Mohon tunggu...
Fatih Abdul Aziz
Fatih Abdul Aziz Mohon Tunggu... Guru - Guru

Aku berlindung dibalik rinai yang mulai jatuh menimpa senja

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Romansa Jendela Kaca

16 April 2016   14:08 Diperbarui: 17 April 2016   23:09 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Sumber Gambar: cacaostorymania.tistory.com"][/caption]Kepada puan,
Akankah kau menapak lagi,
Kulihat gelap menyergap bayangmu lagi
Melenyapkanmu dalam hanyut ironi

Ah, kalau saja kau masih nyata, memandangku sesekali
Kirana sore menyergap mata
Masih menari di sisi jendela tua
Aku lihat bibirmu memerah, bersemu atau sedang meramu
Klausaku tak akan keluar kiranya
Bilamana matamu taat mengasa cinta
Dan sore itu,
Maskaramu mulai hilang, aku pastikan

Tapi tetap lentik menyapaku
Aku pikir itu bagian paling sensasional
Aku tahu ini saatnya
Saat dimana kakimu mulai hilang
Hingga kau seperti digantungkan

Ah, mengapa senyum itu sungguh rela
Biarlah aku menikmati kepergianmu
Waktu mulai memakanmu perlahan
Dan sesaat sebelum melahap mulutmu
Aku masih mengharap kau mengatakannya
Ah sial, hanya senyum kecut ku dapat

Teruskan saja aku sanggup
Mata itu akan lenyap beberapa detik lagi
Ku hisap mata itu dalam-dalam
Kusisipkan di bagian dalam ruang kenang
Kau mengerling, apa kau mengundangku?

Jendela itu, tertutup kencang sesaat aku ambruk
Esoknya tempat itu tak berbekas
Hanya paduan rindu dan sedikit keringat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun