Mohon tunggu...
Fatih Romzy
Fatih Romzy Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Penyuka Olahraga, Film, Musik dan Teknologi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Masalah Klasik Arsenal yang Tak Tuntas-Tuntas

9 Januari 2025   09:52 Diperbarui: 9 Januari 2025   09:52 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Arsenal harus puas menelan kekalahan dua gol tanpa balas melawan Newcastle United dalam lanjutan leg pertama semifinal EFL Cup. Memang, dengan menyisakan leg kedua, Arsenal belum resmi tersingkir. Namun, laga kontra Newcastle ini kembali meng-highlight masalah klasik Arsenal yang tak tuntas-tuntas.

Coba hitung berapa kali Arsenal memenangkan trofi di era Mikel Arteta? Berapa kali Arsenal gagal memenangkan gelar di bawah asuhan mantan gelandang andalan mereka itu? Lalu, apa masalah utama Arteta selama ini.

Inilah yang tersaji di laga melawan Newcastle. Sebuah masalah klasik Meriam London yang tak kunjung bisa mereka selesaikan selama periode Arteta. Arsenal tidak mengalami masalah ini ketika mereka memenangkan gelar terakhirnya. Namun, setidaknya dalam dua tahun terakhir, masalah ini menjadi sesuatu yang sangat urgent. Jadi, apa masalah utama Arsenal sebenarnya?

Transformasi di Bawah Mikel Arteta

Arsenal ada dalam periode krisis di era-era awal Mikel Arteta didapuk menjadi pelatih klub. Seruan #ArtetaOut bahkan sempat menghiasi berbagai linimasa di saat era Arteta di Emirates masih seumur jagung. Kendati demikian, Arteta menunjukkan komitmen yang luar biasa dan sanggup membayar tuntas kepercayaan yang diberikan manajemen.

Memang, tidak ada lagi trofi Premier League yang mampir ke kabinet trofi Arsenal. Namun, Arteta telah banyak berkontribusi mengubah tim ini menjadi sebuah tim yang solid. Arsenal yang sempat drop di era-era awal Arteta, bahkan mampu bertumbuh menjadi sebuah tim penantang gelar juara.

Masih lekat di ingatan bagaimana Meriam London nyaris menyudahi dominasi Manchester City di tanah Britania dalam dua musim ke belakang. Sayang, Dewi Fortuna tidak memihak Arteta dalam dua kesempatan tersebut. Arsenal gagal merengkuh trofi EPL lagi semenjak Piala Emas yang mereka bawa pulang ke Highbury pada musim 2003/2004.

Walau tidak ada lagi trofi EPL yang didapat oleh Arsenal, pada akhirnya, banyak orang sepakat kalau Arteta telah memberikan banyak hal buat Meriam London. Tim ini bertransformasi menjadi tim yang super solid dan sulit untuk ditaklukkan. Selama periode kepelatihan Arteta, Arsenal hampir tak pernah absen mengisi slot yang tersedia di papan atas klasemen. 

Bahkan dengan masuknya banyak pemain baru sekalipun, Arsenal tetap menjadi tim yang solid dan kompak. Musim ini, skuad asuhan Arteta masih bertekad memburu gelar yang lolos dari dekapan dalam dua musim ke belakang. Arsenal duduk nyaman di klasemen ke-2 sementara Premier League, membuntuti Liverpool dengan torehan 40 poin dari 20 pertandingan.

Masalah Klasik Arsenal

Masih ingat kapan terakhir kali Arsenal menjuarai sebuah turnamen? Tepat! Jawabannya adalah pada tahun 2020, lebih tepatnya di ajang Piala FA. Setelahnya, Arsenal dilanda krisis berkepanjangan yang membuat tim ini sudah empat tahun tidak lagi merasakan betapa emosionalnya naik ke podium juara.

Yang menarik, kegagalan Arsenal ini bukan hanya soal hitung-hitungan jumlah trofi semata. Seolah ada sesuatu yang hilang dalam jatidiri Meriam London. Skuad besutan Arteta ini kehilangan sosok penyerang haus gol, yang membuat mereka sering buang-buang peluang.

Kilas balik ke tahun 2020, Arsenal kala itu masih punya Pierre-Emerick Aubameyang dan Alexandre Lacazette. Dua finisher andal inilah yang menjadi kunci utama kesuksesan Meriam London meraih satu trofi mayor. Sayangnya, sepeninggal dua sosok tersebut, Arsenal tidak lagi mempunyai striker bertipikal goal getter.

Semua hal pasti ada sisi baik dan sisi baiknya, termasuk dalam hal ketiadaan seorang goal getter dalam tubuh Arsenal. Dampak dari masalah ini, kontribusi gol skuad Arsenal justru menjadi lebih merata. Tidak ada pemain yang lebih menonjol daripada yang lain, karena satu sama lain saling bahu membahu untuk kreasikan gol.

Sayangnya, terlepas dari itu, Arsenal masih menghadapi sebuah problema. Lini depan mereka perlahan mulai kehilangan ketajamannya. Memang, tumpulnya lini depan ini bisa agak ditutupi oleh permainan kolektif tim. Tapi, untuk sebuah klub yang sebelumnya punya dua penyerang jempolan, ini jelas merupakan downgrade yang signifikan.

Newcastle Ekspos Sisi Lemah Arsenal

Mikel Arteta sempat mengatakan bahwa timnya seringkali kesulitan menghadapi tim-tim yang bermain physical. Apalagi dalam posisi bahwa mereka tidak punya seorang goal getter yang bisa memecah kebuntuan. Hasilnya, bisa dilihat bagaimana Arsenal mati kutu melawan Newcastle.

Bermain di hadapan publik sendiri membuat Arsenal beringas dalam hal menyerang. Tapi, beringas-beringas begini, Arsenal justru terlihat seperti seekor Harimau ompong. 23 tembakan yang dilesakkan sama sekali tidak berbuah satupun gol. Begitupun dengan 11 corner kick, mencerminkan betul bahwa tim ini sejatinya kesulitan dalam hal menembus pertahanan lawan, apalagi yang mengandalkan pshysical seperti Newcastle.

Bisa dikatakan, Gabriel Jesus belakangan mulai unjuk gigi kalau dirinya layak diplot sebagai outlet serangan. Pun begitu dengan Kai Havertz yang sama-sama sering mendapat kepercayaan untuk turun sebagai striker, walau faktanya, posisi alami Havertz bukan seorang striker tengah.

Sayangnya, tidak ada jaminan kalau dua pemain ini bakal tetap bersinar terus-terusan. Dibutuhkan backup yang memadai untuk menggantikan Gabriel dan Havertz apabila salah satu dari mereka absen. Karena tanpa kedalaman yang bagus, sebuah tim akan kesulitan bersaing dalam sepakbola modern.

Bahkan dengan Havertz atau Jesus di dalam skuad sekalipun, Arsenal nyatanya tidak bisa bermain optimal. Eks pemain mereka, Theo Walcott bahkan menyatakan kalau Arsenal sekarang lebih sering berharap pada gol-gol dari set-piece, alih-alih memeragakan permainan yang menurut Walcott adalah fast flowing football seperti era ketika Walcott masih aktif.

Striker Baru Adalah Keharusan

Banyak orang mengkritik keputusan Mikel Arteta yang kabarnya ogah-ogahan mendatangkan penyerang baru. Bisa dipahami bahwa Arteta begitu percaya pemainnya bisa menuntaskan segala masalah yang ada. Ada pula yang mengatakan bahwa Arteta sejatinya menginginkan striker baru. Hanya saja, kondisi manajemen dan pasar pemain tampak sedang tidak bersahabat buat Arsenal.

Apapun itu, fokus Arsenal saat ini harusnya satu, dapatkan striker goal getter baru, entah bagaimana caranya. Arteta bisa memilih merekrut pemain anyar, atau menggembleng pemainnya yang ada saat ini supaya bisa lebih klinis dalam menyelesaikan peluang.

Di Premier League musim 2024/2025, statistik menunjukkan ada sesuatu yang salah dengan Arsenal. Total, ada 40 big chances yang sudah mereka lewatkan. Catatan ini bahkan melampaui catatan 37 big chances missed oleh Manchester United, tim yang sempat menduduki posisi tiga teratas tim dengan big chances missed terbanyak.

Ada banyak penyerang yang tersedia di pasar pemain untuk jendela transfer musim dingin, hingga musim panas. Beberapa dari mereka sudah masuk ke dalam radar Arsenal. Sayangnya, Arsenal beberapa kali memilih mundur karena mengetahui bahwa harga para striker ini mulai melambung tinggi melebihi anggaran yang tersedia.

Masalah klasik yang belum juga terselesaikan, itulah yang terjadi pada Arsenal era Mikel Arteta ini. Sementara mereka terus mengupayakan trofi, kondisi lini depan nyatanya tidak suportif. Belum ditambah masalah kreativitas yang biasanya mendadak hilang ketika Martin Odegaard tidak bisa bermain, atau sekadar tidak fit dalam suatu laga.

Arsenal pada akhirnya bukanlah sebuah tim yang sempurna. Walau ada banyak improvement di era Arteta, PR mereka juga tak kalah banyaknya. Kini tinggal Arteta yang bisa menuntaskannya. Setidaknya dalam tiga musim ke belakang, lini depan inilah yang menjadi masalah utama Arsenal kesulitan menyabet gelar bergengsi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun