Mohon tunggu...
Fath Wiladisastra
Fath Wiladisastra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Majalengka

Pelajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Meramu Rindu Lewat Aksara

23 Juni 2022   08:38 Diperbarui: 23 Juni 2022   09:05 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu tahun berlalu, waktu mengukir jejakmu, langit mencatat tekadmu, duhai anak-anakku... Izinkan aku menabung rindu, mengukir perjalanan kita, melukiskan kebersamaan kita, agar kenangan ini tak hanya kita saja yang mendamba, persada Nusantara pun harus ikut merasaknnya. Ingatlah! Goresanmu bukan hanya untuk memenuhi nilai semata, namun ada kata yang tersirat dan penuh makna yang perlu kau gemakan ke seluruh dunia.

Selamat menyelami kata demi kata, rasakan sensainya, temukan pesannya. Dari anak-anak kelas X Madrasah Aliyah An-Nawawiyah Kawunggirang Majalengka untuk seluruh pembaca.     

AKU MERINDUKANMU OH MUHAMAD

Karya : M Fauzi Farhan

Dimana-mana sesama saudara

Saling cakar merebut benar

Sambil terus berbuat kesalahan

Qur'an dan sabda mu

Hanyalah kendaraan

Masing-masing mereka

Yang berkepentingan

Aku pun menginggalkan mereka

Mencoba mencari mu

Dalam sepi rindu ku

HIDUP

Karya : Agit Sugiarto

Di pagi hari

Secangkir kopi pahit ku nikmati

Secangkir kopi itu bertanya kepada ku

Pahit mana? Aku attau hidup mu?

Kujalani hidup yang pahit ini

Kulalaui semuanya sendiri

Aku merasa kesepian

Tenggelam dalam kesendirian

Aku merasa lelah

Dan hampir ingin menyerah

Hingga aku sadar

Aku harus bersabar

Meski tak ada yang peduli

Masih ada Tuhan yang menemani

MALU MU MENJADI MULYAMU

karya : Mila

Wahai yg dicintai oleh yg di cintai

Aku malu akan dirimu

Cantikmu tak menjadi banggamu

Dengan rasa malu menjadi pakaianmu

Kau tutup rapat indahnya dirimu

Kau menangis mengingat bagaimana dengan lekuk tubuh mu

Bagaimana nanti dikala aku mati

Bagaimana jika mereka mengangkat ku

Tentu akan terlihat lekuk-lekuk tubuh mu

Wahai putri Rasulullah

Engkaulah panutan kami

Engkaulah suri teladan kami

Wahai sayyidah Fatimah

Wahai watima muslimah

Jadilah cantikmu dari tetesan air wudhumu

Indah lisanmu dengan menjaga dan tidak menyakiti hati siapapun

Sopan santun dalam tingkah lakumu

Dan malu menjadi penyempurna semuanya

TAKDIR

Karya : Nida Hasnatul Jannah

Kini diriku sendiri

Meratapi nasibku yg pahit ini

Disiang hari aku masih bisa tertawa

Sedangkan di malan hari ku menangis menutupi luka

Bagiku dunia ini tidak adil

Terkadang di atas dan terkadang di bawah

Tapi aku yakin semua yg di titipkan akan di ambil

Oleh sang pencipta yg maha kuasa

PAHLAWAN KU

Karya : Titin

Demi kami kau rela gugur

Menghentikan mimpi kembali ke tanah subur

Jasamu sungguh berarti

Semoga engkau di pangkuan ilahi

RINDUU

Karya : Lisda

Aku berjalan

Dari waktu ke waktu

Aku berlari dari rindu ke rindu

Kakiku melangkah diam kaku

Membayangkan akan kehadiran mu

NAFSU

Karya : Lisda

Di ambang sepi aku berjalan

Bergelut gelut dengan sakit dan emosi

Diambang sepi aku berjalan

Mabuk hayalan

Menunggu kerinduan

Serta kepiluan

Diambang sepi aku berjalan

Penuh kekejaman dan kemunafikan

Di penjara jeruji penyesalan

Ditikam nafsu yang menelantarkan.

SEDIH

Karya : Helda

Ketika dunia tak Sudi memandangku

Ketika pandangan dunia penuh dengan benci

Ketika hadir ku tak begitu berarti

Ketika butiran jernih mengantri

Ingin turun dari mata ku

Ku hanya bisa menangis tessedu sedu

Dan semoga kelak Sayidah Fathimah menjadi sahabat ku

RASA CINTAKU

Karya : Sita

Kau tiba-tiba hadir dengan isi hatiku

Hanya kau yg ada di pikiranku sekarang

Aku tak tau berbagai caramu mengisi hatiku

Kau sungguh buatku tak mengerti

Rasa hatiku jadi tak menentu

Untukku kau sangat berharga

Lihatlah aku ini yg berjuang untuk cintamu

Namun kau tak pernah sadari itu

Walau perih hati ku

Aku disini kan selalu setia menantimu

Rasakan cinta ini begitu besar pada mu

LANGIT SUDAH GELAP

Karya : Amelia  

Langit sudah gelap

Semangkuk puisi panas

Secangkir kata kata

Hilang di kamus

Serta sendok garpu tusuk gigi

Telah tersedia persis, ketika makan

 Kriuk puisi terdengar dan kau bercerita tentang hati mu

Yang hitam seperti tulisan di koran terbalik

kata kata berhamburan pukul berapa kau pulang

meja makan bisu

TENTANG RASA

Karya : Nabilla

Tak terasa hari berganti

Dan semua rasa telah dilalui

Kini terpaku diam beribu kata

Bagai burung yang hilang sayap nya

Namun jangan putus asa sampai di sini

Haruslah semangat setiap hari

Karena masih ada pertolongan dari yang maha kuasa

Tidak ada yang mustahil baginya

PERJUANGAN YANG TAK PUNYA LUANG

Karya : Tia Ainun

Berlari dalam menghadapi impian

Engan untuk berhenti dalam perjuangann

Rasa yang berbeda dalam hidup

Hati yang begitu pedih dalam perjuangann

Engkau lah yang ku perjuangan kan

Namun tak perlu diperjuangkan

Tetesan air yang begitu hening

Apakah ini yang di maksud perjuangan yang tak punya luang

Santri memang pilihan

Perakan pikiran mencari ilmu

Langkah kaki menuju yang di tuju

Dialah rombongan manusia yang terpilih

Dengan rintangan yang begitu besar

Apakah ini yang di maksud dengan mencari yang bukan biasa

Yaitu mencari ilahi dan Rido guru dengan di iringi bacaan bismillah

NALURI HATI

karya  : Reva

Satu kata menusuk hati

Jiwa tak dapat menahan diri

Entah aku yg lemah

Sehingga hati tergerak untuk mengalah

Ingin berbicara

Namun tak sanggup untuk berkata-kata

Meski tak mengnangis keluar dan berbicara

Tetapi tetap bergerak dalam dada

Entah kamu yg tak mengerti

Ataukah aku yg terlalu bodoh untuk memahami

Kita punya satu hati

Namun beda rasa dalam diri

Aku mencoba memahami

Tapi kamu yg tak kunjung mengerti

Maapkan kesalahan diri ini

Yg tak mampu mengakhiri semua ini

TERADUK

Karya : Nida Aenurafifah

Sebait puisi selesai di tulis

Tentang secangkir kopi dan rindu

Yang larut dalam malam

Pecandu kopi dan penikmat rindu

Teraduk dalam satu raga

IBU

karya : Anih Munawaroh  

IBU..........

Engkau bagai pelita dalam hidupku

Engkau telah membesarkanku

Dengan penuh kasih sayang

Tanpa engkau meminta jasa

Ibu........

Engkau bagai bintang yang bergelipan di angkasa......

Dan engkau bagaikan laksamana di hidup ku

MENGANALISIS PUISI

Oleh : Indi

Cinta untuk ibu

Ibu

Cintamu seluas samudra

Setinggi julan gunung

Sedalam palung-palung

Ibu

Ingin aku berada di pangkuanmu

Sambil mengenang masa-masa bersamamu

Peluh yang kau suka untuk merawatku

Senyum yang kau sunggih untuk membahagiakan ku

Ibu

Adakah cinta yang bisa membalas jasamu

Adakah bahasa untuk mengucap terima kasihku

Tak akan kata-kata aku menyakiti hati

Karena Ibu adalah cinta sejati

Tak akan kasar perilakuku

Kepadamu yang telah melahirkanku

Menjagakan ku agar kau raih mimpi mimpi

Oh Ibu

Inilah segenap cintaku

Ku tahu tak akan bisa membalas mu

Namun doaku selalu untukmu

          *(Muhammad Yamin)*

Tema : Tentang ibu

Judul : Cinta untuk ibu

Isi.     :

* makna kias:

Ibu

Cintamu seluas samudra

Setinggi Julang gunung

Sedalam Palung palung

Rima: Rima bagian akhir u,i

Unsur ekstrinsik yang ingin disampaikan oleh penulis adalah:

Bahwa cinta ibu kepada seorang anaknya begitu besar. Dan cintanya sang anak kepada ibunya juga begitu besar titik yang apabila cinta sang anak kepada ibunya tidak akan terbalas karena cinta sang Ibu lebih besar dibanding cinta sang anak. Sehingga tidak ada cinta yang dapat membalas cinta seorang ibu dan sampai tidak ada bahasa yang dapat mengucapkan terima kasih kepada Ibu. Sehingga sang anak merindukan kasih sayang ibu di saat sang anak masih kecil. Karena ketika sang anak sudah besar ia hanya bisa mendoakan dari kejauhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun