Mohon tunggu...
Fatih Romzy
Fatih Romzy Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Penyuka Olahraga, Film, Musik dan Teknologi

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Man United, Akuarium Penyakitan, dan Operasi Jantung

1 Januari 2025   11:42 Diperbarui: 1 Januari 2025   19:08 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatih Manchester United Ruben Amorim (kanan) menyaksikan penyerang Joshua Zirkzee (kiri) meninggalkan lapangan setelah digantikan gelandang Kobbie Mainoo dalam Liga Inggris antara Man United vs Newcastle United di Old Trafford di Manchester, Inggris, pada Senin 30 Desember 2024. (Foto: AFP/DARREN STAPLES via kompas.com)

Manchester United baru saja menelan kekalahan 2-0 melawan Newcastle United dalam lanjutan gameweek ke-19 Liga Primer Inggris. 

Kekalahan ini membuat tim berjuluk Setan Merah makin terjun bebas. Statistik mencatat, ini adalah titik terendah tim dalam beberapa dekade ke belakang.

Ruben Amorim adalah sosok yang berada di balik kemudi Manchester United. Namun, semua tren negatif ini tidak bisa dialamatkan padanya. 

Tidak bisa juga dialamatkan kepada pendahulu Amorim, Erik Ten Hag yang juga mencatat salah satu rekor terburuk klub. Lantas, apa problem utama Man United selama ini?

Cristiano Ronaldo mengibaratkan masalahnya seperti sebuah akuarium penyakitan. Sementara Ralf Rangnick mengibaratkannya seperti sebuah operasi jantung. 

Lalu, dari analogi dua sosok ini, kesimpulan apa yang bisa diambil? Mari kita bedah permasalahan Manchester United ini!

Awal Kehancuran

Ketika Sir Alex Ferguson maju mengambil alih kursi kepelatihan Manchester United, tidak ada yang mengira kalau pria ini bakal membawa banyak kesuksesan untuk klub. Lewat raihan 38 trofi yang ia dapatkan, tidak ada yang bisa menyangkal kalau Sir Alex adalah pelatih terbaik Setan Merah sepanjang masa.

Sayangnya, kepergian manajer legendaris itu juga menjadi awal kehancuran Manchester United. MU baru saja merengkuh gelar juara Liga Primer mereka yang ke-20 ketika Sir Alex memutuskan pensiun dari jabatannya. Setelahnya, MU berada dalam periode kelam. Bukan cuma puasa gelar, tetapi juga penampilan yang kerap mengecewakan para penggemar.

Total, ada sembilan pelatih yang mengambil alih jabatan sebagai juru taktik Manchester United sejak Sir Alex hengkang, dan sebelum Ruben Amorim datang. Kesembilan pelatih itu bisa dibilang gagal, walau beberapa dari mereka sempat mempersembahkan trofi. 

Tidak ada pelatih yang benar-benar bisa membawa MU kembali pada statusnya sebagai salah satu tim elit Eropa, bahkan di Inggris sendiri.

Sayangnya, manajemen MU tampaknya masih belum sadar juga. Memang, tidak ada pilihan lain selain berganti pelatih ketika performa sebuah tim menurun di suatu kompetisi. Namun, penurunan atau inkonsistensi ini tidak selamanya salah pelatih. Lantas, kalau bukan salah pelatih, lalu salah siapa?

Coba perhatikan, andaikata masalah Man United hanyalah perkara pelatih, nama sekaliber Jose Mourinho atau Ralf Rangnick mungkin sudah menyelesaikan masalah mereka. 

Namun, dua manajer inipun dicap gagal ketika menangani Setan Merah, terlepas apa yang sudah mereka persembahkan untuk tim asal Manchester ini.

Di sinilah berbagai spekulasi mulai muncul. MU seperti seorang anak yang kehilangan bapaknya, menurut banyak orang. Tidak ada lagi sosok seperti Sir Alex yang bisa memimpin arah pengembangan klub. 

MU jadi hilang arah, tak tahu ke mana tim mereka akan dibawa. Ini bisa dibuktikan dengan pergantian manajerial yang terjadi dalam interval singkat, serta beberapa kebijakan transfer yang tampaknya kurang diperhitungkan dengan matang.

Akuarium Penyakitan

Sebagai seorang pemain yang pernah membela Manchester United dalam dua periode berbeda, Cristiano Ronaldo pastinya paham betul seperti apa budaya yang ada pada mantan klubnya. Ronaldo adalah pemain yang tumbuh di lingkungan Setan Merah era Fergie. Lalu, ia kembali di era Ralf Rangnick.

Pada dua periode ini, Ronaldo merasakan perbedaan yang cukup signifikan. Mungkin, perubahan inilah yang pada akhirnya membuat sang mega bintang hengkang dan sempat terlibat konflik dengan mantan klubnya itu. 

Ronaldo pun kembali ditanya perihal masalah yang terjadi di Man United sekarang, dan jawaban bintang Portugal itu cukup mengejutkan.

Ronaldo beranggapan bahwa masalah yang terjadi di Manchester United begitu kompleks, dan dia sudah merasakannya sejak masih berada di sana. 

Striker Portugal itu menganalogikan masalah MU dengan analogi ‘Akuarium Penyakitan’. Ibarat sebuah akuarium, Ronaldo bilang kalau setiap ikan yang masuk ke sana bisa terjangkit penyakit.

“Satu setengah tahun lalu, saya sudah pernah bilang, dan masalahnya masih sama sekarang. Masalah ini seperti kalian punya akuarium berisi ikan yang sakit. Jika kalian mengeluarkan ikannya, maka ikan itu baik-baik saja. Tapi jika kalian memasukkannya lagi, maka ikan itu akan sakit lagi,” papar Ronaldo dalam acara gala Globe Soccer Awards beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut, Ronaldo menilai permasalahan Manchester United bukan cuma soal pelatih. Buktinya, sembilan pelatih yang datang sebelum Ruben Amorim tidak bisa membawa MU meraih pencapaian yang sama seperti Ferguson. Jangankan mengejar Fergie, para pelatih ini juga tidak bisa membuat MU setidaknya stabil secara performa.

Operasi Jantung

Sebelum munculnya istilah ‘Akuarium Penyakitan’ dari Ronaldo, Ralf Rangnick, pelatih yang pernah menangani CR7 juga pernah memberikan pandangannya terkait situasi Manchester United. 

Rangnick yang pernah menjabat sebagai pelatih di Old Trafford menilai ada satu masalah besar, dan masalah itu tidak bisa diselesaikan hanya dengan ganti pelatih.

Ibarat kata orang sakit, Rangnick menganalogikan Manchester United membutuhkan ‘Operasi Bedah Jantung’. 

Rangnick mengibaratkan apabila MU adalah orang yang sedang sakit, maka operasi adalah upaya terakhir yang bisa dilakukan, karena tidak ada obat apapun yang bisa menolong mereka saat ini.

“Anda bahkan tidak perlu kacamata untuk melihat dan menganalisa apa masalahnya. Sekarang masalahnya adalah bagaimana kami menyelesaikannya. Tidak cukup hanya dengan mengobatinya dengan obatan-obatan ringan. Dalam dunia medis, masalah seperti ini harusnya diselesaikan dengan ‘Operasi Bedah Jantung’,” kata Rangnick menggambarkan situasi MU pada bulan April 2022 silam.

Bisa dibayangkan betapa seriusnya masalah Man United dalam kacamata Rangnick. Pada wawancara yang sama, Rangnick mengatakan bahwa diperlukan adanya kerjasama dari berbagai pihak untuk sebuah upaya perbaikan. Sayangnya, pelatih berpaspor Jerman itu tidak meihat adanya kerjasama demikian dari jajaran manajemen MU.

