mencukupkan diri membela Palestina dengan aksi yang minim. Padahal, saudara seimannya sedang meregang nyawa dari hari ke hari. Inilah para penguasa mati hatinya yang memilih bungkam karena nasionalisme.
Sekat nasionalisme memutus hubungan akidah yang Allah dan Rasul berikan. Hasilnya, Muslim banyak jumlahnya namun bak buih di lautan, tak berdaya sama sekali. Kaum muslim pun ibarat hidangan yang diperebutkan oleh musuh-musuh Islam. Sebagaimana sabda Rasul, "Bersabda Rasulullah shollallahu 'alaih wa sallam "Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya." Maka seseorang bertanya: "Apakah karena sedikitnya jumlah kita?" "Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan." Seseorang bertanya: "Ya Rasulullah, apakah Al-Wahn itu?" Nabi shollallahu 'alaih wa sallam bersabda: "Cinta dunia dan takut akan kematian." (HR Abu Dawud)
Inilah penyakit yang hadir di tengah muslim termasuk para penguasanya. Mereka cinta dunia dan takut mati. Berusaha melindungi sepenuh hati kepentingannya, kelompoknya, dan negaranya walau harus acuh kepada jutaan penduduk Gaza yang menderita.
Memanggil Shalahuddin dan Umar Kembali
Dimana Engkau Shalahuddin? Dimana engkau Umar? Pilu terdengar suara warga Palestina menanyakan para pemimpin yang mulia, Shalahuddin dan Umar bin Khattab. Merekalah yang mencintai Al Quds, menjaganya dengan sepenuh hati dan jiwa. Di tangan Shalahuddin dan di masa kepemimpinan Umar bin Khattab, pasukan terbaik dikirimkan ke tanah Al Quds untuk membebaskannya dari penjajahan pasukan salib.
Bukan hanya diam berpangku tangan atau melontarkan kecaman, tapi aksi nyata pembebasan dengan kekuatan militer ditempuh oleh mereka. Sehingga sejarah mencatat kemenangan bagi kaum muslim yang membebaskan Al Quds. Sejarah pun mencatat kedamaian di dalam Al Quds saat menaungi tiga agama samawi, Islam, Nasrani dan Yahudi. Semuanya aman dan damai dalam penerapan Islam sebagai sistem kehidupan dibawah komando penguasa yang beriman dan bertakwa pada Allah swt.
Inilah solusi hakiki bagi Palestina. Bukan hanya boikot Produk oleh kita, rakyat jelata, tapi juga boikot total semua hal yang berhubungan dengan Israel oleh para penguasa negeri-negeri muslim. Dan mengirimkan pasukan terbaiknya untuk menyelamatkan warga Palestina.