Oleh Fatikah Fauziyah M & Lera Indah A
Ilmu Pengetahuan Sosial atau IPS merupakan salah satu mata pelajaran wajib baik itu di SD, SMP, maupun SMA. Mata pelajaran ini secara garis besar mempelajari tentang kehidupan sosial manusia. Dengan adanya mata pelajaran IPS siswa diharapkan dapat memiliki pengetahuan tentang konsep dasar ilmu sosial, peranan manusia sebagai makhluk sosial, serta melatih kepekaan terhadap masalah sosial di lingkungan kehidupannya bersama masyarakat. Namun, dalam pelaksanaan pembelajaran IPS di sekolah tentu tak selalu berjalan dengan sempurna, pasti akan ada yang namanya problematika atau permasalahan yang dihadapi oleh siswa dan guru yang mengajar itu sendiri. Adapun beberapa karatekristik problematika yang terjadi, antara lain:
Pendekatan Teacher Centered Learning (TCL)
Dalam pendekatan ini kegiatan pembelajaran berpusat pada guru. Pembelajaran akan lebih banyak dilakukan dengan bentuk ceramah. Peran siswa hanya cukup memahami dengan mendengarkan ceramah dari guru dan mencatat bila diperlukan. Guru seperti peran utama yang menjadi satu-satunya sumber ilmu bagi siswa. Guru hanya menjelaskan materi secara satu arah tanpa adanya dialog. Pendekatan TCL ini hanya akan membuat guru semakin cerdas tidak untuk siswa karena mereka hanya sebatas mendengarkan pemaparan dari guru dan tidak ada dialog diskusi antara keduanya. Alhasil dengan pendekatan ini siswa akan takut untuk berpendapat serta tidak memiliki pola berpikir yang kritis. Dapat disimpulkan dengan pendekatan yang menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran yang selama ini mungkin masih banyak guru mata pelajaran IPS melakukannya, dampaknya akan membuat siswa menjadi kurang aktif dan pola berpikir mereka sangat terbatas. Padahal dalam IPS pola pikir yang kritis sangat dibutuhkan karena siswa yang merupakan bagian dari masyarakat yang dituntut perannya berkontribusi dalam memecahkan masalah jika ada suatu permasalahan yang terjadi di lingkungannya.
Verbalisme dalam Pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran IPS guru secara tak sadar menjadi penganut verbalisme, dan memaparkan materi di depan kelas secara verbalistik. Situasi ini di mana guru melakukan penyampaian secara lisan ataau biasa disebut dengan ceramah. Dengan guru berceramah di depan kelas seringkali membuat siswa menjadi cepat bosan sehingga konsentrasi mereka terganggu dan pembelajaran menjadi tidak efektif lagi. Metode ceramah ini seiiring dengan pendekatan TCL dan kerap kali digunakan dalam pembelajaran IPS karena dianggap yang paling mudah diterapkan asalkan guru sudah menguasai bahan atau materi yang akan diajar. Siswa sering diminta menghapalkan nama, tanggal, kronologi, sejarah, dan lain sebagainya. Sehingga membuat pembelajaran IPS menjadi kurang bermakna bagi siswa.
Pembelajaran di Dominasi Ekspositori
Pembelajaran dengan metode ekspositori ini merupakan metode yang mengarah kepada isi pelajaran yang disampaikan guru kepada siswa secara langsung, di mana siswa tidak perlu mencari atau menemukan sendiri fakta, konsep, dan prinsip dari materi pelajaran tersebut. Metode ini sering dianalogikan dengan metode ceramah, karena sifatnya yang sama-sama memberikan informasi. Pembelajaran IPS yang didominasi oleh ekpositori ini akan mengukung keaktifan dan kreativitas siswa.Â
Berpusat Pada Buku Teks (Textbook Centered)
Guru yang selalu menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah dan terpaku pada buku akan membuat siswa merasa bosan dan malas, karena siswa akan terus-menerus mendengarkan guru yang berbicara di depan kelas. Pada akhirnya siswa hanya mementingkan hafalan, dan mereka cenderung lebih memilih untuk mengobrol dengan teman sebangkunya atau berimajinasi dengan dirinya sendiri. Alhasil mereka tidak dapat menerima dengan baik materi apa yang disampaikan guru tersebut. Mereka akan merasa pelajaran IPS sangat membosankan dan tidak menarik.
Dalam pembelajaran IPS juga sering terjadi di mana guru menyuruh siswa untuk membaca topik pembelajaran dari buku teks dan selanjutnya diminta agar siswa dapat menuangkan kembali isi pikirannya atas apa yang telah dibaca di buku tulis. Kegiatan ini sebenarnya bertujuan agar siswa lebih memahami apa yang ia baca, tetapi dampak negatifnya siswa akan lebih cepat bosan dan kekurangan referensi dalam menuliskan isi pikirannya karena berpatokan hanya kepada buku teks tersebut. Adapun baiknya guru memberi alternatif lain kepada siswa dalam mencari sumber materi atau pelajaran melalui media televisi, koran, majalah, internet, dan sebagainya.
STRATEGI DALAM MENGATASI PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN IPS
Dari banyaknya problematika yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran IPS maka harus ada strategi yang bisa untuk mengatasi hal tersebut. Guru harus bisa mengubah stigma siswa tentang pembelajaran IPS yang monoton dan membosankan. Berikut beberapa strategi yang perlu dilakukan.Â
Buat Sesuatu yang Menarik Perhatian Siswa
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi hasil dalam kegiatan pembelajaran ialah perhatian. Perhatian merupakan pemusatan tenaga psikis atau aktivitas jiwa yang tertuju kepada suatu obyek dan mengesampingkan obyek yang lain (Willem Stern). Oleh sebab itu guru harus sigap terhadap tingkah laku siswa, maka sudah seharusnya seorang guru harus berusaha menciptakan pembelajaran yang menarik perhatian siswanya. Untuk itu dalam pembelajaran IPS diperlukan sesuatu yang baru bagi siswa serta variasi dalam memaparkan materi di depan kelas. Variasi yang dibuat bisa dalam bentuk suara, tulisan serta dengan menggunakan gambar seperti peta yang merupakan salah satu objek yang menunjang pembelajaran IPS. Peta dapat digunakan untuk menunjukan ke siswa di mana letak suatu tempat atau daerah. Selain itu pemilihan media pembelajaran juga harus disesuaikan. Pembelajaran IPS akan menjadi lebih mudah dipahami oleh siswa apabila media pembelajarannya sudah tepat. Pemanfaatan media yang sesuai akan membuat siswa tertarik dan mengalihkan semua perhatiannya ke kegiatan pembelajaran, sehingga siswa akan menjadi lebih aktif dan menganggap pembelajaran IPS adalah pelajaran yang menyenangkan.
Mengaitkan Materi Pembelajaran dengan Kondisi Nyata Masyarakat
Menerapkan pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran IPS dapat dilakukan dengan mengaitkan materi dengan kondisi atau kasus berita yang saat ini terjadi maupun pernah terjadi di masyarakat. Siswa akan lebih tertantang untuk mengetahuinya dan juga memberi peluang kepada mereka untuk menganalisis dan mengemukakan argumennya berdasarkan studi kasus yang terjadi. Hal ini bisa melatih siswa untuk memiliki daya berpikir kritis. Dengan hasil analisis-analisis mereka, maka diharapkan siswa mampu menyelesaikan permasalahan sosial dalam kehidupan.
Metode Pembelajaran Critical Incident
Critical Incident yaitu suatu strategi yang digunakan oleh guru dengan maksud mengajak siswa untuk mengingat pengalaman yang pernah dijumpai atau dialmi sendiri kemudian dikaitkan dengan materi bahasan. Strategi Critical Incident diilhami dari masalah- masalah yang dijumpai dalam proses pembelajaran, kemudian para praktisi pendidikan mulai menggagas guna mengatasi masalah yang ada, maka di rumuskanlah strategi pembelajaran aktif, ''pembelajaran aktif itu sendiri berasal dari kata active dan learning yang artinya pembelajaran".Â
Pembelajaran aktif ini tidak bisa terjadi apabila tidak adanya partisipasi dari siswa, adapun bermacam cara untuk membuat proses pembelajaran lebih aktif dan mengasah ranah kognitif, afektif, dan psikomotor siswa adalah dengan cara bermain dan belajar kelompok. Dari proses pembelajaran tersebut siswa dapat memperoleh informasi, keterampilan serta melalui proses pencarian dari diri siswa itu sendiri. Strategi pembelajaran Critical Incident ini diharapkan mampu untuk menjadikan proses belajar lebih bermakna dengan cara mengkonstruksi kembali pengalaman yang terdapat dalam benak siswa dan dikaitkan dengan konteks materi yang diterima pada saat pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini, memori atau ingatan siswa dituntut untuk aktif mendeskripsikan sejumlah pengalaman penting untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Menceritakan pengalaman adalah hal yang sangat berkesan, hal tersebut dapat menjadi penghargaan atau perhatian kepada siswa dikarenakan mereka diberi kesempatan untuk menceritakan hal yang terjadi pada diri mereka. Mereka juga termotivasi untuk belajar karena diikutsertakan dalam pembelajaran tersebut.
KESIMPULAN
Permasalahan-permasalahan yang bisa kami identifikasi dalam pembelajaran IPS sangatlah kompleks. Dari metode pembelajaran yang kurang variatf hingga guru yang kurang memahami materi. Metode yang berpusat pada guru atau ekspositori dan buku teks membuat siswa mudah bosan karena suasana pembelajaran yang monoton, siswa lebih memilih untuk masuk ke dalam imajinasinya sendiri dan bercanda dengan temannya. Mengaitkan pembelajaran dengan kondisi nyata masyarakat juga dapat menantang siswa untuk menganalisis dan mengemukakan argumennya berdasarkan kasus yang ada. Pemberian perhatian kepada siswa harus terus dilakukan serta strategi pembelajaran yang lebih bervariasi dan kreatif untuk membangkitkan semangat belajar siswa, seperti halnya metode pembelajaran Critical Incident.
DAFTAR PUSTAKA
Komar, A., & Winarsih, N. . PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DI TINGKAT SEKOLAH DASAR: STUDI KASUS SDN KEBONSARI KULON 3 KOTA PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2020-2021.
Fitri Rahmawati, B. (2019). IDENTIFIKASI PERMASALAHAN-PERMASALAHAN DALAM PEMBELAJARAN IPS (Vol. 3, Issue 1).
Kaulan, M., & Ramadhani, K. D. (2018). PERMASALAHAN PEMBELAJARAN IPS DAN STRATEGI JITU PEMECAHANNYA. ITTIHAD, Vol. II, No.1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H