Mohon tunggu...
Fathurrahman Helmi
Fathurrahman Helmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Sepakbola

Jika Menulis Bisa Membuatmu Abadi, Kenapa Masih Berdiam Diri. Ambil Penamu dan Goreskan di Kertas Putih Itu. | Kontak: Fathur99mbo@gmail.com fathurhelmi (Instagram) @fathoerhelmi (twitter)

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mengapa Mengkritik Pilihan Klub Favorit Seorang Penggemar Sepakbola Adalah Hal yang Sia-sia dan Buang-buang Waktu

12 Juni 2022   10:38 Diperbarui: 12 Juni 2022   11:11 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebuah Tulisan Pengingat Untuk Diri Sendiri dan Mungkin Untuk Para Penggemar Sepakbola.

Bayangkan ada fans Manchester City memakai Jersey klub kesukaannya tersebut di area publik. Pandangan sinis sudah pasti hadir di wajah orang-orang. Coba juga kalian berada di situasi ketika fans Paris-Saint Germain ada di sebuah nobar kala klubnya main di Champions League. Pasti orang akan berpikir dia nge-fans sama PSG karena Lionel Messi. Atau mungkin kalian melihat ada orang yang membawa motor dan memakai Jersey Manchester united yang mana klubnya miskin prestasi 5 tahun terakhir. Pasti ada aja yang bilang, ngapain suka sama klub yang masuk liga Champions aja susah.

Hal-hal seperti ini seringkali muncul terutama dalam situasi dan lingkungan para penggemar sepakbola di daerah tertentu.

Bagi saya yang berada di Aceh, hal seperti ini sudah biasa. Tapi, kenapa masih ada yang mengejek orang karena pilihan klub yang dia sukai.

Boleh kita bilang, Man City dan PSG itu kalau tidak ada saudagar timur tengah gak akan bakalan sampai sekarang bisa mendominasi liga masing-masing. Tapi itu kan sebuah keniscayaan. Klub bisa berbenah salah satunya dengan kekuatan finansialnya. 

Boleh kita bilang, Man United itu klub bapuk, karena puasa gelar 5 tahun. Tapi disisi lain klub ini adalah klub yang profitable dan punya basis penggemar sangat besar seantero dunia.

Tapi, salahkah kalau ada orang yang ngefans sama klub-klub tersebut?

Buat saya yang juga penggemar sepakbola. Terutama menjadikan Real Madrid sebagai klub favorit. Saya menyadari bahwa menyukai sebuah klub sepakbola itu bukan sekedar suka saja. Pasti ada para pengemar sepakbola yang sampai dalam perjalanannya menonton bola bikin dia mikir. Kok bisa ya mereka ngefans sama Man City, PSG ataupun Man United?

Saya sendiri kenapa bisa ngefans sama Real Madrid? Dan ini bisa jadi studi kasus yang sama dengan teman-teman yang ngefans sama klub bola yang katanya baru hebat atau muncul di era abad 21 ini.

---

Saya sebenarnya awalnya menyukai Inter Milan. Yup faktor awal adalah karena tayangan Lega Calcio atau sekarang lebih sering disebut dengan Serie A itu adalah tayangan liga pertama yang saya tonton ketika awal-awal tahu sepakbola. Kenapa Inter Milan? Karena saya melihat skuadnya keren. Apalagi dulu namanya Internazionale Milano. Keren juga nih ya nama klub asal kota Milano ini. 

Melihat Alvaro Recoba, Cristian Vieri sampai kiper Francisco Toldo itu buat saya kagum. Tapi, bukan mereka yang bikin saya kadung menyukai Inter. Ada seorang striker asal Brazil yang pada saat itu masih plontos sebelum ada rambut tipis diatas dahi.

Yup, Ronaldo Luiz Nazario da Lima. Striker yang bikin saya punya mimpi, kalau saja bisa jadi pemain bola saya akan menjadi striker. Karena yang saya rasakan, mencetak gol itu sesuatu yang menyenangkan dan membuat happy. Mungkin pas awal kesan terhadap Ronaldo tidak terlalu. Karena komposisi pemain inter saat itu salah satu yang terbaik menurut saya. Jadi akhirnya memutuskan untuk ya, saya suka Inter saja, tak perlu mengidolakan pemain.

Tapi, saat Piala Dunia 2002. Ketika Ronaldo mencetak gol 2 kali ke gawang Oliver Kahn yang merupakan pemain terbaik ajang tersebut, itulah momen yang membuat saya menjadi merasa. Saya jadi semakin kagum terhadap sosok yang mempunyai julukan The Phenomenon tersebut.

---

Di sebuah warung kopi di daerah Jeulingke. Tepatnya jika kalian mengendarai kendaraan pribadi dari arah Lampriet. Maka ambillah jalan lurus sampai bertemu tugu simpang mesra. Lalu belok ke kiri dan tidak jauh dari situ terdapat warung kopi bernama Rawasakti. Itulah warkop tempat saya selalu nobar bola di 4 tahun terakhir.

Seorang fans Paris-Saint Germain memakai Jersey klub asal kota Paris tersebut. Kala itu di malam dinihari PSG melawan Manchester City. Tepatnya di semifinal leg kedua Liga Champions, 5 Mei 2021. Yup itu adalah pertemuan antara dua tim yang paling dibenci karena 'katanya' kekuatan finansialnya merusak sistem industri sepakbola era saat ini.

Tidak ada yang salah dengan dia yang memakai Jersey tersebut. Tapi sayup-sayup terdengar ocehan seorang penonton di warkop tersebut yang mengatakan sesuatu dalam bahasa Aceh.

"Menyoue PSG taloe, nyan bajee jeut ke ija lap"

Dalam bahasa Indonesia bisa diartikan:

"Semisal PSG kalah, itu baju (Jersey PSG) jadi kain lap saja"

Yup banteran di sosmed tidak bisa seperti ini. Karena tidak bisa diretweet atau direply langsung.

Anak muda itu (yang memakai Jersey PSG) hanya tersenyum. Dan ketika laga berakhir dengan kekalahan PSG. Jaket yang dia punya, digunakan untuk menutup Jersey yang dia kenakan. Malam yang tak menyenangkan untuk seorang fans bola yang berani memakai Jersey bola di tengah keramaian nonton bareng. Mana pakai Jersey PSG lagi. Dan klub favoritnya itu kalah pula.

Tidak terbayangkan apakah bakal iya itu Jersey jadi kain lap. Tapi, setidaknya di nobar selanjutnya dia akan mikir seribu kali untuk menggunakan Jersey itu jika tidak ingin dibanter seperti malam terburuk yang dia alami waktu itu.

---

Ronaldo Luiz Nazario da Lima setelah Piala Dunia 2002 yang berlangsung di Jepang-Korsel akhirnya memutuskan pindah ke Real Madrid. Entah kenapa kebetulan stasiun tv yang sering menyiarkan tayangan live sepakbola pada saat itu yaitu RCTI, memutuskan untuk menayangkan La Liga atau Liga Spanyol.

Ketika il fenomeno pindah. Saya yang awalnya suka Inter, tapi karena Ronaldo sudah mencuri hati saya saat Piala Dunia, membuat saya berpindah haluan. Yup dari 2002 sampai 2022 alias 20 tahun saya menyandang status sebagai seorang Madridista.

Walau akhirnya Ronaldo tidak lagi merumput di lapangan. Tapi, Real Madrid sudah membuat saya nyaman. Walau juga sering bikin saya dongkol ketika sulit juara di La Liga atau kepeleset terus di babak 16 besar UCL hampir 6 tahun berturut-turut dari 2004/2005 sampai 2009/2010. Sebelum akhirnya menapaki semifinal di 2010-2011 dan harus bertemu Barcelona dalam laga bertajuk El Clasico.

Real Madrid kala saya menjadi fans awal-awal itu dilatih pelatih-pelatih hebat. Ada Vannderlei Luxemburgo, Fabio Capello sampai Bernd Schuster. Tapi, pelatih-pelatih yang silih berganti itu sulit membawa Real Madrid berjaya padahal saat itu era Los Galacticos dimulai untuk pertama kali.

