Mohon tunggu...
Fathurrachman Zuhdi
Fathurrachman Zuhdi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi || Media Enthusiast

Senang berdiskusi dan berbicara tentang media dan dunia kreatif.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

skinnyindonesian24: Youtube Lebih "Berbahaya" dari TV!

9 Maret 2021   01:15 Diperbarui: 27 Januari 2022   13:32 1566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Youtube.. Youtube.. Youtube.. 

Lebih dari TV, 

Boom!

Siapa yang tidak mengenal istilah “Youtube lebih dari TV, Boom!”?

Kalimat yang dipopulerkan pertama kali pada tahun 2016 dalam video yang di-upload oleh kanal Youtube bernama Young Lex dengan judul GGS atau Ganteng-Ganteng Swag. Video yang sudah ditonton lebih dari 70 juta penonton itu telah meramaikan jagat maya pada tahun 2016 silam dengan salah satu liriknya yang mengemukakan bahwa platform media sosial ‘Youtube’ lebih baik dari televisi. Dalam video tersebut, lirik “Youtube lebih dari TV” dinyanyikan oleh Jovial Da Lopez. Pria yang biasa dipanggil “Kajo” itu merupakan salah satu personil dari grup Youtuber bernama skinnyindonesian24 dan juga kakak dari Andovi Da Lopez, yang juga merupakan personilnya.

 

Pada tahun 2016, dimana platform Youtube sedang mulai diramaikan oleh para pembuat konten. Ditambah lagi, Youtube yang saat itu sudah bisa dijadikan lahan pekerjaan karena dengan membuat video dan ditonton oleh banyak orang, pemilik kanal bisa menghasilkan uang dalam bentuk Dollar atau yang lebih dikenal dengan istilah adsense, membuat masyarakat khususnya anak-anak muda tergiur dan berbondong-bondong membuat kanal Youtube dan berlomba-lomba membuat konten video yang menarik. Kalimat “Youtube lebih dari TV” membuat masyarakat, khususnya pembuat konten dan penonton di Youtube percaya bahwa platform yang sedang naik daun kala itu memang lebih baik dari televisi. Hal ini karena selain dapat menghasilkan uang, mereka merasa platform Youtube bisa jauh lebih bebas dalam mengekspresikan kreativitas dibanding televisi yang setiap programnya diatur dan diawasi oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

Kalimat “Youtube lebih dari TV” ini sangat melekat pada kanal skinnyindonesian24, khususnya pada sosok Jovial Da Lopez, yang memang menyanyikan bagian dari lirik kalimat tersebut. Kalimat ini semakin dipertanyakan oleh masyarakat, ketika sekitar tahun 2017-2018, dimana fenomena “artis TV” atau selebriti di televisi mulai berkecimpung dan membuat kanal atau channel di Youtube. Para artis itu awalnya dapat dihitung jumlahnya, tetapi seiring berjalannya waktu dan perkembangan industri hiburan yang ada di Youtube, jumlahnya menjadi terus meningkat. Bahkan, di tahun 2021 sekarang ini mulai dari artis, penyanyi, pemain film, hingga politikus pun banyak yang turut mencoba memulai karirnya di Youtube. Contohnya seperti, Raffi Ahmad dengan kanalnya bernama Rans Entertainment, Andre Taulany dengan Taulany TV, hingga Sandiaga Uno dengan Sandiuno TV.

Fenomena ini membuat masyarakat yang awalnya berpikir bahwa Youtube adalah platform yang “dirajai” oleh pembuat konten yang tidak berkecimpung di televisi pada akhirnya dimasuki juga oleh artis maupun orang-orang yang berkecimpung di dunia pertelevisian. Media dan program yang awalnya berada di televsi pun akhirnya juga mulai membuat konten di Youtube, salah satunya dengan cara me-repost potongan konten yang disiarkan di televisi.

Konten Sensasi dan Prank Setting-an

Pada tahun 2019, mulai ramai perbincangan bagaimana sebagian pembuat konten di Youtube mendapatkan banyak pelanggan maupun penonton di kanal Youtube-nya. Mulai dari rumor bahwa pembuat konten dapat membeli bot untuk menjadi pelanggan maupun penonton bagi kanalnya, hingga membuat konten yang mengandung sensasi, lalu konten prank setting-an atau tipuan yang “dibuat-buat” agar mengundang banyak perhatian penonton. Menurut analisis psikolog dari Universitas Indonesia, Rose Mini Agoes Salim, ia menjelaskan kepada VOI.id bahwa seseorang bisa mendapatkan perhatian masyarakat dengan membuat hal-hal yang penuh dengan sensasi. Dengan ramainya rumor yang beredar ini, netizen menganggap bahwa sebagian pembuat konten di Youtube mulai melakukan hal-hal yang dianggap “ bermain kotor” demi mencari keuntungan dari adsense semata.

Konten “Giveaway

Memasuki tahun 2020, virus Covid-19 mulai melanda dan menjadi pandemi di seluruh dunia. Mulai diterapkannya kebijakan work and study from home oleh WHO. Bulan Maret tahun 2020, pemerintah Indonesia resmi menetapkan kebijakan WFH (work from home) dan menghimbau masyarakat agar selalu melakukan jaga jarak agar terhindar dari virus korona yang sedang melanda. Dengan diterapkannya kebijakan WFH dan himbauan jaga jarak, membuat masyarakat selalu berada di rumah. Selama  berada di rumah, sudah pasti masyarakat akan merasakan bosan dan berkeinginan mencari hiburan di internet. Hal ini menjadi ajang kesempatan bagi para pembuat konten untuk berlomba menarik perhatian masyarakat selama di rumah agar melihat dan berlangganan kanal Youtube mereka. Salah satu metode menarik perhatian yang ramai dilakukan oleh para pembuat konten ialah melakukan giveaway.

Melansir dari The Competition Agency, giveaway adalah sebuah ajang undian berhadiah yang dilakukan secara acak berdasarkan kualifikasi yang telah ditetapkan. Giveaway ini jarang dilakukan secara kualitatif sehingga peserta dapat membedakan diri secara kuantitatif dengan menghasilkan banyak data. Walaupun ada persyaratan terkait kepatuhan, di beberapa negara dan wilayah, sistem undian seperti ini tidak diperbolehkan. Contohnya seperti di Swedia, Irlandia, dan Quebec di Kanada.

Melihat fenomena giveaway tersebut, tidak sedikit para pembuat konten maupun penonton Youtube yang sudah dari lama menggunakan platform yang dianggap lebih “kekinian” dari TV itu bereaksi dan mengungkapkan opininya. Khususnya yang memang tidak menerapkan konsep giveaway tersebut untuk menarik penonton maupun pelanggan bagi kanal Youtube mereka. Salah satu pembuat konten yang merespons fenomena ini ialah skinnyindonesian24.

skinnyindonesian24 Berhenti dari Youtube

Pada 24 Juni 2020, skinnyindonesian24 mengunggah video yang berjudul SkinnyIndonesian24 Tahun Terakhir di Youtube, yang mengumumkan bahwa mereka akan segera berhenti dari dunia Youtube pada 24 Juni 2021. Dalam video itu dijelaskan bahwa alasan mereka ingin berhenti yaitu karena ingin membuat jalan hidup yang baru. Mereka menjelaskan bahwa manusialah yang menentukan jalan hidupnya masing-masing. Namun, terlepas dari persoalan perjalanan hidup, mereka juga sempat menyinggung  alasan lain mengapa mereka berhenti. Salah satunya alasan dari Jovial Da Lopez, yang mengatakan bahwa platform dulunya yang mereka gunakan untuk membuat apa saja yang mereka suka, berubah menjadi sebuah platform yang mengutamakan bisnis semata.

Menurutnya, Youtube sekarang lebih memberikan spotlight kepada orang-orang yang memang sudah dikenal dan memiliki “suara” dari dulu, bukan seperti skinnyindonesian24 yang tidak punya latar belakang dari dunia hiburan selain Youtube. Dalam videonya, mereka juga menyinggung keras terkait fenomena giveaway yang dilakukan banyak pembuat konten sekarang untuk menarik pelanggan dan penonton. Menurut mereka, cara itu seperti layaknya politikus zaman dahulu yang menggunakan uang maupun material lainnya untuk mendapatkan perhatian ataupun “suara” dari masyarakat.


Youtube Lebih dari TV

Gambar diambil dari video Youtube Lebih Dari TV
Gambar diambil dari video Youtube Lebih Dari TV
Delapan bulan setelah diunggahnya video tersebut, pada tanggal 24 Februari 2021, mereka kembali mengunggah video yang menjelaskan bagaimana “permainan” yang ada di dunia Youtube sekarang ini. Video tersebut diberi judul Youtube Lebih Dari TV, sama seperti lirik yang dinyanyikan Jovial dalam video GGS yang diunggah 5 tahun sebelumnya. Video itu berisikan dua orang kakak-adik yaitu Jovial dan Andovi, yang sedang mendiskusikan bahaya dari Youtube jika “permainan kotor” di dalamnya tetap dijalankan.

Ada beberapa sudut pandang yang mereka jelaskan dalam video Youtube Lebih Dari TV, yaitu:

  • Sudut pandang penonton
  • Sudut pandang pejabat Youtube
  • Sudut pandang pengiklan
  • Sudut pandang pembuat konten

1. Sudut Pandang Penonton

Dalam sudut pandang ini, digambarkan 2 orang penonton Youtube yang sedang bermain catur dan mendebatkan hal-hal yang berlangsung di dunia. Kedua orang ini berbeda pemahaman dan keyakinan akan apa yang mereka debatkan sehingga pada akhirnya mereka bermusuhan karena perbedaan itu.

Menurut Jovial dan Andovi, itu disebabkan dari home page Youtube yang berbeda konten pembahasannya sehingga pemahaman dari kedua orang tadi berbeda. Ada home page yang berisikan konten informasi yang benar dan sesuai fakta maupun ilmiah, tetapi ada juga yang tidak sesuai dengan ilmiah, bahkan cenderung kepada hal yang belum terbukti kebenarannya sehingga informasi tersebut berpotensi menjadi hoaks.

2. Sudut Pandang Petinggi Youtube

Sudut pandang ini memiliki pesan tersirat bahwa pejabat Youtube pada saat ini lebih mengutamakan memberikan konten-konten yang secara data pasti ingin ditonton oleh masyarakat. Perdebatan yang dijelaskan dalam video ialah dalam variasi konten yang diberikan kepada penonton dan dilema dalam memilih konten yang disediakan sesuai dengan keinginan penonton atau kah kebutuhan penonton.

Kesimpulan akhir yang skinnyindonesian24 berikan dalam sudut pandang ini ialah para pejabat Youtube memilih untuk memberikan tontonan yang hanya ingin dilihat penonton daripada yang sebenarnya dibutuhkan. Seperti contoh, Youtube lebih sering menampilkan di home page konten yang berisikan sensasi dan drama karena lebih mengikat perhatian dan menghasilkan watch hour/durasi menonton yang tinggi daripada konten edukasi ataupun informasi yang sebenarnya lebih dibutuhkan bagi masyarakat. Hal ini mereka jelaskan bahwa bisnis yang lebih diutamakan oleh Youtube sekarang ini.

3. Sudut Pandang Pengiklan

Jovial dan Andovi menjelaskan melalui sudut pandang pengiklan bahwa sebenarnya ada strategi pengiklan dalam menarik perhatian penonton agar brand atau produk mereka dapat dilihat dan menghasilkan ketertarikan terhadap produk yang diiklankan. Strategi tersebut dilakukan dengan cara meletakkan iklan pada video-video yang kontennya berisikan drama maupun sensasi. Hal ini disebabkan karena menurut data analitik yang dimiliki pengiklan, video dengan konten yang mengandung sensasi dan drama akan lebih banyak mengundang penonton dibanding video yang tidak mengandung itu.

Poinnya ada pada meletakkan iklan pada video yang dirasa akan ditonton masyarakat sehingga produk mereka dapat dilihat oleh banyak orang. Jika direnungi, sebenarnya memang tidak salah pengiklan melakukan hal ini, karena wajar meletakkan iklan pada video dengan jenis konten yang disukai penonton. Namun, yang menjadi poin dari skinnyindonesian24 adalah bagaimana jika perhatian yang diberikan oleh masyarakat pada akhirnya dimanfaatkan pengiklan pada hal-hal yang tidak baik. Contohnya adalah perhatian penonton nantinya dapat dipakai untuk mendapatkan suara dalam politik.

4. Sudut Pandang Pembuat Konten

Sudut pandang ini menjelaskan bagaimana algoritma Youtube dan gaya pembuat konten yang sering masuk halaman trending dapat membuat banyak penonton terpikat dengan konten yang dibuat.

Digambarkan dalam video mereka, ada seorang pembuat konten dan temannya yang suka membuat konten di Youtube. Namun, desakan dari luar untuk menabrak idealisme demi mendapatkan trending dan adsense menjadi pengaruh yang pada akhirnya merubah perilaku maupun pola pikir si pembuat konten. Pola pikir yang berubah itu pada akhirnya menghilangkan idealisme lamanya dan beralih pada keuntungan adsense dan halaman trending semata, yang diatur oleh algoritma yang berisikan drama showbiz dan sensasi.

Youtube Lebih Berbahaya dari TV

Dari keempat sudut pandang yang dijelaskan dalam video Youtube Lebih Dari TV, skinnyindonesian24 ingin memberitahu bahwa sebenarnya perhatian kita sebagai penonton adalah produk yang dijual oleh platform Youtube kepada customer-nya yaitu pengiklan.

Awalnya Youtube menyediakan konten-konten yang hanya ingin dilihat oleh masyarakat sehingga jumlah durasi tontonan menjadi tinggi. Hal tersebut disukai oleh para pengiklan karena mereka ingin agar produknya banyak dilihat oleh masyarakat sehingga peluang akan ketertarikan terhadap produk menjadi lebih tinggi. Sementara itu, pembuat konten berlomba-lomba membuat konten yang penuh sensasi dan drama agar dilihat lebih banyak penonton sehingga kontennya dapat masuk ke halaman trending.

Jika disimpulkan, penonton terpengaruh oleh video, pembuat konten terpaku pada algoritma yang sebenarnya tidak bisa membedakan mana yang buruk dan mana yang baik, pengiklan yang mengandalkan keuntungan semata, dan para pejabat Youtube yang membiarkan “permainan” ini semua terjadi.

Menurut skinnyindonesian24, Youtube harus mengganti model bisnisnya dan menggantinya dengan model yang tidak menjual perhatian penonton. Sebab, model bisnis yang dijalankan sekarang ini hanya terpaku pada keuntungan material daripada memikirkan apa yang sebenarnya penonton butuhkan. Jika hal ini semua tidak diubah, mereka memastikan bahwa Youtube akan lebih 'berbahaya' dari TV.

Menurut Penulis, apabila konten yang sebenarnya dibutuhkan penonton justru tidak didukung oleh algoritma Youtube sehingga banyak penonton tidak mengetahui apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Maka, probabilitas terjadinya konflik sosial dan menurunnya intelektualitas masyarakat khususnya penonton Youtube akan merajalela. Maka dari itu, benar seperti apa yang dikatakan oleh Jovial Da Lopez dalam video Youtube Lebih Dari TV, bahwa Youtube akan lebih berbahaya dari TV.

SUMBER

https://youtu.be/o4SkY1Sgwdg

https://youtu.be/-cgLdZcJ1h4

https://youtu.be/4IjuV01rd2s

https://voi.id/bernas/82/kenapa-banyak-orang-cari-sensasi-lewat-konten-youtube

https://glints.com/id/lowongan/giveaway-adalah/#.YEYWSmgzbIU

https://www.crazyegg.com/blog/marketing-giveaways/

https://competitionagency.com/what-is-the-difference-between-a-competition-and-a-giveaway-or-the-difference-between-a-contest-and-a-sweepstake/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun