Dewasa ini, penggunaan media sosial di kalangan pelajar amatlah dibutuhkan, tidak hanya dalam rangka bersosialisasi, tetapi juga sebagai alat dalam menerima informasi pendidikan. Semua hal dapat diakses dengan efektif melalui media sosial, dari mulai terkait politik, perekonomian negara, berita selebriti, bahkan pendidikan.Â
Pandemi mengubah masyarakat lebih konsumtif dalam menggunakan media sosial dan dampak itu tentunya sangat berpengaruh hingga tiga tahun setelah maraknya virus tersebut memaksa manusia untuk beraktivitas lewat dunia maya.
Pada umumnya, media sosial menjadi ranah yang baik dalam mempromosikan diri. Semua orang berlomba-lomba untuk menunjukkan versi terbaik dalam dirinya di dunia tersebut.Â
Tidak jarang, kini prestasi yang diraih tiap pelajar kerap menjadi sorotan yang disebarluaskan dan tentunya menjadi poin plus bagi mereka dalam promosi diri.Â
Konten positif itu tentunya membuat orang lain dapat termotivasi untuk menjadi lebih baik, tetapi tanpa sadar terlalu banyak melihat keberhasilan orang lain akan mengubah konten positif tersebut menjadi negatif. Mereka akan merasa tertinggal dengan teman sebayanya yang terlihat memiliki banyak keberuntungan hidup melebihi dirinya.
Perasaan takut tertinggal atau yang kerap disebut Fear of Missing Out ini akan amat berbahaya jika pelajar tidak dapat mengontrolnya dengan baik. Apalagi di umur yang masih belia ini, mereka cenderung memiliki emosional yang belum stabil.Â
Seseorang akan selalu merasa cemburu melihat keberhasilan orang lain, tetapi di sisi lain juga merasa gagal akan segala hal yang menimpa hidupnya.Â
Mereka akan menyalahkan diri sendiri dan menyesali kehidupannya yang tidak seindah seperti yang ia lihat di dunia maya. Padahal, seseorang yang dianggapnya beruntung itu juga memiliki sisi gelap yang mungkin tidak ia perlihatkan di media sosial.
Sebelum perasaan itu terus menghantui pelajar dan memberikan dampak yang kurang baik bagi mereka, hal ini harus segera diatasi, baik oleh kesadaran diri pelajar, maupun bimbingan orangtua dalam mengarahkan anaknya agar tidak mudah putus asa dalam kehidupan. Banyak cara yang dapat dilakukan bagi pelajar dalam menghentikan perasaan tersebut, diantaranya:
Meningkatkan kualitas diri dengan kepercayaan diri
Seseorang dapat merasa tertinggal dan putus asa karena tidak ada rasa percaya yang kuat dalam dirinya. Sedangkan, seseorang yang memiliki pengendalian diri  dan rasa percaya diri yang baik, ia tidak akan terfokus pada orang lain dalam menentukan kesuksesannya sendiri.
Melakukan kegiatan tanpa melihat media sosial
Jika seorang pelajar sedang merasa tertinggal dengan pencapaian orang lain di media sosial, meninggalkan sejenak media tersebut dan melakukan hal bermanfaat lainnya dapat menghilangkan perasaan tersebut menjadi semakin buruk.Â
Pelajar harus tahu bagaimana mengendalikan diri dari segala pikiran itu dengan menyalurkannya ke kegiatan yang lebih bermanfaat seperti mencoba hobi baru, belajar bahasa baru, membuat kue, melukis, dan lain sebagainya.
Mensyukuri apa yang dimiliki
Bersyukur bukan menjadikan seseorang merendahkan dirinya dan ambisi yang mereka punya, tetapi dengan meninggikan rasa syukur, kita dapat realistis dan menerima segala hal yang terjadi dalam hidup kita sehingga hidup kita akan terasa lebih damai.Â
Dengan bersyukur, pikiran kita akan menjadi positif dan menanggapi segala hal secara positif juga. Jika sebelumnya kita melihat keberhasilan orang lain, kita menjadi merasa tertinggal.Â
Dengan meninggikan rasa syukur, melihat keberhasilan orang lain menjadikan kita bangga, bahwa seseorang di sekitar kita dapat meraih kesuksesannya sendiri dengan caranya sendiri.
Hal yang seharusnya diyakinkan adalah setiap individu pasti memiliki porsi, waktu, dan keberhasilan yang berbeda-beda. Mungkin saat orang lain sedang dalam posisi jayanya, individu lain sedang di fase terpuruknya. Merasa tertinggal itu manusiawi, tetapi jika sudah berlebihan hal itu akan menjadi bumerang untuk diri kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI