Mohon tunggu...
Fathurrachman Zuhdi
Fathurrachman Zuhdi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi || Media Enthusiast

Senang berdiskusi dan berbicara tentang media dan dunia kreatif.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Bercocok Tanam Tanpa Tanah dengan Hidroponik

22 April 2021   16:49 Diperbarui: 22 April 2021   16:55 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidup lainnya.

Dari kecil mungkin kita diajarkan bahwa menanam sebuah tanaman, baik itu sayur maupun buah-buahan, harus menggunakan tanah sebagai media tanam. Namun, pada saat ini tanah bukan menjadi faktor utama kita dalam hal itu, karena ternyata kita bisa mengganti tanah hanya dengan menggunakan air. Bahkan, pertumbuhan tanaman tersebut bisa lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan cara konvensional yaitu menggunakan media tanah. Metode bercocok tanam ini dinamakan dengan Hidroponik.

Dilansir dari Budidaya.com, Hidroponik adalah suatu cara bercocok tanam dengan pemberian nutrisi pada tanaman dengan air tanpa menggunakan media tanah. Jika dibandingkan dengan metode bercocok tanam biasa yang menggunakan media tanah, sepertinya Hidroponik memang membutuhkan perlakuan yang berbeda dengan cara biasanya sehingga bisa menghasilkan pertumbuhan ysng lebih baik.

Pada kesempatan kali ini, saya berkesempatan mewawancarai dan tau lebih dalam tentang metode ini dari seseorang yang hobi bercocok tanam dan sudah menerapkan metode Hidroponik sejak tahun 2013 pada kegiatan bercocok tanamnya. Beliau adalah Pak Adi Rachmadi.

Pada awal memulai, ia mengungkapkan bahwa awalnya sengaja mencoba bercocok tanam untuk mengisi waktu luang istrinya di rumah. Pak Adi yang mengetahui Hidroponik dari media sosial Facebook tersebut pertama kali merasa bahwa Hidroponik adalah sistem bercocok tanam yang simple dan sangat bisa dilakukan di wilayah perkotaan sehingga tidak begitu perlu membutuhkan lahan yang besar.

Di awal mencoba Hidroponik, ia menanam sayuran kangkung dan mendapatkan hasil yang luar biasa dari segi pertumbuhan.

“Awal-awal sih coba menanam sayuran dulu, terutama kangkung. Kita mencoba dengan menggunakan teknik sumbu, itu menggunakan ember (wadah) bekas es krim, kemudian ditanam bibit kangkung dan ternyata pertumbuhannya luar biasa, tanaman lebih bersih, daunnya juga cepat lebar, dan dalam 1 bulan ternyata kita sudah bisa panen,” ucap Pak Adi.

Setelah percobaan pertama yaitu sayuran, ia juga mencoba menanam tanaman hias dan buah-buahan yang batangnya tidak keras seperti pepaya dan anggur dengan metode Hidroponik.

Dok. Pribadi: Pak Adi Rachmadi (kiri) dan saya (kanan)
Dok. Pribadi: Pak Adi Rachmadi (kiri) dan saya (kanan)
Metode Hidroponik ini berbeda dengan metode yang biasa digunakan untuk bercocok tanam yaitu pada media yang digunakannya. Pak Adi menjelaskan bahwa Hidroponik menggunakan media air dan membutuhkan nutrisi yang nantinya dicampurkan dengan air tersebut. Berbeda dengan metode biasa yang menggunakan media tanah dan ditambah pupuk. 

“Sebenarnya hampir sama (metodenya), cuma kelebihan Hidroponik ini itu karena menggunakan media air, maka lebih bersih dibandingkan tanah yang di dalamnya mungkin lebih banyak binatang atau mikroba dan sebagainya,” ungkap Pak Adi.

Beliau menjelaskan proses apa saja yang dilakukan dengan metode Hidroponik. Pertama, yaitu melakukan penyemaian, yang bisa dilakukan dengan menggunakan media rockwool. Setalah tumbuh bibit dan berdaun empat baru bisa dipindahkan ke modul Hidroponik, ini bisa dilakukan dengan sistem wick/model bersumbu yaitu larutan nutrisi yang diberikan ditarik ke tanaman dari wadah nutrisi dengan menggunakan sumbu yang mudah menyerap air. Lalu, ada juga yang menggunakan paralon dan sistem dutch bucket. Sistem dutch bucket hampir sama dengan sistem bersumbu, tetapi menggunakan tetesan air dan mengalir, sedangkan sistem wick, airnya tetap dalam satu wadah.

Dok. Pribadi: Sistem Wick dalam Hidroponik
Dok. Pribadi: Sistem Wick dalam Hidroponik
Kedua, mengawasi pemberian nutrisi dan pengawasan terhadap suhu. Nutrisi yang diberikan sesuai aturan atau formula tergantung tingkat pertumbuhan tanaman. Sedangkan, untuk daya hama, karena metode ini menggunakan media air maka bisa dilakukan dengan penghilangan penggunaan pestisida kimia dan digantikan dengan pestisida nabati. Tumbukan dari bawang putih atau rendaman tembakau bisa dijadikan sebagai pestisida nabati. Begitu juga dengan pengawasan terhadap suhu, karena ada sebagian sayuran atau tanaman yang tidak kuat kalau suhunya terlalu tinggi, contohnya selada, jika suhunya terlalu tinggi maka daunnya akan cepat layu. Hal tersebut bisa disiasati dengan pemberian atap yang transparan agar cahaya matahari dapat terblokir oleh atap tersebut.

Cuaca ketika hujan juga dapat memengaruhi nutrsi yang ada di dalam air Hidroponik. Jadi penyerapan tumbuhan bisa tidak maksimal karena ada kemungkinan tercampur dengan air hujan sehingga kandungan nutrisi bisa berkurang. Maka bisa diatasi dengan pemberian atap agar air hujan tidak bercampur dengan Hidroponik.

“Pengecekan sih sebenarnya bisa dilakukan setiap hari ya, tetapi gak maksimal. Tergantung cuaca aja, kalau cuaca terlalu terik cairan dan nutrisi akan cepat terserap sehingga akan lebih tinggi kandungan nutrisinya, begitu juga sebaliknya. Jadi, sebenarnya lebih ke menstabilkan kandungan nutrisi, bisa dengan memakai atap transparan agar tanaman bisa tetap segar, tutur Pak Adi.

Dok. Pribadi: Hasil Panen Sawi dari Pengaplikasian Hidroponik
Dok. Pribadi: Hasil Panen Sawi dari Pengaplikasian Hidroponik
Beliau menjelaskan bahwa ada juga tanamannya yang layu seperti terbakar akibat matahari yang terlalu terik karena cahayanya yang langsung memapari tanaman. Akan tetapi, beliau juga menegaskan tidak semua tanaman seperti itu, ada juga tanaman yang memang membutuhkan cahaya secara maksimal.

“Kalau untuk tanaman-tanaman tertentu ada yang membutuhkan secara maksimal. Biasanya itu tanaman-tanaman buah ya, seperti tomat, cabe, terkena cahaya matahari itu bagus. Namun, untuk sayur-sayur tertentu itu gak boleh maksimal pengenaan cahayanya,” jelas Pak Adi.

Selanjutnya terkait penjagaan hama. Beliau menjelaskan bahwa jangan sampai ada hama, terutama hama putih yang biasanya terdapat di bagian bawah atau balik daun dan hama belalang. Penyemprotan pestisida nabati bisa dilakukan rutin dua kali sehari, atau tiga kali dalam seminggu. Jamur pun juga memengaruhi pertumbuhan tanaman, biasanya jika cuaca sedang hujan atau lembab sehingga memang perlu pengawasan.

Lalu adapun salah satu kekurangan dari metode Hidroponik menurut Pak Adi yaitu pada alat yang cenderung mengeluarkan biaya lebih. Pembelian alat-alat dan pembayaran arus listrik menjadi faktor kekurangan dari metode bercocok tanam ini.

“Lebih mahal pada alat karena kita mesti menyiapkan modul Hidroponik tersebut dari, menyiapkan instalasinya seperti paralon, pembelian nutrisi, lalu pompa dan penggunaan listrik untuk mengalirkan air secara terus menerus,” ungkap Pak Adi.

Namun, jika dilihat dari keuntungannya yaitu dari efesiensi waktu dalam kecepatan hasil panen, nutrisi cukup terjaga, dan alat-alat yang disebutkan terbilang awet atau jangka yang panjang dalam penggunaannya sehingga tidak perlu mengeluarkan uang lagi untuk membeli peralatannya. Terlebih lagi, penghematan juga bisa dilakukan dengan menggunakan sistem wick sehingga tidak perlu membutuhkan listrik untuk memompa air. Pemanfaatan lahan yang tidak begitu besar juga menjadi poin plus dalam metode ini, karena tidak perlu memerlukan lahan besar untuk melakukannya.

Dok. Pribadi: Hidroponik di Kediaman Narasumber
Dok. Pribadi: Hidroponik di Kediaman Narasumber
Metode Hidroponik ini bisa dikatakan sebuah perkembangan dari ilmu pengetahuan dalam bidang pertanian. Pak Adi pun menyebutkan bahwa metode ini adalah metode bertani di masa depan karena pemanfaatan lahan secara terbatas bisa dilakukan. Kita bisa menanam secara vertikal (ke atas) dan tidak begitu membutuhkan lahan secara horizontal sehingga bisa dilakukan di teras rumah, di gang-gang, bahkan di atap rumah sepanjang masih terkena sinar matahari.

Metode ini pun juga tidak bergantung dengan cuaca karena kegiatan menanam pun bisa dilakukan di dalam rumah dengan penggunaan lampu UV sebagai pengganti dari sinar matahari.

Jadi, buat kalian para pecinta tanaman dan yang hobi bercocok tanam, apakah sudah tertarik mencoba metode Hidroponik ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun