Mohon tunggu...
Fatima Hutabarat
Fatima Hutabarat Mohon Tunggu... Guru - Mengajar di sebuah sekolah daerak DKI Jakarta Utara

Jangan takut bermimpi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku dan Cerita Hidupku

1 Juni 2023   10:03 Diperbarui: 1 Juni 2023   10:08 1009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah 3 bulan lebih kami pendekatan, saling mengenal satu sama lain, suatu malam dia menyatakan perasaannya,

"Nes, aku mau bilang sesuatu dan ini sudah lama aku pendam, dan selama aku memendamnya dadaku terasa sesak, setiap aku melihatmu ada rasa getaran yang aku tidak tahu dari mana asalnya dan perasaan ini sudah lama semenjak kita masih kenalan lewat telepon.  Aku sayang sama kamu, kamu mau gak jadi pacarku?"

 "Kasi aku waktu dua minggu untuk  bisa menjawabnya," kataku dengan santai.

 "Ia, aku sabar dan pasti menunggu," jawabnya.

Dia sama sekali gak marah, malah hanya bilang sabar dan selalu menunggu, dalam hati terbesit apakah dia mungkin tulus dan serius? Tapi aku tetap gak mau langsung kasih jawaban pada saat itu. Meskipun perhatian, kasih sayang, dan pengorbanan yang sudah ditunjukkannya kepadaku belum ada sedikit pun tumbuh rasa suka dan sayangku sama dia.

Aku mencoba untuk memikirkan apa jawaban utuk membalas perasaannya. Kalau aku menerima, sampai detik ini pun aku  belum menyukainya, tapi kalau aku menolak sama saja aku tidak menghargai semua perjuangannya. Dan pada akhirnya aku memutuskan untuk menerimanya sebagai pasangan kekasih dengan harapan semoga dengan sering bertemu, menghabiskan waktu bersama tumbuh rasa sayang dan cintaku sama dia.

Dua minggu berlalu, kami pun bertemu, pada saat itu, dia sempat bimbang dan takut mendengarkan jawabanku ketika aku bilang,

"Gak, gak, aku gak mau menolak."

Dan langsung spontan dia memelukku, dari wajahnya terpancar kebahagiaan yang menurut aku  itu tulus dan tidak dibuat-buat. Berbeda dengan laki-laki yang mendekatiku sebelumnya yang hanya memberi janji-janji palsu.

Dua minggu bersama sempat aku dan dia berantam karena selama pacaran aku terlalu cuek dan dia merasa tidak dianggap dan tidak diperhatikan. Aku mengakui semua itu, tapi apa dayaku aku sudah berusaha mencoba tapi aku belum bisa mencintainya dengan sepenuh hati. Ditambah lagi mantanku masih sering menanyakan kabar setiap hari yang sering membuatku susah untuk moveon karena selama aku pacaran dengannya aku terlalu mencintainya tapi apa yang aku dapatkan dia selingkuh dengan wanita lain sehingga membuat hubungan kami kandas. 

Walaupun tidak ada lagi hubungan tapi dia masih sering menghubungi aku dan anehnya aku lebih mencintainya daripada Erri. Betul kata orang bijak bahwa memang jarak tidak menentukan seseorang setia atau tidak namun yang dibutuhkan adalah rasa percaya dan rasa memiliki dengan pasangannya. Aku tidak pernah menceritakan ini kepada Erri yang seharusnya dia tau semuanya tapi pernah suatu kali dia tidak sengaja membuka Hpku dan membaca semua chattinganku dengan mantanku. Dia terdiam dan menangis, melihat itu aku merasa bersalah besar dan aku hanya bisa minta maaf. Tapi jawaban yang aku peroleh dia bilang,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun