Dari sudut pandang etika, flexing bukanlah tindakan yang baik. Flexing lebih berkonotasi negatif,  karena memamerkan kekayaan hanya bertujuan untuk memuaskan ego atau  mendapatkan pengakuan dari orang lain atas kekayaan atau status sosialnya. Faktanya, banyak pelaku flexing yang memamerkan kesehariannya melalui video atau foto di media sosial, padahal sebenarnya tidak seperti yang terlihat di media sosial. Flexing juga digunakan sebagai metode kriminal atau pidana untuk mencari pengikut bahkan konsumen, dengan tujuan mencapai keuntungan pribadi, dengan  menawarkan  pekerjaan, kerja sama bisnis atau berinvestasi.
Referensi
Nur khayati, Dinda Apriliyanti, Victoria Nastacia Sudiana, Aji Setiawan, Didi Pramono, Fenomena Flexing Di Media Sosial Sebagai Ajang Pengakuan Kelas Sosial Dengan Kajian Teori Fungsionalisme Struktural (2022), Vol. 9 No. 2
Ratu Nadya Wahyuningratna, Vinta Sevilla, Mansur Juned, Edukasi Pengembangan Aktualisasi Diri Yang Positif Bagi Remaja Di Sosial Media (2022), Vol. 4 No. 2
Jawade Hafidz, Fenomena Flexing di Media Sosial dalam Aspek Hukum Pidana (2022), Vol. 2 No. 1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H