Memang semua itu berubah sejak era los Galacticos kedua di tahun 2009, mulai dari kedatangan Cristiano Ronaldo, Ricardo Kaka sampai sosok Karim Benzema. Perlahan mereka memulai kampanye positif di era Jose Mourinho kemudian Carlo Ancelotti Rafael Benitez sampai era Zinedine Zidane. Trofi terus berdatangan ke Santiago Bernabeu sekaligus membuat para Madridista tidak harus malu lagi memakai Jersey putih-putih tersebut di area publik.

---

Momen, ya sesuatu yang tak datang dua kali. Ini bisa memantik kenapa seseorang bisa menyukai sesuatu hal termasuk kondisi para fans klub bola seperti Manchester City, PSG atau Manchester United. 

Kenapa mengambil contoh 3 klub ini. Ya klub-klub ini emang sering jadi bahan perbincangan akhir-akhir ini. Bahkan istilah Gak MU Gak Makan, berseliweran di sosmed walau Man United masih saja nir-gelar. 

Ada sebuah pemikiran yang saya amini hingga saat ini. Kalau kita berada pada situasi merasakan, melihat dan mengalami sebuah momen penting dan merasa menyenangkan. Bisa jadi itu akan membuat hidup jadi bermakna. 

Hal itu bisa terjadi bagi penggemar sepakbola. Ketika baru menonton ajang dari olahraga tersebut dan melihat sebuah momen magic yang menyihir mata dan hati nya. Ya seperti saya melihat Ronaldo di Final Piala Dunia 2002.

Selain itu sosok yang diidolakan misalkan pindah dari klub lama ke klub baru. Bisa bikin fans bola bakal pindah juga alias bakal kena ejek; fans karbitan.

Satu lagi, mungkin ada yang ngefans sama klub yang dulu jaya dan punya sejarah cukup mengesankan. Ya itu ada kok, gak cuma lihat masa kini, soalnya masa lalu yang indah juga bikin jadi jatuh hati akan sesuatu tanpa alasan yang kadang bersifat nostalgia.

Bisa jadi fans Man City menyukai klub tersebut ketika menonton City saat menjadi juara EPL pertama kali lewat gol Sergio Aguero di menit 93.20 di laga terakhir. Dan menjadi momen penting bagi dia ketika menonton bola.

Bisa jadi fans PSG menyukai klub tersebut karena faktor ada pemain yang disuka, contohnya Lionel Messi. Ada kok fans Barcelona yang ternyata sebenarnya fans Messi dan sekarang pindah haluan ke PSG. Ya, sama saja kayak saya dulu pas dari inter pindah haluan ke Real Madrid gegara Ronaldo Nazario.

Bisa jadi fans Manchester United menyukai klub tersebut karena baca buku Autobiografi Sir Alex Ferguson. Kenapa tidak? Bukannya fans Man United adalah yang paling jago bicara soal cerita indah masa Sir Alex saat memimpin tim asal kota pelabuhan tersebut?

Jadi masih ada yang ngejek penggemar bola lainnya hanya gegara pilih klub yang baru hebat sekarang ini?

Jadi masih ada yang sinis sama fans sebuah klub yang punya banyak bintang dengan membeli menggunakan dana yang tak terbatas? 

Dan masih ada yang tidak suka dengan seseorang yang klub favoritnya cuma bisa membanggakan prestasi masa lalu?

Coba lihat ke kaca dan sadari. Apa yang kamu lakukan yaitu mulai dari mengejek, sinis hingga tidak suka sama pilihan orang akan kesukaan atas sebuah klub hanya akan membuang-buang waktumu dan merupakan perkara yang sia-sia.

Lagipun mengkritik pilihan orang itu tidak akan membuat dia menjadi berpindah klub. Bahkan, apa yang kamu lakukan tidak akan membuatmu kaya, tidak akan membuatmu menjadi orang hebat, juga tidak akan membuatmu terhindar dari tugas kuliah atau kerjaan di kantor.

Mending waktu untuk banterin pilihan orang lain soal bola bisa dipakai buat istirahat kan? Mana besok sudah hari Senin lagi kan ya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun