[caption caption="Sumber Gambar: cacaostorymania.tistory.com"][/caption]Kepada puan,
Akankah kau menapak lagi,
Kulihat gelap menyergap bayangmu lagi
Melenyapkanmu dalam hanyut ironi
Ah, kalau saja kau masih nyata, memandangku sesekali
Kirana sore menyergap mata
Masih menari di sisi jendela tua
Aku lihat bibirmu memerah, bersemu atau sedang meramu
Klausaku tak akan keluar kiranya
Bilamana matamu taat mengasa cinta
Dan sore itu,
Maskaramu mulai hilang, aku pastikan
Tapi tetap lentik menyapaku
Aku pikir itu bagian paling sensasional
Aku tahu ini saatnya
Saat dimana kakimu mulai hilang
Hingga kau seperti digantungkan
Ah, mengapa senyum itu sungguh rela
Biarlah aku menikmati kepergianmu
Waktu mulai memakanmu perlahan
Dan sesaat sebelum melahap mulutmu
Aku masih mengharap kau mengatakannya
Ah sial, hanya senyum kecut ku dapat
Teruskan saja aku sanggup
Mata itu akan lenyap beberapa detik lagi
Ku hisap mata itu dalam-dalam
Kusisipkan di bagian dalam ruang kenang
Kau mengerling, apa kau mengundangku?
Jendela itu, tertutup kencang sesaat aku ambruk
Esoknya tempat itu tak berbekas
Hanya paduan rindu dan sedikit keringat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H