Kepergian Dan Ashworth yang tiba-tiba tentu saja menimbulkan tanda tanya besar dari sejumlah pihak. Ada apa sebenarnya dengan Manchester United? Spekulasi pada akhirnya beredar di luaran sana. Banyak yang menyebut bahwa kedatangan Ruben Amorim sebagai pelatih baru menjadi puncak permasalahan yang mengakibatkan Ashworth hengkang.
Sebagai catatan, Ashworth memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan mempertahankan Erik Ten Hag di awal musim 2024/2025 lalu. Sir Jim Ratcliffe pada waktu itu meminta saran dari Ashworth terkait siapa sosok yang pantas menggantikan Ten Hag. Sayangnya, Ratcliffe tidak sepaham dengan Ashworth, yang mengajukan list pengganti antara lain Eddie Howe, Gareth Southgate, Marco Silva, Thomas Frank, hingga Graham Potter.
Pada akhirnya, Ratcliffe CS memilih mempertahankan Ten Hag, yang berimbas pada makin jebloknya performa tim sepanjang musim 2024/2025. MU sudah kadung memberi keprecayaan penuh pada Ten Hag. Termasuk mengucurkan dana sekitar 200 juta euro untuk kebutuhan belanja pemain sang manajer asal Belanda.
Pada akhirnya, keputusan ini berbuah kerugian tersendiri buat MU. Ten Hag dipecat, dan mengharuskan Setan Merah membayar kompensasi menyentuh 10 juta poundsterling lebih, atau sekitar 202 miliar rupiah. Kedatangan Ruben Amorim membuat Ashworth makin terancam, karena mantan pelatih Sporting CP diketahui punya visi yang berbeda dengan sang direktur olahraga.
Awal kedatangannya, Amorim menyatakan bahwa dirinya akan mengubah total MU sesuai filosofi sepakbola yang ia anut. Akan tetapi, Ashworth menginginkan struktur, filosofi dan gaya bermain yang masih sama, siapapun pelatih penggantinya. Perbedaan pandangan ini akhirnya sangat mempengaruhi keputusan MU dan Ashworth untuk berpisah.
Blunder INEOS Kesekian Kalinya
Mengakhiri kerjasama dengan Dan Ashworth tampaknya merupakan langkah yang tepat buat Manchester United. Ketidakcocokan antara sang direktur olahraga dengan Ruben Amorim, bagaimanapun bisa menciptakan masalah baru. Namun, kalau berbicara soal faktor ekonomi, berakhirnya kerjasama ini tentu memakan kerugian besar buat MU dan INEOS.
Ketika pertama kali direkrut dari Newcastle United, Ashworth telah membuat United harus merogoh kocek sebesar 2,5 juta poundsterling. Jika dirupiahkan, nilai ini berkisar 50,5 miliar rupiah. Pemutusan kerjasama sebelum masa kontrak Ashworth tentu saja membuat United harus membayar kompensasi berikutnya, walau sampai tulisan ini dibuat, belum ada sumber yang menyatakan berapa besaran biaya kompensasi tersebut.
Di sisi lain, bisa dibayangkan bagaimana MU menelan banyak kerugian akibat keputusan-keputusan krusial Ashworth. Mempertahankan Erik Ten Hag contohnya. Akibat perpanjangan yang diberikan United awal musim lalu, klub Manchester kini harus membayar kompensasi berkisar 10 juta pounds kepada sang pelatih yang dipecat, tepat setelah perpanjangan kontrak diberikan.
Kemudian, kepergian Ten Hag menimbulkan masalah yang lebih pelik, yakni pencarian pelatih baru. Untuk mendatangkan pelatih baru, lagi-lagi, United harus merogoh koceknya dalam-dalam. Alternatif yang ditawarkan Ashworth sejatinya lebih murah. Tetapi MU tetap percaya pada CEO Omar Berrada yang menginginkan Ruben Amorim, sehingga mereka harus menebus pria Portugal senilai sekitar 11 juta euro dari Sporting CP.
Belum lagi, MU harus menelan kerugian tambahan akibat menuruti semua permintaan Ten Hag pada jendela transfer musim panas kemarin. Pembelian banyak pemain bintang seperti Matthijs De Ligt, Noussair Mazroui, Manuel Ugarte dan Lenny Yoro telah menguras sekitar 200 juta euro dari saldo keuangan klub. Sekarang, saldo tersebut makin terkuras, seiring keputusan-keputusan krusial yang dilakukan INEOS di bawah Sir Jim Ratcliffe.
Terlepas dari semua kerugian yang ditimbulkan, Ratcliffe, INEOS dan manajemen MU sudah membuat keputusan. Mengakhiri kerjasama dengan Ashworth adalah keputusan yang cukup bijak, karena MU tampaknya ingin berkomitmen penuh dengan Ruben Amorim. Itu artinya, INEOS menginginkan perubahan total dari era Ten Hag yang sudah terlanjur rusak total.