(e) dukungan dari masyarakat sekitar sekolah.Â
Peran Sekolah dalam Pembentukan KarakterÂ
Terdapat dua lembaga yang berperan penting dalam mengajarkan pendidikan karakter, yakni lembaga formal dan nonformal. Secara formal pendidikan moral dapat dilakukan di sekolah, sedangkan secara nonformal dapat direalisasikan di dalam keluarga dan masyarakat sekitar.Â
Peran orang tua sangat diutamakan dalam merealisasikan pendidikan karakter non formal untuk menanamkan nilai-nilai moral yang disesuaikan dengan tumbuh kembang anak.Â
Sehingga, anak akan patuh kepada perintah dari orang tua untuk melakukan hal-hal yang baik. Sedangkan pendidikan karakter melalui masyarakat, pada umumnya diwujudkan aberupa norma sosial seperti, norma kesopanan, norma agama, norma kesusilaan, dan norma hukum.Â
Pendidikan karakter di sekolah yang dilakukan oleh pendidik atau guru bertujuan untuk membentuk karakter peserta didik yang bermoral luhur, berakhlak mulia, sehingga akan berguna bagi bangsa dan negara.
Konsep perwujudan pendidikan karakter di sekolah mengacu pada rancangan pembelajaran pendidikan karakter yang ditetapkan oleh Kemendiknas, yakni pengelompokan konfigurasi karakter, seperti olah hati yang direalisasikan dengan pengelolaan spiritual dan emosional, olah pikir dengan pengelolaan intelektual, olah raga dengan pengelolaan fisik, serta olah rasa dengan pengelolaan kreativitas.Â
Konsep selanjutnya dalam pengembangan pendidikan karakter adalah melihat kemampuan peserta didik melalui tiga tahap, yakni pengetahuan, pelaksanaan, dan kebiasaan. Tiga tahapan pembentukan karakter, yaitu sebagai berikut:Â
1. Moral Knowing, yakni memberikan pemahaman dengan baik kepada peserta didik mengenai kebaikan. Hal tersebut harus diberikan agar peserta didik dapat berperilaku baik.
2. Moral Feeling, yakni membangun rasa cinta untuk berperilaku baik kepada peserta didik, yang kemudian akan menjadi sumber energi bagi peserta didik dalam berperilaku baik.
3. Moral Action, yakni pengetahuan moral sebagai suatu tindakan yang nyata. Moral action merupakan hasil dari moral knowing dan moral feeling yang dilakukan secara berulang-ulang agar menjadi perilaku bermoral yang baik.