Pada bulan September, Rangnick kembali ditemui awak media dan ditanya perihal analisisnya dua tahun sebelumnya. Rangnick pun diberi tahu bahwa Erik Ten Hag yang kala itu masih menjabat juga mengalami masalah serupa. 

Pria yang kini menangani Austria itu hanya menjawab, “Dia pikir analisa saya benar. Saya tidak tahu pasti berapa pemain yang sudah ia datangkan sejak itu (kepergiannya), tapi memang rasanya saya pikir saya benar,”

Cara MU Atasi Masalah

Dari analogi dan statement Rangnick serta Ronaldo, bisa ditarik kesimpulan bahwa MU menghadapi masalah yang kronis dari dalam. Bukan soal taktik pelatih atau bagaimana kinerja pelatih itu. Lebih kepada masalah manajemen, jajaran dewan, bahkan hingga para pemain yang tampaknya kurang bersinergi untuk mengentaskan klub dari keterpurukan.

Bisa dilihat, pada kasus penunjukkan Ruben Amorim. MU sejatinya punya kesempatan membenahi klub sejak awal musim dengan mengambil langkah memecat Erik Ten Hag dan mendatangkan Amorim. Namun, langkah itu diabaikan dan malah memilih memperpanjang kontrak Ten Hag, hanya untuk memecatnya di pertengahan musim.

Masalah lebih besar kini ada pada jajaran dewan pimpinan Sir Jim Ratcliffe. Sudah banyak beredar berita bahwa Ratcliffe datang ke MU dengan misi membawa ‘penghematan.’ 

Biaya-biaya yang menurutnya ‘tidak penting’, kini dipangkas habis. Mulai dari bonus untuk steward, jatah makan siang staff, agenda natal klub, bahkan sampai pemberhentian Sir Alex Ferguson dari jabatannya sebagai duta global.

Maksud Ratcliffe sebenarnya memang baik. Ia ingin memangkas tagihan klub yang menurutnya membengkak selama ini. Namun, upaya-upaya ini tampak tidak tepat sasaran. Bagaimanapun, beberapa kebijakan Ratcliffe mendapat tentangan dari para staff yang pada akhirnya juga akan menimbulkan ketidakharmonisan dalam tubuh klub.

Lalu, apa yang perlu dilakukan Ratcliffe dan jajarannya? Paling penting adalah, Ratcliffe harus memberi kepercayaan penuh pada Ruben Amorim. MU saat ini sudah terlanjur bobrok. 

Jadi berilah kesempatan Amorim mengaplikasikan idenya, entah dengan cara apapun, termasuk melakukan perombakan besar-besaran pada skuadnya.

Bagaimana jadinya jika anda dihadapkan pada situasi di mana anda harus membangun sebuah tim dengan pemain-pemain yang bukan tipikal anda? Inilah yang dihadapi Amorim. 

Tim yang ada sekarang adalah tim yang dibangun untuk Ten Hag. Oleh karena itu, tidak ada keleluasaan untuk membangun tim ini sesuai idenya.

Akhir kata, MU harusnya mulai mawas diri bahwa orang-orang yang pernah bekerja dengan mereka kini mulai mengkritisi sistem yang sedang berjalan selepas era Fergie. 

Masalahnya sekarang tinggal bagaimana MU menyikapi kritik demi kritik yang datang. Apakah mereka akan terus mengkambing hitamkan pelatih, atau mulai sadar bahwa ada sistem kerja yang tidak benar.

Badai masih belum berakhir buat Setan Merah. Selepas kekalahan melawan Newcastle, Ruben Amorim kini dihadapkan pada bentrok akbar melawan Liverpool dan Arsenal. 

Seharusnya, melihat situasi yang sekarang, imbang saja sudah berkah buat MU. Jadi, bagaimana menurut anda sendiri? Apa masalah terbesar yang dihadapi MU sejak kepergian Sir Alex Ferguson?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun