Erick Thohir memang mengatakan kalau target utamanya di Piala AFF ini adalah untuk membentuk skuad masa depan Indonesia. Tapi perlu dicatat, statementnya soal target ini barangkali sudah menjadi bumerang. Indonesia memang tampil tanpa beban. Tapi, Indonesia justru bermain terlalu lepas karena mungkin mengartikan pernyataan Erick Thohir sebagai 'tidak ada target.'
Alhasil, para pemain Indonesia ini akhirnya terlalu nyaman karena tidak ada urgensi apapun di Piala AFF 2024. Pun begitu dengan Shin Tae-yong. Karena tidak ada tekanan untuk juara, maka ia bisa bebas bereksperimen menjajal semua amunisi mudanya. Sayangnya, apa yang dilakukan Shin Tae-yong dan anak asuhnya justru berbuah kegagalan, sesuatu yang bahkan di luar perhitungan Erick Thohir sendiri.
Kesimpulan
Setelah membahas beberapa poin tadi, mungkin ini saatnya mengambil kesimpulan dan menghapus bias dan blok-blokan yang tercipta di antara publik sepakbola tanah air. Kegagalan timnas Indonesia di Piala AFF 2024 ini salah siapa? Salah Shin Tae-yong kah? Salah pemain kah? Atau salah PSSI?
Jawabannya tentu salah kita semua. Semua orang ikut terlibat membuat kesalahan dalam kegagalan Indonesia ini. Shin Tae-yong membuat kesalahan, demikian juga para pemainnya. Di sisi lain, PSSI juga membuat kesalahan yang berakibat pada performa tim yang tidak sesuai harapan. Pun begitu dengan publik yang juga ikut andil atas kekalahan ini.
Pertama, Shin Tae-yong kelihatan beberapa kali melakukan bongkar pasang pemain. Padahal dia tahu, urgensi turnamen Piala AFF ini begitu besar, mengingat Indonesia belum pernah juara. Beberapa pergantian yang ia lakukan di tengah laga juga terkesan tidak berguna, sehingga pada akhirnya tidak menghasilkan apa-apa selain kebugaran pemain yang menurun,
Kedua, pemain juga ikut bersalah. Mereka harusnya tahu kalau publik menaruh ekspektasi besar. Tapi, beberapa pemain masih terlihat belum matang secara mental, maupun permainan. Kita ambil contoh Muhammad Ferarri. Gestur yang ia perlihatkan di laga kontra Filipina jelas tidak mencerminkan kedewasaan. Selain Ferarri, beberapa pemain juga belum menunjukkan mentalitas yang bagus. Dibuktikan dari kesalahan-kesalahan passing, tackle-tackle tidak perlu, serta kedisiplinan menjaga posisi masing-masing.
Ketiga, PSSI pun ikut bersalah dalam kegagalan timnas ini. Jika memang menurut kalkulasi, Indonesia bisa lolos fase grup, maka Erick Thohir seharusnya lebih terbuka mengatakan bahwa paling tidak, kita harus lolos fase grup. Mungkin, sudah ada pembicaraan demikian di balik layar. Tapi penampilan yang tercermin di lapangan seolah menunjukkan bahwa Shin Tae-yong dan pemainnya memang tidak punya arah yang jelas selain sekadar main di turnamen ini.
Akhir kata, kita sebagai fans layak menjadi pihak yang patut dipersalahkan. Dari awal, kita sudah tahu kalau Piala AFF 2024 bukan target utama, karena menurut kita, fokus Indonesia sekarang di kancah Asia. Dengan fakta tersebut, seharusnya kita bisa lebih menerima kekalahan yang memang layak didapatkan timnas pada turnamen Piala AFF 2024 ini.
Tanpa bermaksud membela pihak manapun, dengan perkembangan sepakbola Indonesia yang makin bagus, alangkah baiknya kita sebagai fans juga ikut meningkatkan mentalitas. Ketika sesuatu tidak berjalan sesuai ekspektasi, mari mencari solusi paling rasional untuk sesuatu itu.
Jika memang ada yang perlu dikritik dari performa tim, maka sampaikanlah kritik yang rasional dan masuk akal sembari memberi data fakta sebagai penguat argumen. Jadi, bagaimana menurut anda sendiri? Anda di pihak Shin Tae-yong, pemain, atau PSSI? Atau mungkin, ada di pihak netral yang menganggap semua ikut andil bersalah dalam kegagalan ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H