Mufasa: The Lion King (2024) hadir sebagai pemberi warna baru bagi mereka yang rindu akan sosok Simba, karakter utama dalam film Lion King yang pertama kali mengudara pada 1994. Mufasa adalah karakter ayah Simba, digambarkan sebagai seekor singa yang bijak. Karakter satu ini pada akhirnya dibuatkan filmnya sendiri, sebagai sarana para penggemar untuk mengenali lebih dalam perjalanannya menjadi raja semua hewan di Pride Lands.
Untuk ukuran film anak-anak, Mufasa: The Lion King menawarkan terlalu banyak hal. Namun, untuk ukuran sebuah film dengan rating 'Semua Umur', film ini sajian sempurna yang mampu mengombinasikan banyak elemen ke dalam filmnya. Lalu, apakah Mufasa: The Lion King (2024) adalah film yang layak tonton? Mari simak!
Sinopsis
Mufasa: The Lion King (2024) bercerita tentang perjalanan Mufasa, ayah dari karakter utama film Lion King yang pertama kali dirilis pada 1994, serta digarap versi live actionnya pada 2019 silam. Film ini menceritakan bagaimana perjalanan Mufasa dari seekor singa yang hilang, kemudian menjadi raja para hewan.
Mufasa melalui perjalanan yang tidak mudah untuk bisa menjadi raja di tanah impian yang selalu didambakan orang tuanya. Ia harus melewati berbagai rintangan berat, mulai dari pengasingan ketika dirinya tiba di salah satu kelompok singa lainnya, sampai perjuangan melawan pasukan singa putih yang hendak balas dendam dan menguasai seluruh savana.
Mufasa kehilangan orang tuanya setelah peristiwa banjir besar yang menghanyutkannya ke sebuah kawasan nan jauh. Di sinilah ia bertemu dengan Taka, seekor anak singa yang merupakan putra mahkota kelompok singa di wilayah tersebut. Sementara Taka menerima Mufasa sebagai saudaranya, Mufasa justru diasingkan oleh ayah Taka, Obasi karena dianggap sebagai hewan asing.
Di sinilah Mufasa mulai menemukan arti sesungguhnya tentang menjadi seorang pemimpin. Konflik dimulai ketika kawanan Obasi kedatangan kawanan singa putih dengan pemimpinnya Kiros yang terobsesi ingin menjadi raja seluruh savana. Alur pun berjalan dengan adegan kejar-kejaran antara Mufasa dan Taka, dengan Kiros dan pasukannya.
Dari sinilah, Mufasa bertemu teman-temannya yang ikonik. Mulai dari Sarabi, salah satu putri dari kawanan singa yang juga telah dihabisi Kiros dan pasukan singa putih, Zazu si burung rangkong pengintai Sarabi, serta Rafiki, seekor mandril bijak yang baru saja terusir dari rombongan babun. Petualangan antara lima hewan beda ras ini berjalan cukup seru, sampai akhirnya Mufasa dan kawan-kawan sampai ke tanah tujuan mereka.
Visual Memukau Mata
Lion King (2019) menjanjikan sebuah film dengan visualisasi menakjubkan yang merealisasikan seperti apa wujud hewan-hewan dan Pride Rock ikonik dari film yang sama, 15 tahun silam. Hasilnya, film ini mampu menyuguhkan elemen yang begitu sempurna. Lion King (2019) adalah penggambaran yang begitu realistis dari film animasi Lion King (2024).
Lima tahun setelah perilisan film dengan tokoh utama seekor singa bernama Simba itu, Disney kembali menjajal peruntungannya. Mengusung tema 'prekuel' Mufasa: The Lion King (2024) hadir dengan visual yang tidak kalah memukau. Menggunakan skema pengambilan dengan cara yang sama, yakni teknik photorealistic, Mufasa adalah sebuah film yang tanpa celah, ketika berbicara soal bagaimana view yang coba ditampilkan Disney.
Pertama, dari aspek para tokohnya. CGI photorealistic mampu membuat karakter beberapa hewan menjadi makin nyata. Singa sebagai karakter utamanya tentu tidak perlu ditanyakan lagi. Kualitas gambar yang diarahkan ke hewan yang satu ini nampak begitu realistis. Mulai dari detail bulu, hingga ekspresi muka, semua digarap sempurna oleh vfx artist Isabella Abrams-Humphries dan dkk.